Berbincang Bersama Della Adisty Handayani, Pemanah Muda Kebanggaan Indonesia

Berbincang Bersama Della Adisty Handayani, Pemanah Muda Kebanggaan Indonesia
info gambar utama

Mulai belajar memanah sejak usia 5 tahun, di sela masa perkuliahannya di jurusan Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Della Adisty Handayani hingga kini masih aktif berlaga di cabang olah raga panahan. Putri bungsu dari peraih medali pertama dalam Olimpiade 1988 di Seoul, Lilis Handayani ini telah menorehkan segudang prestasi yang membanggakan. Namun, bukannya tanpa perjuangan lahir dan batin, suatu ketika Della bahkan harus meninggalkan kegiatan sekolahnya selama satu tahun demi mempersiapkan diri bertanding dalam Asian Grand Prix 2013 di Bangkok dan SEA Games 2013 di Myanmar dan hal tersebut membuatnya cukup resah.

Akhir bulan Juli 2016 lalu, dara kelahiran 28 Juni 1997 ini berhasil meraih medali perak dalam ajang ASEAN University Games (AUG) 2016 di Singapura. Atas prestasinya ini, tim redaksi GNFI berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Della mengenai dirinya dan panahan serta berbagai prestasi yang pernah diraihnya. Berikut perbincangannya:

Sejak kapan mulai belajar memanah?

Awalnya itu dari keluarga, sekitar umur 5 tahun mulai dilatih sendiri sama keluarga, bukan lewat sekolah panahan karena di Indonesia ini nggak ada sekolah panahan. Lalu sekitar umur 7 tahun baru ikut-ikut pertandingan.

Kenapa memilih olah raga memanah?

Memang dari keluarga. Mama kan, pemanah, lalu kakak yang perempuan juga memanah. Kalau papa jadi pelatih panahan, mama juga sih jadi pelatih panahan. Jadi memang sudah ada darah panahan di keluarga dan aku dapat skill ini dari keluarga juga.

Apakah pernah menekuni cabang olah raga lain?

Enggak pernah. Memang dari kecil sudah menekuni panahan. Tapi kalau olah raga yang lain bisa, yang penting yang enggak pakai bola. Bulu tangkis sama renang gitu aku suka.

Dari keseluruhan pertandingan yang pernah diikuti, mana yang paling berkesan?

Yang paling berkesan itu SEA Games 2013. Nah, sebelum SEA Games itu ada pertandingan juga di Asian Grand Prix 2013 di Bangkok. Waktu itu persiapannya setahun di Jakarta, jadi aku sempat nggak sekolah selama itu. Jadi mulai pelatihan itu Februari di Jakarta, pertandingannya Desember, sebualn sekali aku pulang ke Surabaya untuk ikut ujian susulan. SEA Games 2011 itu dulu juga ikut, tapi pelatihannya dipusatkan di Surabaya jadi masih bisa sekolah. Tapi, ya SEA Games 2013 itu paling berkesan sih, karena perjuangan nggak sekolahnya itu. Selain itu waktu SEA Games 2013 dan Asian Grand Prix 2013 aku dapat medali.

Della juga sudah memutuskan untuk tidak ikut seleksi nasional karena alasan pendidikan. Mengapa?

Iya, memang fokus ke pendidikan dan bisnis. Jadi kalau untuk karir tidak di panahan nantinya. Ya, sebenarnya sama saja, tapi itu sudah keputusan saya. Jadi di Indonesia ini, kan pintar nggak menjamin sukses, apa lagi tidak pintar. Lalu kalau panahan itu adalah skill dan skill juga nggak menjamin sukses apalagi nggak ada skill. Jadi, saya pilih fokus ke pendidikan dulu. Nantinya mungkin pendidikan sama panahan itu bisa menunjang bisnis, tapi yang jelas harus menyelesaikan kuliah dulu. Orang tua juga sudah bilang yang penting kuliah dulu, nanti panahan ya, mengikuti saja. Di Indonesia ini, kita belum bisa menjalani semuanya, harus pilih salah satu. Jadi, aku memutuskan untuk memilih sekolah.

Sekarang katanya sedang menjalani bisnis. Bisnis apa?

Ada dua, sih kalau sekarang ini. Pertama bantu mengelola sekolah panahannya mama, Srikandi Archery School sama lagi ngerjain video komunikasi untuk PON 2016 nanti. Kalau yang sekolah Srikandi itu memang baru mengembangkan, makanya saya sekolah di manajemen bisnis supaya bisa mengelola sekolah itu.

Della sudah berhasil menyabet banyak medali di cabang panahan buat Indonesia terutama. Untuk ke depannya apa yang ingin diberikan buat Indonesia?

Iya, kemarin di AUG Singapura dapat perak. Itu bukan yang terbaik, sih. Aku merasa ini memang belum potensi maksimal yang aku kasih buat Indonesia. Jadi, sebenernya aku orangnya kalo udah mutusin itu udah saklek gt. Jadi kalo aku sudah mau sesuatu aku akan habis-habisan. Tapi aku merasa belum memberikan yang terbaik buat Indonesia, belum maksimal. Sebenernya kalo lebih maksimal bisa aja, masih ada waktu. Kalau buat waktu dekat ini lagi fokus buat PON 2016. Harapannya bisa ngasih emas buat Jawa Timur.

Della usai bertanding di ASEAN University Games (AUG) 2016 di Singapura. Meski meraih medali perak, namun Della tetap optimis bisa memberikan yang lebih baik setelah ini.
info gambar

Cita-cita Della apa?

Dulu waktu kecil pengennya berprestasi seperti mama, itu jelas, ya. Tapi semakin ke sini lebih ingin fokus berbisnis. Makanya, panahan ini juga bisa jadi peluang. Nanti rencananya panahan itu mau dikonsep franchise, mau dibuat jaringan jadi kita nggak perlu buka cabang. Tapi saya masih butuh banyak pengalaman organisasi dan manajemen perusahaan, jadi itu buat jangka panjangnya.

Dukungan keluarga bagaimana?

Kalau panahan dari keluarga sangat mendukung, ya karena memang hampir semuanya di panahan. Kalau di bisnis ini orang tua sudah tau. Kebetulan yang terjun langsung ke dunia bisnis itu Della sama mama.

Bagaimana dengan kegiatan sekolah Della di samping kesibukannya di panahan?

Di kampus sebenarnya aku ingin ikut organisasi, tapi takut keteteran karena ini menjalani bisnis, kuliah, dan panahan aja sudah keteteran. Tapi, alhamdulillah IPK-nya masih aman walaupun belajarnya juga nggak beneran rajin. Waktu SMA juga enggak menyangka bakal dapat nilai UN tertinggi se-SMA di SMA 16 Surabaya padahal itu nggak belajar banget, sebelumnya kalau di ranking paralel pun enggak pernah bagus.

Pelajaran apa yang didapat dari panahan?

Pertama, waktunya lebih berguna. Kalau di panahan ini saya merasa dapat komunitas yang bagus, jadi nggak buang-buang waktu hanya untuk main dan menghabiskan uang orang tua. Jujur saja, sejak SMP aku udah nggak minta uang lagi sama orang tua. Lalu, panahan ini menuntut kita untuk fokus. Sebenernya semua olah raga, ya. Cuman kalau di panahan ini kita harus fokus sama target, harus positif pikirannya supaya bisa menembak ke tengah di 10. Sejak awal mau menembak harus berpikir 10 terus, kalau berpikirnya delapan nanti jatuhnya benar-benar di delapan.

Lalu belajar sabar juga. Semua olah raga, kan butuh latihan yang intens dan pastinya akan ada waktu bosan. Kalau udah bosan gitu biasanya aku enggak latihan. Kalau aku dulu bisa sehari gitu, sih nggak latihan, sebenernya nggak boleh bolos sih di tempat latihan. Biasanya kalau di tempat latihan itu kan ada jadwal, nah di situ ada jadwal libur. Tapi kalau suatu ketika nembakku nggak enak, ditembakin tambah hancur karena moodnya nggak ada jadi aku suka sembunyi kalo udah gitu.

Apa pesan buat anak-anak Indonesia?

Manfaatkan waktu karena waktu enggak bisa diputar lagi. Putuskan, mau kerja kerasnya sekarang atau nanti? Kalau enggak kerja keras sekarang pada akhirnya nanti akan kerja keras di akhir. Kalau bisa kerja keras di awal kenapa enggak di awal aja? Ini untuk semua konteks, baik pendidikan, passion, dan semuanya. Kalau mau fokus ke pendidikan, ya lakukan sekarang. Kalau mau menjalani passion harus dari sekarang juga.


Sumber Gambar : Dok. pribadi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini