Inilah Kesan Keindahan dan Kemegahan yang Tersisa dari Tamansari

Inilah Kesan Keindahan dan Kemegahan yang Tersisa dari Tamansari
info gambar utama

Ditengah-tengah Yogyakarta yang begitu padat, siapa yang mengira akan terdapat bangunan tua yang memiliki keindahan khas zaman kerajaan. Tidak hanya sedap dipandang, namun bangunan tersebut juga masih aktif sebagai destinasi wisata. Itulah yang muncul dalam benak saya ketika tim Jelajah Indonesia mengunjungi komplek Tamansari yang tidak jauh dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tamansari secara sejarah ternyata merupakan bagian dari Kebun Istana Keraton Yogyakarta. Meski saat ini tidak aktif digunakan oleh keraton, bangunan-bangunannya masih kokoh berdiri dan menjadi wahana pariwisata dari berbagai daerah. Tidak hanya wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara yang berkunjung ke lokasi ini.

Taman di pintu masuk Pemandian Umbul Binangun (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Untuk menuju Tamansari, kawan perlu menuju sebelah barat laut dari alun-alun utara dan menuju jalan ngasem. Tidak jauh dari jalan ngasem terdapat pasar ngasem yang juga merupakan pintu masuk komplek Tamansari. Hanya saja jalan tersebut tidak resmi. Namun bila ingin menikmati Tamansari dari sebelah selatan, kawan bisa lewat jalan Taman dan masuk ke komplek parkiran. Disana akan terlihat banyak becak-becak berjajar dan pintu utama Komplek Tamansari. Tim Jelajah Indonesia parkir disana dan seperti biasa memajang Opel Kapitan kebanggan Citilink Classic Cars.

Opel Kapitan Citilink Classic Cars saat diparkir di depan pintu Masuk Tamansari (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Berjalan dari parkiran menuju pintu selatan, kawan perlu membayar retribusi masuk sebesar 5 ribu rupiah saja untuk satu orang. Di lokasi inilah terletak Pemandian Umbul Binangun. Dilokasi ini wisatawan akan diperlihatkan bagaimana kolam pemandian keraton yang luas dan jernih.

Kompleks Taman Sari sebenarnya dibagi menjadi 4 bagian besar, namun tim Jelajah Indonesia hanya sempat sambang di beberapa titik. Setelah Pemandian Umbul Binangun, disebelah utara terdapat lokasi danau buatan yang disebut Segaran yang berarti laut buatan. Danau ini terletak di sebelah utara komplek dan dekat dengan Pulo Kenanga, sayangnya danau ini sudah tidak lagi bisa dilihat wujudnya dan saat ini menjadi pemukiman.

Peta Komplek Tamansari (Gambar: jeckosatrio.blogspot.co.id)
info gambar
Pemandian Umbul Binangun (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Bagian berikutnya yang tim Jelajah Indonesia Kunjungi adalah Pulo Kenanga lokasi ini merupakan titik tertinggi dari kompleks Taman Sari dan tepat berada di pusat Segaran. Saat ini tampak seperti bangunan belum jadi namun cukup indah untuk dinikmati sebab kawan bisa melihat bangunan-bangunan sekitar komplek taman sari dari ketinggian.

Lokasi paling menarik dari bagian Segaran adalah lokasi Sumur Gumuling yang berada di sebelah barat Pulo Kenanga. Tempat ini merupakan sebuah masjid yang bentuknya seperti donat, melingkar dan dipusatnya terdapat empat buah tangga naik dengan satu tangga yang menuju tingkat dua. Dibawah tangga-tangga tersebut dulunya digunakan sebagai tempat bersuci. Untuk mengaksesnya perlu melewati lorong-lorong yang dibuat dibawah tanah dengan beberapa menara beraksitektur Islam sebagai ventilasi.

Tangga masuk ke Sumur Gumuling (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Arsitektur Sumur Gumuling memang terbilang tidak umum, saya sendiri kesulitan untuk membayangkan bagaimana sholat dilakukan di bangunan ini. Namun bangunan tersebut memberikan kesan yang eksotis dan tentunya menjadi lokasi favorit untuk berfoto ria.

Sumur tersebut menjadi titik terakhir yang dikunjungi tim Jelajah Indonesia. Kompleks Taman Sari yang konon sangat indah kini lebih banyak diisi oleh pemukiman warga. Meski begitu, peninggalannya tetap mensiratkan betapa kuatnya keraton saat itu. Keragaman budaya juga sangat terasa dalam komplek ini, tidak hanya corak Hindu ataupun Budha, tetapi juga terdapat corak Islam yang muncul dalam beberapa bangunan.

Pengunjung yang berfoto ria di Sumur Gumuling (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Sayangnya waktu membatasi tim Jelajah Indonesia untuk menjelajahi seluruh komplek yang kabarnya dahulu memiliki luas mencapai 10 hektar. Tapi menurut saya ini lebih dari cukup. Mungkin suatu saat nanti kami bisa menuntaskan sisanya.

*Artikel ini merupakan program dari #JelajahIndonesia, sebuah program GNFI bekerjasama dengan Citilink dan Aerotrans untuk Perjalanan mengangkat kembali Potensi dan Inspirasi Indonesia.

Sumber : GNFI #JelajahIndonesia
Sumber Gambar Sampul :Bagus DR/GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini