Tentang Misteri di balik Kekayaan Tanah Jawa

Tentang Misteri di balik Kekayaan Tanah Jawa
info gambar utama

Jawa menyimpan potensi yang luar biasa. Dikenal sebagai pulau dengan populasi terpadat di dunia, keindahan alamnya adalah putri yang cantik dan akan menarik siapapun yang melihatnya. Namun disisi lain, Jawa juga memendam kekuatan besar bagaikan raksasa yang menunggu untuk terbangun.

Pusat dari Jawa saat ini adalah Jakarta, menjadi poros bagi siapa saja yang ingin mengukur tingkat kualitas kehidupannya. Orang akan dianggap sukses jika bisa hidup di Jakarta. Kota metropolitan yang dipenuhi lampu-lampu gemerlap terlihat sangat sibuk dan tak kenal istirahat, Jakarta seolah menjadi jawaban dari kesulitan yang dialami masyarakat desa. Padahal dengan semua kemudahan yang ditawarkan itu, Jakarta juga menyimpan masalah yang tak kalah banyaknya, mulai dari timpangnya kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan hingga masalah lingkungan yang seakan tidak ada habisnya. Jakarta sudah menjadi magnet yang menciptakan gelombang urbanisasi, generasi-generasi muda yang penuh semangat itu kini meninggalkan sawah dengah hasil panen beras yang berlimpah, hanya demi mendapatkan sesuap nasi di Jakarta.

Jika kita menengok keluar Jakarta, kita akan menjumpai banyak sekali kekayaan yang di anugrahkan Tuhan kepada Jawa. Bentang cakrawala dihiasi gugusan pegunungan menjulang yang berbaris dan mata ini seolah tidak pernah lepas dari hamparan hijaunya sawah yang bercahaya menyilaukan. Luas pulau ini memang hanya menempati urutan ke-5 di Indonesia, namun hasil tanahnya bisa memenuhi konsumsi untuk seluruh wilayah di negara ini. Tentu saja akan sangat menyenangkan membicarakan semua kekayaan yang ada di Jawa tanpa mengetahui dari mana kekayaan itu berasal. Sesungguhnya, di bawah tanah yang subur itu menyimpan gejolak yang terus menghantui Jawa setiap saat, yaitu gunung berapi.

Anak Gunung Krakatau

Jawa seolah dirantai dan dikiat oleh gugusan gunung berapi yang tersebar dari Barat hingga ke bagian Timur. Sebut saja Krakatau, gunung berapi yang berada di sebelah barat pulau Jawa itu pernah meletus begitu hebat pada tahun 1883. Letusan Krakatau bisa dibilang adalah yang paling dahsyat pada era modern. Memuntahkan sebanyak 25.000 meter kubik material vulkanik dan suara dentuman letusannya terdengar hingga ke benua Australia. Krakatau menghancurakan 60% dari tubuhnya dan menyisakan beberapa pulau kecil yang melingkar ditengah lautan. Pada tahun 1928, Anak Gunung Krakatau muncul kepermukaan laut untuk pertama kalinya dan terus tumbuh, setinggi 12,5 cm tiap pekan. Saat ini anak gunung Krakatau sudah terlihat seperti sebuah pulau muda yang begitu sibuk membangun dirinya tanpa henti. Kemunculan anak gunung Krakatau berada di lokasi yang sama dimana pernah terjadi letusan maha dahsyat gunung Krakatau, seolah menjadi pengingat akan keberadaan gunung berapi lainnya di Jawa yang sedang tumbuh.

Di Jawa bagian tengah, saya pernah mengunjungi Gunung Merapi yang sangat terkenal karena letusan tahun 2006 dan 2010 yang menghancurkan bagian puncak, sehingga materialnya berhamburan dan berdampak pada desa-desa di kakinya. Saat ini pun kita masih bisa mengingat betapa dahsyat letusan Merapi dengan mengunjungi musium peringatannya. Disana kita bisa melihat mulai dari rumah beserta kulakasarnya yang terbakar, hingga kendaraan seperti sepeda motor pun ikut meleleh akibat terkena awan panas yang melintas saat letusan terjadi.

Semakin ke timur kita bisa menjumpai kemegahan Gunung Bromo, salah satu gunung berapi muda yang tumbuh di tengah padang pasir vulkanik di dalam kaldera gunung berapi yang telah meletus sebelumnya. Bromo dikenal memiliki keindahan pemandangan matahari terbit yang tiada tandingannya. Di tempat seindah itu terdapat penduduk yang hidup harmonis berdampingan dengan Bromo, kita mengenalnya sebagai suku Tengger. Masyarakat yang ramah dan dipercaya merupakan keturunan dari penduduk asli pulau Jawa. Sampai saat ini suku Tengger masih memeluk kepercayaan agama Hindu, agama yang sudah ada di Jawa sejak lama, dianut secara turun-temurun sejak nenek moyang mereka.

Candi Prambanan

Meskipun saat ini penduduk Jawa mayoritas memeluk agama Islam, Tanah Jawa juga pernah menjadi tuan rumah untuk kepercayaan masa lalu yang hingga kini masih meninggalkan jejaknya. Candi-candi peninggalan agama Hindu dari abad ke-9 terus bermunculan dari bawah tanah Jawa, yang paling megah adalah Candi Prambanan di Jawa Tengah. Dikenal dengan legenda seribu candi, Prambanan adalah mahakarya yang nyata di Jawa.

Kemudian masih di Jawa Tengah, tepatnya di Magelang, kita bisa menemukan Candi peninggalan agama Buddha yang sempat menghilang dari pandangan mata karena telah tertimbun hampir selama seribu tahun dan dianggap sebagai bukit alami biasa. Saya bisa membayangkan bagaimana terkejutnya para penjelajah Belanda kala itu, ketika mereka menyadari telah menemukan peninggalan masalalu yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia. Borobudur ditemukan pada tahun 1814, yang ternyata dibangun di atas bukit buatan dengan cara menyusun batu pahat yang saling mengunci dihiasi patung-patung Buddha, arca dan stupa.

Candi Borobudur

Candi-candi megah itu hanyalah sedikit bukti dari kekayaan yang pernah ada dan terkubur di bawah tanah jawa begitu lama. Jawa bukan hanya yang bisa kita lihat di atas permukaanya saja, semakin kita menggali kedalam tanah Jawa, kita akan semakin menyadari anugerah yang dilimpahkan Tuhan kepada tanah ini.

Jawa dari waktu ke waktu telah berhasil menyelaraskan keindahan dengan keindahan lainnya, sambil memeluk kekuatan yang bergejolak di dalam tanahnya, sumber dari segala kekayaan yang ada di bawah kaki kita saat ini.

Sumber : telegraph.co.uk

Sumber Gambar Sampul :tripvisto.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini