Sambal Terasi dari "Salak Bangka"

Sambal Terasi dari "Salak Bangka"
info gambar utama

Kelubi (Eleiodoxa conferta) atau asam kelubi, asam paya atau salak hutan, merupakan sejenis tumbuhan dalam keluarga pokok palma yang terdapat di Asia Tenggara.

Tanaman ini juga dikenal dengan sebutan salak palsu Bangka, hal ini diperkirakan karena bentuknya yang menyerupai salak namun dengan rasa buah yang sangat asem dan tekstur buah yang jauh lebih tebal atau keras.

Buah Kelubi lebih kecil daripada salak, berdiameter 3-5 cm. Buah muncul berkelompok dalam tandan. Satu tandan besar berisi 300-400 buah. Tandan besar tersusun dari tandan­-tandan kecil yang berisi sekitar 25-40 buah.

Kulitnya bersisik berwarna kuning gading saat masih muda dan berubah cokelat saat matang. Tekstur kulit keras dan lebih tebal daripada kulit salak. Biasa dikupas dengan pisau. Sayang, kembaran salak ini menyimpan rasa asam dan sepat.

Eleiodoxa conferta banyak tumbuh liar di hutan di sekitar mata air dan rawa di Bangka. Kerabat salak itu adaptif di lahan berkadar air tinggi. Anggota keluarga Arecaceae ini biasa tumbuh berdampingan dengan nipah, pandan, dan sagu. Sebetulnya kelubi juga tersebar di Sumatera (Lampung, Sumatera Selatan, dan Riau) serta Kalimantan Timur.

Di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, kelubi dipakai untuk campuran sambal terasi, hal ini dikarenakan karakter asam buah kelubi yang kuat sehingga sangat nikmat bila menjadi campuran sambal terasi. Di Kalimantan Timur kelubi diolah sebagai manisan seperti di Bangka. Sedangkan di Jawa, buah itu tak populer. Sekilas, pohon dan buahnya mirip salak saking miripnya, kelubi sempat masuk genus Salacca, kemudian direvisi ke genus Eleiodoxa karena bunga berbeda dengan salak.


Sumber : JituNews
Sumber Gambar Sampul : google

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini