Ini Dia Proses Evolusi Drone Kebanggaan Indonesia, Karya LAPAN

Ini Dia Proses Evolusi Drone Kebanggaan Indonesia, Karya LAPAN
info gambar utama

Teknologi pesawat tanpa awak saat ini dibutuhkan untuk berbagai keperluan. Di Indonesia sendiri, pemerintah melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berusaha untuk dapat menciptakan teknologi drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk berbagai misi seperti sruveillance (pemantauan) wilayah. Wilayah Indonesia yang memiliki karakter bergunung-gunung dan pulau terpencil, mengakibatkan teknologi ini menjadi mendesak dibutuhkan.

LAPAN sejauh ini telah menciptakan lima generasi UAV yang berkode nama LAPAN Surveillance UAV atau LSU. Seperti ditulis oleh Majalah Angkasa Online, kelima LSU tersebut merupakan hasil evolusi dari tiap-tiap generasi UAV yang sampai sekarang masih menjalankan misi untuk tiga bidang yakni: pertahanan, kebencanaan dan pemetaan dengan resolusi tinggi.

Berikut adalah proses evolusi drone karya anak bangsa oleh LAPAN yang dirintis sejak tahun 2011

LSU-01

LSU-01 (Foto: indodefence.wordpress.com)
info gambar

Generasi pertama UAV yang dikembangkan oleh LAPAN bermula dari UAV yang diimpor dari Amerika Serikat dengan kode nama LSU-01. Modul ini berukuran kecil dengan berat kosong 1,3 kg dan bentang sayapnya sepanjang 1,88 m dan panjang 1,1 m. Dengan bobotnya tersebut, LSU-01 mampu mengudara dengan kecepatan maksimal mencapai 45 km/ jam dengan masa terbang selama satu jam (tergantung ukuran baterai).

Misi yang sempat dijalankan oleh LSU-01 adalah melakukan pemantauan Gunung Merapi pada ketinggian 3300 diatas permukaan laut (mdpl) kemudian untuk pengawasan banjir di Jakarta. Selain itu pemetaan perkotaan di Bintaro, Tangerang dan validasi radar di Kalimantan dapat dilakukan oleh LSU-01 termasuk pemetaan perkiraan produksi padi di Cianjur.

LSU-02

LSU-02 (Foto: Angkasa.co.id)
info gambar

Generasi berikutnya adalah LSU-02 yang memiliki bodi 100% karya Pustekbang (Pusat Teknologi Penerbangan) LAPAN yang secara konsep masih menyontoh LSU-01. Kemajuan yang didapatkan dari UAV generasi kedua ini adalah kemampuan untuk pengendalian secara autonomous atau kendali otomatis berdasarkan program piranti lunak. Kemampuan ini memiliki keunggulan pada saat penerbangan (cruising) jarak jauh. Meski begitu, pengendalian tetap dapat dilakukan dengan kendali manual sesuai kebutuhan.

Kegiatan penggunaan dan pemanfaatan LSU-02 telah mencakup kebutuhan militer seperti terlibat dalam latihan gabungan uji coba senjata strategis dengan TNI AL pada Mei tahun 2013 lalu di pulau Bawean. Proses lepas landasnya pun dilakukan diatas kapal perang TNI AL.

Tidak hanya itu, LSU-02 juga membantu kebutuhan TNI AD dalam melakukan pemetaan wilayah latihan. Pada masa itu UAV generasi kedua ini telah mampu terbang sejauh 199 km oleh sehingga dinobatkan MURI sebagai peraih rekor pesawat tanpa awak Indonesia yang berhasil terbang dengan menempuh jarak terjauh. Rekor tersebut ditempuh dalam waktu 2 jam 37 menit.

LSU-03

LSU-03 (Foto: defence-studies.blogspot.com)
info gambar

Peningkatan kemampuan yang semakin kompleks membuat LAPAN terus mengembangkan UAV miliknya. Pada generasi ketiga, keperluan untuk Airborne Remote Sensing melahirkan LSU-03. Pesawat tanpa awak ini memiliki bobot terbang sebesar 30kg dengan bentang sayap mencapai 3,5 meter dan panjang 2,5 m. Kecepatan maksimumnya mencapai 150 km/jam dengan durasi terbang selama 12 jam.

LSU-03 sempat menjalankan misi pemotretan jarak jauh dari Pameungpeuk, Cilacap, ke Pelabuhan Ratu dan kemudian kembali ke Pameungpeuk pada November 2015. Keberhasilan misi tersebut menobatkan LSU sekali lagi memecahkan rekor sebelumnya dengan kemampuan terbang sejauh 340 kilometer dengan waktu tempuh selama 3 jam 39 menit. Saat ini LSU-03 dioperasikan oleh Direktorat Topografi TNI AD untuk patroli perbatasan di Kalimantan.

LSU-04

Pengembangan UAV LAPAN tidak terhenti pada generasi ketiga. LAPAN kemudian mengembangkan LSU-04 yang digunakan untuk program riset dan rekayasa Pustekbang. Generasi keempat ini memiliki tubuh yang jauh lebih besar dengan bentang sayap mencapai 4m. Sehingga peningkatan kecepatan maksimalnya tidak jauh dari generasi sebelumnya yakni 160 km/jam saja. Sedangkan untuk kemampuan muat, UAV ini mampu membawa beban sebanyak 18kg.

Tidak banyak informasi yang dapat dihimpun tentang UAV generasi keempat ini. GNFI sendiri tidak mendapatkan banyak informasi tentang misi-misi apa saja yang telah telah dilakukan oleh LSU-04.

LSU-05

LSU termutakhir milik LAPAN, LSU-05 (Foto: defence-studies.blogspot.com)
info gambar

Generasi selanjutnya setelah LSU-04 adalah LSU-05. Generasi kelima ini merupakan UAV yang memiliki teknologi penyempurnaan dan penggabungan model dari LSU generasi sebelum-sebelumnya. LSU-05 dirancang memiliki dimensi ukurang yang jauh lebih besar dari generasi kedua dan mampu menjalankan misi dan peran yang dilakukan oleh LSU-03 dan LSU-04.

LSU-05 didesain mampu terbang selama 8 jam dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Kemampuannya jarak tempuhnya pun sangat jauh yakni mencapai 800km dengan kondisi terbang otomatis. Kapasitas yang dimiliki pesawat generasi kelima ini mencapai 30kg. Dari segi desain, LSU-05 terlihat mirip dengan drone Wulung hasil karya PT Dirgantara Indonesia dan BPPT. Hanya saja tampilan moncong LSU-05 terlihat lebih streamline. Namun LSU-05 memiliki kemampuan jarak tempuh yang jauh diatas Wulung yang hanya mencapai 200 km. Sampai saat ini LSU-05 masih dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan.

Modul UAV yang berhasil dikembangkan oleh LAPAN membuktikan bahwa Indonesia mampu untuk menciptakan teknologi penerbangan secara mandiri. Meski berawal dengan mengimpor, LSU berhasil menjadi sebuah karya kebanggan bangsa yang telah menjalankan misi-misi penting. Tentu kita patut bangga pada anak-anak bangsa yang telah bekerja keras untuk mengembangkan teknologi ini.

Sumber : Angkasa.co.id
Sumber Gambar Sampul : defense-studies.blogspot.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini