Program Mahasiswa Unair Lahirkan Omset Hingga Rp 800 Juta

Program Mahasiswa Unair Lahirkan Omset Hingga Rp 800 Juta
info gambar utama

Banyak cara dilakukan oleh universitas untuk membangun soft skill para mahasiswanya. Pembangunan soft skill ini sangat diperlukan untuk mempersiapkan mahasiswa saat terjun ke dunia masyarakat, dengan kesiapan mental untuk menghadapi tantangan di masa depan. Salah satu cara yang banyak dilakukan oleh universitas, utamanya oleh fakultas ekonomi dan bisnis adalah dengan membuat program-program perkuliahan yang dapat membangun jiwa enterpreneurship dengan memperkenalkan dunia bisnis lepada mahasiswa.

Saat mendengar ide bisnis yang dibangun oleh mahasiswa untuk perkuliahan, sebagian besar orang masih berpikir bahwa bisnis yang mereka bangun hanyalah bisnis kecil-kecilan seperti berjualan kue, makanan ringan, atau online shop. Namun pernahkan terpikir oleh Anda bahwa dari sini ternyata juga dapat lahir puluhan bisnis dengan ide yang menarik, berpotensi memiliki dampak luas di masyarakat, dan tentunya beromset belasan hingga ratusan juta rupiah?

Hal inilah yang dilakukan oleh Program studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga untuk memotivasi seluruh mahasiswa melalui mata kuliah kewirausahaan. Dari program ini lahir proyek-proyek dengan tema festifal film Islam, bank makanan di Surabaya, impor spare part mesin pabrik, hingga wakaf peralatan shalat di Jalur Pantura. Bahkan sebagian proyek mahasiswa ini berhasil meneken kontrak dengan beberapa instansi terkait, dengan nilai kontrak hingga ratusan juta.

Luthfi Nur Rosyidi salah satu dosen pengajar mata kuliah kewirausahaan di Prodi Ekonomi Islam ini mengatakan bahwa Dia dan para dosen yang lain tidak mau jika para mahasiswa membangun bisnis yang sudah mainstream hanya sekedar untuk melewati mata kuliah kewirausahaan dan mendapatkan cukup nilai untuk dinyatakan lulus. “Kami berikan pendampingan untuk seluruh usaha yang mereka lakukan, dan kami target masing-masing kelompok untuk mendapatkan omset Rp15 juta semester ini. Semuanya berhasil melampaui target, bahkan beberapa kelompok juga berhasil meraup omset ratusan juta,” jelasnya.

Project ini adalah bagian dari proses pembelajaran mata kuliah kewirausahaan dan bisnis Islam fakultas ekonomi dan bisnis universitas Airlangga. Dalam Ekis Entrepreurship Class 2016, mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 5 orang, dan tiap kelompok diwajibkan memilih satu diantara tiga kategori project bisnis, yaitu Event-preneur, Sociopreneur, atau murni Commercial Entrepreneur. Tahun ini ada 39 kelompok yang menjalankan project sesuai yang diajukan dan disepakati tim dosen.

Diawal semester kelompok dipaksa untuk mendapatkan ide project yang unik dan kreatif. Project yang telah dipilih kemudian diajukan kepada tim dosen disertai target yang harus dicapai di akhir semester. Tim dosen kemudian memberikan masukan, terutama mengenai target capaian, dan melakukan coaching dan mentoring selama proses kuliah berlangsung. Tercapainya target dari project ini yang akan menjadi salah satu parameter penilaian.

Dengan sistem target pencapaian dan mentoring yang dilakukan secara intensif melalui tatap muka dan media sosial (grup Line untuk komunikasi dan mentoring, Instagram untuk pengawasan kegiatan), tahun lalu kelas kewirausahaan ekis berhasil mencapai omzet 365 jt untuk keseluruhan bisnis yang dilakukan dalam 1 semester yang berarti rata-rata per kelompok 13,5 jt. Tahun ini Ekis Entrepreurship Class 2016 mengejar untuk bisa mencapai total omzet 800 jt untuk keseluruhan project yang dilaksanakan.

Di akhir project, diadakan event Enterpreneur Recognition Day, berupa penghargaan-penghargaan bisnis dalam berbagai kategori yang diterima oleh para mahasiswa dengan para dosen dan pihak undangan sebagai jurinya. Kategori yang diperebutkan antara lain berupa ide terbaik, proyek dengan pengaruh terluas, sistem media marketing terbaik, dan lain-lain dengan total belasan kategori penghargaan.

Para mahasiswa pun tampak antusias dengan proyek ini. Bahkan salah seorang diantaranya menginginkan agar mata kuliah kewirausahaan ini ditambah menjadi dua semester dari yang tadinya hanya satu semester. Dia beralasan bahwa waktu satu semster dirasa kurang untuk membangun proyek yang besar. Dengan tambahan waktu satu semester, diharapkan proyek yang dikerjakan bisa menjadi lebih baik.




Sumber : Dokumentasi GNFI
Sumber Gambar Sampul : Dokumentasi GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini