Ekonomi Internet Asia Tenggara Bakal Booming, Dimana Posisi Indonesia?

Ekonomi Internet Asia Tenggara Bakal Booming, Dimana Posisi Indonesia?
info gambar utama

Ekonomi digital di Asia Tenggara diprediksi akan menjadi industri yang bernilai hingga 200 milyar dolar. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh perusahaan Singapura, Temasek dan raksasa internet, Google. Angka fantastis tersebut diperkirakan dapat dicapai pada tahun 2025 mendatang. Potensi regional yang begitu besar, tentu memunculkan pertanyaan, dimanakah posisi Indonesia?

Penelitian berjudul e-conomy SEA: Unlocking the $200 billion digital opportunity in Southeast Asia tersebut menyebutkan bahwa ada tiga sektor yang akan menjadi peluang besar dalam ekonomi digital. Pertama adalah eCommerce atau jual beli online. Kedua adalah Travel yang melingkupi jual beli tiket, hotel dan transportasi secara daring. Ketigaadalah Media, dalam hal ini adalah pengeluaran untuk iklan online dan permainan online. Ketiga sektor tersebut diukur pada enam negara yang terpilih seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Potensi ekonomi digital Asia Tenggara dianggap sangat besar sebab diperkirakan pertumbuhan pengguna internetnya diperkirakan akan mencapai 480 juta pengguna pada tahun 2020. Angka tersebut tidak mengejutkan bila melihat saat ini 260 juta pengguna telah online dan setiap bulannya tidak kurang dari 3,8 juta orang terknoneksi. Lebih istimewanya lagi, 70% populasinya berada pada usia muda yakni dibawah umur 40 tahun. Artinya Asia Tenggara akan didominasi oleh pemuda-pemudi yang sangat melek teknologi utamanya internet. Itulah mengapa wilayah ini disebut sebagai pasar internet dengan pertumbuhan paling cepat di dunia.

Bila melihat posisi Indonesia dalam hal populasi pengguna internet pada jangka waktu 2015-2020 nanti, Indonesia akan memimpin pertumbuhan pengguna dengan angka 19%. Dari 92 juta pengguna menjadi 215 juta pengguna, itu artinya lebih dari separuh populasi Indonesia akan sudah menggunakan internet.

Peran anak muda dalam teknologi digital mendorong tingginya transaksi secara online, utamanya dalam tiga sektor tersebut. eCommerce di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai nilai 88 milyar dolar di tahun 2025 dengan pasar yang mencapai 5 milyar dolar di seluruh regional. Indonesia sendiri dalam potensi pasar jual beli online akan jauh meninggalkan negara lain di Asia Tenggara dengan angka 46 milyar dolar.

Kemudian untuk sektor Online Travel, potensi Asia Tenggara mencapai 90 milyar dolar. Lagi-lagi Indonesia menempati potensi pasar terbesar pada tahun 2025 sebesar 24,5 milyar dolar (hotel dan penerbangan) plus 5,6 milyar dolar dari transportasi online.

Terakhir adalah sektor Media yang diperkirakan akan mencapai 20 milyar dolar di Asia Tenggara dengan Indonesia berpotensi mencapai angka 2,7 milyar dolar.

Angka yang begitu besar, berdasarkan laporan hanya dapat dicapai bila tantangan-tantangan yang ada dapat dilampaui. Seperti dalam hal permodalan, Temasek dan Google menyatakan bahwa permodalan ventura saat ini masih hanya terkumpul di Singapura ataupun Indonesia. Bahkan bila dilihat berdasarkan sektor, sektor eCommerce menjadi dominasi industri yang paling banyak dimodali. Menariknya, ternyata Indonesia sampai saat ini belum memiliki perusahaan yang berkategori Unicorn atau bisnis digital yang nilai valuasinya mencapai lebih dari 1 Milyar Dolar. Berbeda dengan Singapura yang telah memiliki 4 perusahaan.

Lalu, bagaimana kira-kira Indonesia dapat menjawab prediksi ini? Tentu pertumbuhan ekonomi digital di tanah air tidak dapat dilepaskan dari peran berbagai pihak. Tidak hanya para pemudanya yang berani berinovasi dan mendirikan perusahaan, tetapi juga adanya dukungan dari pemerintah melalui infrastruktur seperti kecepatan koneksi internet.

Potensi Asia Tenggara yang begitu besar tentu saja akan sia-sia bila Indonesia hanya menjadi pasar dan bukan pemain yang mampu mengendalikan laju persaingan. Ini saatnya untuk pemuda-pemuda Indonesia tampil sebagai pemimpin dalam industri digital.

Sumber : Google, TechCrunch
Sumber Gambar Sampul : hbr.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini