Mengubah Listrik Untuk Menghasilkan Pewarna Alami Makanan Karya Mahasiswa Universitas Brawijaya

Mengubah Listrik Untuk Menghasilkan Pewarna Alami Makanan Karya Mahasiswa Universitas Brawijaya
info gambar utama

Penggunaan pewarna pada makanan menjadi faktor penting pada industri pangan. Menurut data BPOM tahun 2012 hampir 90% industri pangan di Indonesia menggunakan pewarna sintetis. Padahal, bahaya penggunaan pewarna sintetis secara berulang dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan reaksi alergi, hiperaktif pada anak, gangguan pencernaan hingga memicu timbulnya kanker. Namun, saat ini penggunaan pewarna alami mulai berkembang karena relevansinya dengan kesehatan dan kualitas produk pangan.

Salah satu metode yang paling penting dalam memproduksi pewarna alami adalah ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan suatu bagian aktif dari suatu komponen dengan menggunakan pelarut tertentu yang bertujuan agar diperoleh produk yang murni. Selama ini, teknologi umum yang digunakan dalam ekstraksi pewarna alami antara lain operasi maseration batch, hydrodistilation dan Microwave-Assisted Processing.

Namun beberapa metode tersebut masih memiliki banyak kelemahan, misalnya proses yang lama dan memerlukan banyak pelarut, tingkat kemurnian yang rendah, energi yang digunakan tidak sepenuhnya mengenai bahan dan kurang ramah lingkungan.

Caption (Sumber Gambar)

Masalah tersebut melatarbelakangi lima orang mahasiswa Universitas Brawijaya dalam menciptakan inovasi mesin ekstraksi pewarna alami. Lima mahasiswa tersebut adalah Bima Adinugraha (Keteknikan Pertanian, FTP, 2013), Ahmad Munawir (Keteknikan Pertanian, FTP, 2012), Mas Wisnu Anindtya (Keteknikan Pertanian, FTP, 2013), Khoirul Anam Asy Syukri (Keteknikan Pertanian, FTP, 2014), dan Giovanna Putri Aliefia Madjid (Keteknikan Pertanian, FTP, 2014). Di bawah bimbingan Bapak Yusron Sugiarto, STP., MP., M.Sc., lima orang mahasiswa tersebut menggagas mesin Automatic Food Colour Extractor (TOTAL FLEX).

Mesin ini mengelaborasi teknologi pemanasan berbasis Electroconductive Heating dengan menggunakan sistem otomatis. Electroconductive Heating merupakan teknologi pemanasan yang memanfaatkan nilai hambatan pada bahan untuk menghasilkan panas internal. Alat yang masuk nominasi 10 besar penghargaan Inovasi Teknologi Kota Malang (INOTEK) Tahun 2016 bidang Agribisnis yang saat ini sedang berlangsung tersebut, menerapkan hukum Ohm untuk menghasilkan energi panas.

Teknologi ini memiliki keunggulan diantaranya proses yang cepat sehingga meminimalisir kerusakan pigmen dan vitamin, meningkatkan efisiensi zat terlarut sehingga meminimalisir penggunaan pelarut, meningkatkan hasil ekstraksi produk, dan memiliki efisiensi energi lebih dari 90%.

”Secara teori, prinsip pemanasan metode Electroconductive Heating dilakukan dilakukan dengan mengalirkan arus listrik secara langsung pada bahan sehingga dapat menghasilkan panas yang berasal dari bahan itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan panas dapat mengenai bahan secara merata dan meminimalisir kerusakan kandungan pigmen warna,” ujar Bima, ketua tim TOTAL FLEX.

Kelompok mahasiswa tersebut juga telah melakukan pengujian pada sampel pewarna alami dari kubis ungu yang diekstraksi menggunakan metode Electroconductive Heating. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui nilai absorbansi yang akan dibandingkan dengan hasil ekstraksi metode water batch dan microwave assisted.

“Nilai absorbansi memiliki hubungan berbanding lurus dengan konsentrasi, sehingga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi antosianin,” ujar Anam, salah satu penggagas mesin ini. Lima mahasiswa tersebut mengklaim bahwa mesin TOTAL FLEX mampu mengungguli metode water batch dan microwave assisted dari segi kualitatif dan kandungan konsentrasi pigmennya.

“Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai absorbansi sampel dari TOTAL FLEX lebih tinggi dari dua metode tersebut dengan selisih yang cukup besar. Dimana pada sampel kubis ungu nilai absorbansi metode water batch, microwave dan TOTAL FLEX berturut-turut sebesar 1.31, 1.65, dan 2.08,” ujar Bima.

Caption (Sumber Gambar)

Setelah melakukan pengujian hasil, tim ini akan melakukan penstabilan terhadap tegangan dan sistem kontrol mesin untuk meningkatkan performansi. Selain itu, untuk keberlanjutannya pada akhir Mei kemarin kelompok mahasiswa ini juga telah diundang dalam konferensi tingkat internasional yang diselenggarakan di Bandung yaitu pada acara Advanced Research in Engineering and Information Technology International Conference (AREITIC)sebagai langkah publikasi.

Menurut kelompok mahasiswa ini, TOTAL FLEX dibuat untuk mengembangkan teknologi dibidang produksi pewarna alami berbasis ekstraksi Electroconductive Heating dan memberikan solusi yang efektif pada masalah bagi masyarakat terkait maraknya penggunaan pewarna sintetis. Selain itu, diharapkan dengan menggunakan TOTAL FLEX, dapat membantu masyarakat dan pemerintah dalam upaya mewujudkan gerakan keamanan pangan nasional.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SM
RG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini