Jalan Daendels yang Ini Ternyata Dulu Digunakan Untuk Jalur Perjuangan Diponegoro

Jalan Daendels yang Ini Ternyata Dulu Digunakan Untuk Jalur Perjuangan Diponegoro
info gambar utama

Dibenak orang Indonesia, nama Daendels selalu dikenal sebagai Jenderal Belanda yang bengis dan kejam. Dirinya selalu dikait-kaitkan dengan pembangunan jalan raya di sepanjang garis pantai utara pulau Jawa yang panjangnya mencapai 1000 kilometer. Meski hal tersebut masih terus menjadi perdebatan, Tim Jelajah Indonesia yang kali ini bersama Citilink Classic Cars memutuskan untuk melihat Jalan Daendels yang berada di selatan dan ternyata tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan sosok bengis tersebut.

Jalan Daendels tersebut berada di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara resmi, jalan sepanjang 130 kilometer tersebut dinamakan dengan Jalan Daendels Pantai Selatan yang terletak di Karang Sewu, Kulon Progo. Jalan ini menghubungkan empat wilayah di Selatan yakni Kota Bantul, Purworejo, Kebumen dan Cilacap.

(Foto: Bagus D Ramadhan / GNFI)
info gambar

Ketika mulai masuk ke jalan ini, sangat terasa perbedaannya dengan jalan wates. Jalan Daendels ternyata sangat mulus dan cenderung lurus. Di samping kanan dan kirinya terhampar pemandangan kontras. Disebelah utara, akan terlihat hamparan sawah yang hijau. Sedangkan di sebelah selatan terlihat pepohonan Kelapa yang cukup lebat dibatasi dengan saluran irigasi yang cukup bersih. Jalanannya juga relatif sepi sehingga akan sangat mudah menikmati pemandangan ini sambil membuka kaca jendela kendaraan. Pemandangan yang jarang saya ditemui dibeberapa tempat lain. Hanya saja kabarnya, bila malam hari jalan ini cukup sepi dan rawan.

(Foto: Bagus D Ramadhan / GNFI)
info gambar
(Foto: Bagus D Ramadhan / GNFI)
info gambar

Penasaran dengan penamaan jalan ini, saya pun memutuskan untuk sedikit melakukan riset tentang asal mulanya.

Menurut laman Kebumen2013, ternyata jalan ini keberadaannya telah jauh lebih dahulu dari pada jalur daendels yang berada di utara. Menariknya, jalan daendels selatan dahulu digunakan dimasa kerajaan sebagai jalur Urut Sewu. Hingga kemudian jalur tersebut digunakan oleh Pengeran Diponegoro untuk melakukan perang dan pertahanan di sekitar Bagelen Purworejo. Akibatnya jalan tersebut sempat dikenal sebagai Jalan Diponegoro.

Pasca Perang Diponegoro, Bagelen dibagi menjadi empat wilayah yakni Kebumen, Ambal, Ledok, dan Kutoarjo. Pada masa tersebut, sekitar tahun 1883 wilayah Ambal dimana Jalur Diponegoro berada dikepalai oleh seorang Assistent-resident (semacam Walikota) yang bernama A.D. Daendels dengan seorang Regent pribumi bernama Raden Tumenggung Purbanegara. Nama A.D Daendels inilah kemudian yang dijadikan nama pengganti untuk jalur Diponegoro.

Wilayah Ambal (Gambar: Kebumen2013.com)
info gambar

Meski A.D. Daendels (1838) sebagai Assistent Resident Ambal di pantai selatan tersebut lebih muda masanya dibanding dengan Herman Willem Daendels saat membangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan, De Grote Postweg di tahun 1808, akan tetapi jalan tersebut keberadaannya memang jauh lebih awal dibanding dengan jalan "Daendels" Utara.

Sayangnya, penelusuran tim Jelajah Indonesia di Jalan Daendels Selatan hanya sampai pada batas perbatasan antara DIY Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah. Batas tersebut berada di daerah Temon, Kulonprogo yang kabarnya akan menjadi lokasi bandara baru untuk Yogyakarta. Lokasi tersebut cukup banyak dihuni oleh warga ketimbang di awal-awal Jalan Daendels Selatan yang banyak berupa sawah dan hutan Kelapa. Kondisinya juga cukup hijau meski berada di pesisir, hanya saja saat ini banyak sekali spanduk dan baliho penolakan pembangunan bandara tersebut.

Papan Penolakan (Foto: Bagus D Ramadhan / GNFI)
info gambar

Pembangunan memang diperlukan, namun bila kesepatakan tidak dapat diraih, sebaiknya tetap terjadi komunikasi dan negosiasi agar kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan. Jangan sampai jalur yang memang berpotensi dan memiliki sejarah ini malah menjadi sebuah lokasi tragedi baru di masa mendatang.

Baca juga: Asyiknya Keliling Jogja bersama Layanan Mobil Klasik Pertama, Maskapai di Indonesia

Bersama Opel Kapitan Klasik armada Citilink Cars, kisah Perjalanan Jelajah Indonesia edisi Yogyakarta tidak hanya sampai disini, simak terus tulisan-tulisan kami selanjutnya. Ayo temukan bersama inspirasi dari seluruh Indonesia.

*Artikel ini merupakan program dari #JelajahIndonesia, sebuah program GNFI bekerjasama dengan Citilink dan Aerotrans untuk Perjalanan mengangkat kembali Potensi dan Inspirasi Indonesia.

Sumber : Jelajah Indonesia Edisi Yogyakarta
Sumber Gambar Sampul : pixabay.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini