Iklan Nonton TV di Tengah Sawah akan Jadi Kenyataan Lewat "Listrik Padi" Karya Mahasiswa UB

Iklan Nonton TV di Tengah Sawah akan Jadi Kenyataan Lewat "Listrik Padi" Karya Mahasiswa UB
info gambar utama

Masih ingat dengan iklan salah satu TV Swasta Nasional yang menayangkan keluarga menonton TV di tengah sawah ?

Saat melihatnya setidaknya muncul dua pernyataan, "Wah kok zaman segitu sudah ada drone ya" atau yang paling banyak diungkapkan adalah, "Kok bisa nonton TV di tengah sawah, dapat listrik darimana ?"

Kini, apa yang anda lihat di iklan tersebut (bisa jadi) akan jadi kenyataan lewat inovasi mahasiswa berikut ini.

Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya membuat inovasi berupa E-Paddy. Yaitu sebuah mekanisme yang menggabungkan prinsip fisika dan biologi. Prinsip dasarnya, mereka memanfaatkan proses fotosintesis tanaman padi.

Tanaman padi yang menyerap sinar matahari dalam proses fotosintesis menghasilkan glukosa (C6H1206) dan oksigen (O2). O2 yang dihasilkan terlempar bebas ke udara, sedangkan glukosa diserap tanaman sebesar 30 persen. Selebihnya, 70 persen, dikonsumsi mikroorganisme dan terurai menjadi CO2, H2O, dan elektron.

"Kami memasang atau menanam katoda dan anoda di sekitar tanaman padi," kata Dheniz Fajar Akbar.

Dia bersama empat teman lain, yakni Lisa Normalasari, Yogan Surya Tirta, Tiara Wiranti, dan Hamdan Mursyid, merancang sejak dua bulan lalu. Anoda yang ditanam dalam tanah untuk menangkap elektron. Sedangkan katoda dan anoda dihubungkan dengan sebuah kabel untuk mengalirkan elektron.

Menurutnya pergerakan elektron ini akan menghasilkan listrik. Semakin banyak proses fotosintesis akan menghasilkan listrik semakin besar. Jadi, semakin banyak tanaman disiram dan diberi kompos untuk menghasilkan elektron yang banyak, tegangan listrik yang dihasilkan semakin tinggi.

Semakin tua tanaman padi akan semakin banyak elektron yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, tim menggunakan padi IR-64, umur tanaman 25-30 hari.

Dalam uji coba diketahui tanaman padi yang berumur kurang sekitar satu bulan, dapat menghasilkan listrik meski baru skala kecil, untuk mengisi ulang baterai telepon selular.

(Seseorang Memeragakan Men-Charge HP dengan Listrik Padi/klimg.com)
info gambar

"Seperti menanam tanaman saja untuk aplikasi, ada tanaman kita beri karbon disambungkan ke kabel kita sambungkan ke penampung daya. Kemudian kita penyiraman dan kompos nanti akan terbentuk energi listrik. Dari 1 hektare terbentuk dihasilkan 41 Gigajoule dibutuhkan beberapa lempengan karbon berfungsi sebagai anoda dan katoda," kata Dheniz.

Listrik yang dihasilkan 41,9 Gigajoule atau setara dengan 1,15 kilo liter minyak bumi. Sehingga listrik yang dihasilkan dipastikan ramah lingkungan.

Tambahnya, mereka akan mengaplikasikan di sejumlah daerah tertinggal yang belum teraliri listrik. Area persawahan yang luas berpotensi menghasilkan listrik.

Untuk diketahui, saat ini sekitar 35% penduduk Indonesia belum menikmati aliran listrik, terutama di wilayah terpencil dan pedesaan. Meski saat ini pemerintah mempercepat program penyediaan listrik 35.000 megawatt dalam lima tahun.


Sumber : tempo, bbc
Sumber Gambar Sampul :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini