Temajuk “Tempat Masuk Jalur Komunis”, Sang Surga di Ujung Perbatasan Indonesia

Temajuk “Tempat Masuk Jalur Komunis”, Sang Surga di Ujung Perbatasan Indonesia
info gambar utama

"Temajuk dengan penduduknya yang kian sejahtera menjadi garis terdepan pertahanan bangsa, yang tanpanya, entah apa jadinya ujung negeri kita kini."

Seminggu di Temajuk, Sambas, Kalimantan Barat, membuat kami bertanya-tanya tentang sejarah desa yang indah ini. Adalah Bapak Farhat bin Muin yang biasa dipanggil Bapak Hatta, generasi ketiga dari perintis Desa Temajuk yang bersedia bertutur kepada kami tentang asal muasal Desa Temajuk. Di siang hari yang cukup terik hari ini, Pak Hatta mengawali ceritanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Temajuk (dulu seringkali disebut Tanjung Bendera) mulanya adalah sebuah daerah yang paling dekat dengan Tanjung Datok, titik terluar Indonesia. Tanjung Bendera dengan Tanjung Datok berjarak sekitar 30 menit menggunakan perahu motor. Sedangkan dengan Paloh, ibukota Kecamatan, Tanjung Bendera berjarak sekitar 40 km. Tanjung Bendera langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan dan kepulauan Natuna. Berkat letaknya ini, Tanjung Bendera dulu merupakan pintu masuk orang-orang Komunis dari Cina. Dari sana, disebutlah nama daerah tersebut sebagai Temajuk atau kepanjangannya “Tempat Masuk Jalur Komunis”.

Sebagai sarang Komunis, sampai tahun 80-an, Temajuk menjadi daerah konflik yang dijaga ketat oleh TNI. Hingga pada 80-an, muncullah inisiasi dari orang-orang Mentibar untuk menjadikan Temajuk sebagai pemukiman untuk meredam konflik yang terjadi. Proposal ini disetujui oleh Gubernur dua tahun berikutnya dan dihunilah Temajuk oleh 10 Kepala Keluarga.

Pada tahun 1982, dibangunlah 10 rumah yang memakan lahan sepanjang 2 km, 1 balai desa, 1 surau, 4 unit sarana MCK, dan 1 SD. Setahun berikutnya, langkah 10 Kepala Keluarga ini diikuti oleh 12 Kepala Keluarga lain sehingga jumlah KK di Temajuk mencapai 22 Kepala Keluarga. Bertambahnya penduduk di Temajuk mendesak Gubernur untuk meresmikan daerah terebut sebagai pemukiman dusun Temajuk pada tahun 1984. Di akhir tahun itu juga, dusun Temajuk berubah menjadi desa Temajuk dengan nama dusun berubah menjadi dusun Camar Bulan.

Temajuk dahulu sangat terisolir hingga orang hanya bisa mengakses Temajuk lewat jalur laut. Sampai pada tahun 90-an, orang bisa sampai di Temajuk dengan menyusuri daerah pesisir. Akhirnya pada tahun 1999, dibangunlah batang tubuh jalan darat dari Ceremai ke Temajuk. Dibangunnya jalan ini membuat aliran migrasi penduduk menuju Temajuk kian deras. Hal ini menjadi hal yang baik karena dapat meredam konflik yang seringkali terjadi antara Indonesia-Malaysia.

Singkat cerita, pada tahun 2009 datanglah mahasiswa K2N dari Universitas Indonesia yang mengekspos masalah Tapal Batas di Temajuk. Sebelumnya, Tapal Batas memang menjadi masalah karena titik perbatasan Indonesia-Malaysia seringkali bergeser ke arah Indonesia tanpa sepengetahuan penduduk. Berkat tereksposnya berita ini, berbondong-bondong orang dari Sambas, Natuna, Riau, bermigrasi ke Temajuk sehingga wilayah ini menjadi lebih ramai dan mudah dalam penjagaan batasnya. Mahasiswa K2N ini juga mengusung dan menyebarkan tagline “Temajuk, Sepotong Surga di Ekor Kalimantan”, yang membuat wisatawan tertarik untuk datang menengok keindahan alam di Temajuk.

Temajuk memiliki pantai pasir putih sepanjang 42 km (terpanjang di Indonesia) dan beberapa kilometer pantai berbatu. Dengan menghadap ke Barat Laut, Temajuk dianugerahi pemandangan sunset yang sangat indah.

Kini Temajuk yang dulunya adalah daerah konflik telah berubah citranya menjadi daerah pariwisata, selain tentunya menjadi daerah yang makin ramai dan ditakuti oleh negeri tetangga.

Cerita Pak Hatta siang itu berakhir sampai di sini. Tampak benar dari matanya, Pak Hatta begitu mencintai Temajuk. Baginya Temajuk memanglah surga yang tak sekedar indah namun menjadi tumpah darah perjuangan bagi nenek moyang dan cucu cicitnya kelak. Kalau dulu kakeknya adalah termasuk 10 orang penduduk pertama yang menghuni dan merintis Temajuk, generasinya dan generasi sesudahnyalah yang kemudian akan memajukannya. Juga, tugas kita bersama untuk menjaga minimal dengan mencintai dan bangga akan negeri kita sendiri. (*Zahratul Iftikar/Asrari Puadi)

Sumber foto sampul : Semburat Sunset di Temajuk/Zahra-UGM

#CeritaDariEkorBorneo merupakan sebuah program Tim KKN UGM Temajuk 2016 bekerjasama dengan GNFI. Yaitu sebuah serial cerita perjalanan yang mengangkat potensi serta inspirasi dari daerah Temajuk, sebuah daerah dari ekor Borneo yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia.

Cerita Dari Ekor Borneo
info gambar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini