KRI Tertua yang Masih Bertugas Untuk Indonesia Ini Ternyata Menyimpan Banyak Keunikan

KRI Tertua yang Masih Bertugas Untuk Indonesia Ini Ternyata Menyimpan Banyak Keunikan
info gambar utama

Alat utama sistem pertahanan atau alutsista merupakan salah satu aspek penting dalam kedaultan negara. Sebab dengan alutsista yang baik sebuah negara tidak akan mudah diganggu oleh kepentingan-kepentingan asing maupun domestik yang mengancam kesatuan seperti aksi penerobosan perbatasan laut.

Pencegahan penerobosan perbatasan laut merupakan tugas dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut. TNI AL dengan armada KRInya selama hampir delapan dekade melindungi dan mengamankan wilayah perairan Indonesia dari nelayan asing maupun penerobos wilayah. Menariknya, diantara sekian banyak KRI miliki TNI AL, terdapat sebuah KRI yang usianya hampir enam dekade dan sampai saat ini masih aktif bertugas untuk NKRI.

KRI itu adalah KRI Multatuli dengan nomor lambung 561 yang merupakan salah satu kapal yang memiliki kode awalan lima yang masih digunakan oleh TNI AL. Angka lima menandai bahwa kapal tersebut adalah jenis kapal "landing ship tank" (LST) serta "landing platfrom dock" (LPD) dengan penamaaan nama-nama kota besar yang punya ciri khas maritim di Nusantara. Anehnya, KRI Multatuli meski memiliki nomor lambung 561 tidak berada di antara kedua jenis kapal tersebut.

KRI Multatuli adalah kapal perang yang dibuat oleh galangan Ishikawajima Harima, Tokyo, Jepang pada tahun 1961. Melihat asal pembuat, KRI Multatuli ternyata adalah satu-satunya kapal perang yang dibeli dari Negeri Matahari Terbit.

Bila menghitung usianya, maka umur KRI Multatuli telah mencapai lebih dari 50 tahun. Namun KRI ini tetap mampu berpatroli dikawasan Indonesia timur. Semboyannya yang berbunyi "Tangguh Pantang Menyerah" seolah menggambarkan kegagahannya layaknya KRI hebat pendahulu seperti KRI Ratulangi dan KRI terbesar yang pernah dimiliki Indonesia KRI Irian.

Baca juga:KRI Irian Kapal Perang terbesar di Asia yang pernah dimiliki Indonesia

Komandan KRI Multatuli Kolonel Laut (P) Agus Prabowo mengatakan, walaupun sudah tua kapal perang itu tetap menjadi kebanggaan bagi TNI AL khususnya bagi dirinya yang menjadi Komandan dari kapal tersebut.

"Wilayah patroli kita adalah di wilayah Indonesia Timur. Sebelum ke Kupang kita sudah berpatroli di wilayah perairan Merauke untuk memeriksa wilayah perbatasan," ujarnya seperti dikutip dari Galamedianews.

Dahulu pada tahun 1961 kapal perang tersebut hanya berfungsi sebagai bersandarnya kapal-kapal selam Indonesia untuk melakukan pengisian arus dan sebagai perbaikan kapal selam. Pada masa itu, tidak banyak yang dilakukan oleh KRI Multatuli pada zamannya selain menjadi kapal penyinggah bagi kapal selam. Namun kini KRI Multatuli telah menjadi kapal markas untuk aktifitas komando.

Seperti pada gelar operasi laut yang melibatkan kapal perang, KRI Multatuli kerap bertanggung jawab sebagai kapal markas. Perannya di lautan adalah adalah melakukan koordinasi, pengendalian, dan perbekalan pada kapal-kapal tempur di gugus tempur.

Saat ini kapal perang tersebut mempunyai berat dengan muatan penuh 6.741 ton, serta muatan kosong 3.220 ton. Dimensi kapal ini 111,35 x 16 x 6,98 meter, dan ditenagai satu mesin diesel barmeister dan wain 1 shaft dengan 5500 bhp dengan kecepatan maksimum 18,5 knot atau 34 km per jam.

Kapal "tua" ini seolah mengesankan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mengabdi pada negeri. Bahwa kemudian KRI Multatuli secara teknologi tertinggal dengan kapal perang modern terbaru, namun secara pengalaman dan semangat tentu tidak dapat lagi diragukan perannya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumber : Galamedianews.com
Sumber Gambar Sampul : port-of-sorong.blogspot.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini