Keindahan Keberagaman Indonesia dari Timur Nusantara

Keindahan Keberagaman Indonesia dari Timur Nusantara
info gambar utama

Akhir-akhir ini, hubungan antar umat beragama di Indonesia sering kali dihubungkan dengan ketidakharmonisan dan friksi. Padahal sejatinya, toleransi dan keberagaman adalah DNA bangsa besar bernama Indonesia ini. Sejak masa lalu, berbagai agama telah hidup berdampingan dengan sosial budaya yang saling melengkapi, dan inilah akar sejati dari keindahan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan ribuan kelompok etnis. Kita melihat masjid-masjid berdiri kokoh di berbagai tempat di Indonesia yang mayoritasnya nasrani, atau hindu, dan gereja-gereja megah berdiri kokoh di wilayah-wilayah yang mayoritas populasinya muslim.

Pun terjadi di dunia pendidikan. Kita sering melihat banyak siswa atau mahasiswa muslim yang menempuh studi di kampus-kampus katolik atau kristen, terutama di pulau Jawa. Mungkin belum banyak yang tahu, bahwa sekolah dan kampus-kampus islam pun dibanjiri siswa atau mahasiswa nasrani di wilayah-wilayah yang populasinya mayoritas nasrani. Bahkan di sekolah-sekolah tersebut, guru-guru nasrani juga direkrut untuk memberikan pengajaran kepada para siswa / mahasiswa.

Ambillah contih Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang mempunyai jaringan pendidikan cukup kuat, telah mendirikan sejumlah sekolah di wilayah yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat nasrani, sehingga tak mengherankan jika 75 hingga 90 persen siswanya beragama nasrani.

Fenomena menarik ini bisa dijumpai di beberapa pulau kecil di Indonesia, misalnya di daerah Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, dan di daerah Serui di Pulau Yapen, Papua, yang mayoritas penduduknya beragama Protestan.

Universitas Muhammadiyah Kupang
info gambar

Di Kupang NTT yang jumlah Muslim-nya hanya 9%, juga hadir dengan Universitas Muhammadiyah Kupang dan banyak mahasiswa nasrani yang berkuliah disana.

Tak hanya di Kupang, di Ende di pulau Flores, mayoritas siswa di SMA Muhammadiyah Ende adalah non Muslim. Bahkan, pihak sekolah menyediakan guru matapelajaran agama Katolik. Hal yang sama juga terjadi di SMP Muhammadiyah di Serui Teluk Cenderawasih Papua dan SMA Muhammadiyah di Putussibau Kalimantan Barat.

Sekolah Muhammadiyah di Papua
info gambar

Dari hasil riset Dr. Abdul Mu‘ti, dosen senior di Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang diketahui bahwa sekolah / kampus islam tersebut dipilih di daerah-daerah tersebut selain karena mutu yang baik, berbiaya rendah, juga karena disediakan guru-guru agama bagi murid-murid nasrani. Mereka tak khawatir kalau-kalau belajar di sekolah Muslim akan mengancam keyakinan agama anak-anak mereka. Mereka bahkan tidak memandang perbedaan agama sebagai suatu masalah, dan malah mengedepankan kemiripan agama-agama.

Banyak orang tua siswa memandang interaksi antaragama sebagai sesuatu yang positif yang mungkin tidak bisa dijumpai di sekolah-sekolah negeri atau sekolah-sekolah swasta lainnya di sana. Dengan adanya anak-anak muda yang tumbuh di sebuah lingkungan yang dicirikan oleh kohabitasi keagamaan yang damai di sekolah-sekolah organisasi Islam di daerah-daerah kantong Kristen dan di tempat lain, kita bisa mengharapkan terwujudnya Indonesia yang lebih damai, inklusif dan toleran – tempat hidup yang lebih baik buat kita, dan anak anak cucu kita nanti.

---

sumber :

Common Ground News

Sang Pencerah

Pwmu Jawa Timur

Kompasiana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini