Kopi Asal Papua Ini Ternyata Sempat dilirik Waralaba Internasional

Kopi Asal Papua Ini Ternyata Sempat dilirik Waralaba Internasional
info gambar utama

Kopi memang menjadi komoditas yang tidak hentinya diperbincangkan dunia. Tanaman yang diolah bijinya ini setiap tahun selalu mengalami peningkatan nilai perdagangan di seluruh belahan bumi tidak terkecuali Indonesia. Pada saat saya mewakili GNFI berkunjung ke tanah Cendrawasih tepatnya di Timika beberapa hari lalu, saya bersama rombongan menyempatkan diri untuk melihat kantor Koperasi Kopi Amungme yang letaknya tidak jauh dari Bandara Internasional Timika.

Di kantor yang juga menjadi lokasi menggoreng biji kopi hasil tanah pegunungan Nemangkawi tersebut tampak ribuan biji kopi yang telah siap untuk dimasak. Kopi Amungme sendiri merupakan hasil pertanian yang tumbuh di sekitar Tembaga Pura yang dikelola oleh Suku Amungme, salah satu suku utama di Kabupaten Mimika. Kopi yang dijual dengan merek Amungme Gold Coffeee tersebut dikembangkan oleh program Highland Agriculture Development (HAD) tersebut dipanen dari tiga lokasi perkebunan, Tsinga, Hoya, dan Arwanop.

Tampak depan lokasi produksi Kopi Amungme (Foto: Bagus DR / GNFI)
info gambar

Kopi Amungme merupakan kopi berjenis Arabica yang terkenal memiliki rasa, aroma dan kandungan kafein yang cukup kuat. Meski saya tidak sempat mencicipi kopi Amungme karena sedang menjalani ibadah puasa, karakter kuat Kopi Amungme sudah sangat terasa saat kemasan biji kopi dibuka. Aromanya semerbak dan menggoda. Mungkin ini alasan mengapa waralaba internasional Starbucks sempat merilik Kopi Amungme untuk dijual diribuan gerainya. Namun sayang, pihak Koperasi yang memiliki keterbatasan tidak mampu memenuhi persyaratan jumlah produksi yang diminta oleh waralaba tersebut.

Bijih Kopi Arabika yang digunakan untuk Kopi Amungme (Foto: Bagus DR / GNFI)
info gambar

Keterbatasan Koperasi bukan hanya dalam segi pengolahan dan pengemasan, tetapi juga dalam hal transportasi pasca panen. Harony Sedik, staf HAD yang bertugas di Koperasi mengungkapkan bahwa kopi yang dipanen dari beberapa lokasi pertanian tersebut terkadang harus diambil menggunakan Helikopter dari PT Freeport Indonesia. Meski begitu saat ini Koperasi setidaknya telah mampu mengemas dan menjual 1 ton Kopi Amungme per bulannya. Itu pun masih mengalami kewalahan dalam memenuhi pesanan para pelanggan.

Harony Sedik saat menunjukkan biji Kopi Amungme (Foto: Bagus DR / GNFI)
info gambar

Kopi Amungme menjadi sangat populer di Timika akibat harganya yang sangat terjangkau sebab sejak HAD mengelola di tahun 1998, tujuannya tidak banyak mencari keuntungan. Namun sejak adanya Koperasi, harga Kopi Amungme naik cukup signifikan sehingga mampu turut memberdayakan petani. Aroma dan rasa Kopi Amungme yang khas juga menjadi daya tarik tersendiri untuk para penggemar kopi. Alhasil Kopi Amungme terus menerus mendapat pesanan dari berbagai wilayah bahkan dari luar Timika dan Papua.

Saya cukup gembira ketika akhirnya bisa membawa pulang dua bungkus Amungme Gold Coffee ke Jawa. Meski bukan penggemar kopi, setidaknya oleh-oleh kopi bisa membuat saya bangga karena merupakan hasil dari kekayaan alam Papua, tanah Paradise.

Sumber : GNFI
Sumber Gambar Sampul : Bagus DR / GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini