Mahasiswa UNAIR Berhasil Ciptakan Membran Telinga Tiruan

Mahasiswa UNAIR Berhasil Ciptakan Membran Telinga Tiruan
info gambar utama

Organ pendengaran merupakan salah satu aspek penting dalam sistem indera manusia. Melalui organ pendengaran manusia akan mampu menerima informasi berupa suara atau audio. Sayangnya kini akibat kurangnya perhatian pada kesehatan pendengaran, banyak orang yang menggunakan perangkat dengar dengan tidak bijaksana. Akibatnya sering ditemui kasus membran timpani atau gendang telinga yang robek ataupun melemah sehingga mengganggu kemampuan mendengar. Mengatahui fakta tersebut sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga berinisiatif untuk menemukan cara alternatif dalam memperbaiki membran timpani. Mereka kemudian mengembangkan sebuah gendang telinga aritifisial (tiruan).

Seperti dilansir laman Berita UNAIR, sekelompok mahasiswa tersebut adalah Rara Setya Angtika (angkatan 2012), Ditya Hanif Kharisma (angkatan 2012), Brillyana Githanadi (angkatan 2012), Tarikh Omar Asyraf (2014) dan Adita Wardani Rahmania (2014) yang saat ini masih aktif di jurusan Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga. Mereka didampingi oleh Dr. Prihartini Widiyanti,. Drg,. Mkes untuk mewujudkan gagasan mereka tentang membran timpani artifisial.

Pada mulanya gagasan tersebut hanya berupa penelitian karya ilmiah yang kemudian diajukan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Namun ternyata upaya mewujudkan karya berjudul “Sintesis Komposit Kolagen-Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Membran Timpani Artifisial Pada Kasus Ruptur Organ DalamTelinga” tersebut disetujui dan akhirnya didanai oeh Dirjen Dikti.

Dalam pembuatan membran artifisial tersebut perlu memadukan komposit kolagen-kitosan dengan menambahkan gliserol. Penggunaan bahan alami pada membran timpani artificial tersebut, karena dianggap memiliki sifat yang lebih baik dan memiliki kecocokan secara biologis.

“Karena kolagen merupakan struktur yang paling penting di lapisan bagian dalam dari membran timpani, hal tersebut dapat membantu regenerasi jaringan, termasuk sel-sel,” jelas Rara selaku ketua kelompok penelitian.

Untuk memenuhi sifat fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga, proses paduan membran timpani artifisial ini harus melalui berbagai ragam uji coba. Diantaranya yaitu uji FTIR untuk menentukan kualitas sampel, uji kerapatan membran, uji modulus elastisitas guna menguji keelastisitasan sampel, uji MTT assay untuk mengetahui eksistensi sifat toksik dalam sampel, uji anti bakteri, serta uji koefisien serap suara.

Rara mengatakan, bahwa sampel membran timpani artificial milik kelompoknya ini telah lolos uji coba dan dapat memenuhi standar fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga.

“ Uji koefisien serap didapati bahwa sampel mampu menyerap suara seperti pada range frekuensi yang bisa didengar oleh manusia yaitu hingga 80 dB, yang artinya sampel mampu dan berpotensi sebagai membran timpani artifisial,” jelas nya.

Dirinya berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan membran timpani artificial dalam bidang medis di masa yang akan datang.

Menurut data World Health Organization (WHO), angka gangguan pendengaran dan ketulian menunjukkan, pada tahun 2000 terdapat 250 juta atau 4,2% penduduk dunia telah menderita gangguan pendengaran. Hampir setengah dari jumlah tersebut banyak terdapat di Asia Tenggara dengan Indonesia menyumbang angka sebesar 4,6%. Bila inovasi ini kemudian layak untuk dipraktekkan secara medis, bukan tidak mungkin kasus gangguan pendengaran di Indonesia dapat dengan mudah teratasi.

Sumber : Berita UNAIR
Sumber Gambar Sampul : squarespace.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini