Taman Nasional Tesso Nilo Tambah Ramai Berkat Lahirnya Anak Gajah Ini

Taman Nasional Tesso Nilo Tambah Ramai Berkat Lahirnya Anak Gajah Ini
info gambar utama

Belum lama ini kabar gembira datang dari Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan Riau. Keluarga besar gajah Sumatera bertambah satu ekor berkat kelahiran anak gajah betina pada tanggal 1 Juni 2016 lalu. Anak gajah ini merupakan anak ketiga, kesemuanya dilahirkan di TNTN, yang lahir dari induk gajah Lisa, yang merupakan gajah anggota Elephant Flying Squad sejak April 2004.

Seperti dilansir laman WWF, Elephant Flying Squad merupakan sekelompok pawang gajah atau Mahout dan empat ekor gajah terlatih yang tergabung dibawah institusi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Balai TNTN dan WWF-Indonesia. Tim ini ditugaskan untuk melakukan penanganan konflik manusia-gajah dengan menggunakan gajah-gajah. Selain itu tim Elephant Flying Squad juga bertugas berpatroli setiap dua minggu untuk mengamankan kawasan dan melakukan penggiringan gajah liar kembali ke kawasan hutan.

Terkait kelahiran tersebut, Kepala Balai TNTN, Darmanto menyatakan, ”Kami sangat gembira atas lahirnya bayi gajah di Taman Nasional Tesso Nilo,ini menyiratkan harapan baru untuk konservasi gajah agar semua pihak lebih berperan aktif untuk perlindungan spesies langka ini dan habitatnya.”

Darmanto juga menjelaskan bahwa Taman Nasional Tesso Nilo merupakan habitat gajah yang terbesar di Riau, populasinya mencapai sekitar 150 ekor gajah liar. "Ini harus menjadi kebanggaan masyarakat Riau dan kita bersama agar dapat mempertahankan keberlangsungan populasi gajah tersebut di alam,” ungkapnya.

Dirinya berharap kelahiran anak gajah yang diberi nama Rimbani ini dapat tumbuh sehat dan membawa perhatian berbagai lapisan masyarakat dan pemerintah untuk lebih nyata melakukan dan mendukung perlindungan Tesso Nilo. Salah satunya dengan melakukan pengembangan aktifitas ekonomi berbasis ekologi disekitar Taman Nasional.

Pasca proses kelahiran, pemeriksaan kesehatan dan perawatan terhadap Lisa dan bayinya terus dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan dari BBKSDA Riau,WWF dan para mahout. Sehingga untuk sementara waktu Lisa tidak ikut serta menjalankan tugasnya dalam upaya penanganan gangguan gajah.

drh. Rini Deswita dari BBKSDA Riau menyatakan, ”Kami telah melakukan pemeriksaan dan kedua gajah ini dalam keadaan sehat.Kami akan terus melakukan pemantauan perkembangan keduanya.”

Pernyataan juga diberikan oleh Wishnu Sukmantoro, Manajer Program WWF Sumatera Tengah menyatakan, “Dengan kelahiran ini, tim Flying Squad kini memiliki tiga anak gajah yang terdiri dari dua jantan dan satu betina. Kami bersama otoritas terkait akan terus meningkatkan upaya perawatan yang maksimal kepada anak-anak gajah ini agar dapat tumbuh dengan baik.”

Wisnu menambahkan bahwa kelahiran ini merupakan salah satu upaya mitigasi namun juga dapat menjadi sarana edukasi terhadap masyarakat tentang ekologi gajah Sumatera. Sebab tim Flying Squad tidak hanya bertugas untuk penanganan konflik tetapi berkat tiga ekor anak gajah yang lahir dari Gajah Lisa, tim ini juga dapat menjadi bagian dari edukasi masyarakat.

Melindungi gajah merupakan salah satu bentuk dari pelestarian ekologi. Pelestarian tidak hanya berbicara tentang keselamatan gajah itu sendiri namun juga keberlangsungan biota lain dan flora lainnya di sekitar Taman Nasional. Oleh karena itu konflik antara gajah dan masyarakat sebisa mungkin harus diselesaikan dengan damai. Itulah mengapa tim Flying Squad dipandang sangat penting di TNTN.

Sumber : WWF Indonesia
Sumber Gambar Sampul : Ruswanto / WWF-Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini