Ini Ragam Cerita Masyarakat Indonesia Berpuasa Ramadhan di Eropa

Ini Ragam Cerita Masyarakat Indonesia Berpuasa Ramadhan di Eropa
info gambar utama

Menyambut Ramadan, masyarakat dan traveler Indonesia di Eropa pun bersiap-siap. Ada kajian, silaturahmi sampai mearasakan 'kelangkaan' ustadz.

Menyongsong Ramadan Masyarakat Indonesia di Eropa dengan antusias mempersiapkan diri. Kegiatan Tarhib Ramadan diadakan masyarakat muslim Indonesa dari Milan sampai Bukares. Kelangkaan Ustadz diantisipasi dengan mendatangkan dari negara Eropa lain. Komunitas Muslim Milan dan Paris pada hari Ahad, 29 Mei 2016 secara serentak mengadakan Tarhib Ramadan.

Di Milan acara tarhib merupakan serangkaian kegiatan dengan kegiatan Taman Pendidikan Al Quran yang diselenggarakan oleh gabungan antara komunitas muslim Milan dan mahasiswa Indonesia di Milan, sedangkan di Paris acara tarhib diselenggarakan oleh perhimpunan masyarakat Islam Indonesia di Perancis (PERMIIP).

Di Italia sendiri Keluarga dan Komunitas Islam Indonesia Italia (KeKita) dalam 5 tahun ini rutin menyelenggarakan kajian online keislaman dan keluarga serta silaturrahim offline keluarga dan komunitas Islam di Italia. Lain halnya dengan Bukares, Romania, kegiatan tarhib Ramadan diinisiasi langsung oleh Dubes KBRI Bucharest Diar Nurbintoro, bekerja sama dengan Diaspora Indonesia di Rumania.

Meskipun hidup jauh dari keluarga di tanah air di tengah lingkungan kehidupan barat, masyarakat Indonesia di Eropa tidak melupakan nilai-nilai Islam dan pembelajaran Al Qurán. Komunitas Muslim Milano yang terdiri dari gabungan masyarakat dan mahasiswa Indonesia mengadakan TPA (Taman Pendidikan AL Quran) untuk mengajarkan membaca Al Quran bagi yang belum lancar. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu secara rutin sedangkan diakhir bulan diadakan kajian keislaman. Memasuki bulan Ramadan Pengajian Milan merasa perlu membekali diri dengan pengetahuan persiapan berpuasa, apalagi puasa pada tahun ini bertepatan dengan musim panas di mana waktu berpuasa mencapai 18 jam. Pengajian lokal kota ini sangat menarik karena memungkinkan para peserta bertemu dan bertatap muka.

Tempat pengajian digilir dari rumah ke rumah, misalnya di tempat Agung Pramudya F.R., Direktur ITPC Milan, Kemendag, atau di rumah Echie, Masyarakat Indonesia yang bermukim di Milan. Di samping masyarakat Indonesia, mahasiswa muslim Indonesia terlibat aktif dalam kegiatan ini seperti Agie W. Priakbar, mahasiswa Politeknik Milan yang menjabat sebagai Humas PPI Italia. Kekurangan pembicara tidak menjadi kendala dalam membekali pengetahuan Ramadan, Pembicara diterbangkan secara khusus dari Belanda.

Dalam Tarhib Ramadan yang diselenggarakan pada ahad pagi, 29 Mei 2016, Kandidat Doktor Frije Universiteit Amsterdam, Siswanto yang juga Ketua Bidang Dakwah dan Kajian SGB (Stichting Generasi Baru) Utrecht Belanda memberikan materi pembekalan Ramadan. Siswanto menekankan agar kaum muslimin mempersiapkan puasa dari berbagai aspek seperti persiapan mental, ruhiyah (spiritual), wawasan (fikriyah), persiapan fisik dan materi, merencanakan peningkatan prestasi ibadah (syahrul ibadah), menjadikan Ramadan sebagai bulan taubat, menjadikan Ramadan sebagai syahrut Tarbiyah dan dakwah, serta menjadikan Ramadan sebagai bulan evaluasi (syahrul muhasabah). Masyarakat muslim Milan mengikuti kajian dengan antusias dengan penyajian materi yang disajikan secara elektronik (powerpoint).

Acara pengajian selalu menarik dan sangat dirindukan, di samping mendapatkan materi pencerahan, setelah ceramah selesai, masyarakat dapat menikmati masakan Indonesia yang dipersiapkan tuan rumah. Nasi, orek teri kacang, daging empal, dan Bakso menjadi menu favorit pengajian kali ini. Dan yang tak kalah menarik adalah es teler yang menambah kenikmatan makan siang dan pengobat kerinduan tanah air.

Kelangkaan Ustadz atau pemateri keislaman di Eropa menjadikan masyarakat muslim Indonesia yang bermukim di Eropa menjadi lebih kreatif. Saling berbagi informasi keberadaan Ustadz/pemateri yang sedang bertugas di suatu negara agar dapat diundang untuk berkunjung ke negara lain di Eropa. Cara ini lebih efektif untuk mengoptimalkan peran Ustadz yang sudah ada dilokasi dan lebih hemat biaya dari pada mendatangkan Ustadz baru dari Indonesia dengan segala prosedur persiapan visa dan prosedur lain. Setelah Siswanto menyelesaikan tugas di Milan dan kemudian mampir di Bukares untuk mengunjungi saya, informasi pun diteruskan ke KBRI Bucharest.

Atas inisiatif Dubes KBRI Bucharest, Diar Nurbintoro, bekerja sama dengan Diaspora Indonesia di Rumania yang diketuai Bapak Eddy Widodo (Ewi) dalam waktu satu hari kegiatan tarhib Ramadan berhasil diselenggarakan. Bertempat di Wisma KBRI, yang merupakan kediaman Dubes KBRI Bucharest, Senin 30 Mei 2016 pukul 20.00 waktu setempat, sekitar 30 masyarakat Indonesia berkumpul untuk menyambut Ramadan 2016.

Setelah sambutan pembukaan oleh Dubes Diar Nurbintoro selaku tuan rumah yang berharap agar masyarakat muslim Bucharest mendapatkan manfaat dari kegiatan ini dalam rangka persiapan Ramadan, para hadirin dengan khusyu mendengarkan bacaan tilawah Qur'an surat Al Baqoroh dengan ayat-ayat mengenai ibadah puasa. Saya bertugas untuk membacakan Qur'an sekaligus sebagai moderator. Masyarakat muslim Bukares dengan antusias mendengarkan materi persiapan Ramdhan yang disampaikan oleh Siswanto. Kandidat doktor, yang mengenyam pendidikan non formal di Mahad Al Hikmah Jakarta ini menekankan 7 amalan yang hendaknya dilakukan muslim selama bulan Ramadan untuk mencapai derajat taqwa.

Amalan pertama adalah agar kita berpuasa dengan sebenar-benarnya, tidak sekedar menahan lapar dan haus, namun juga menahan syahwat dan panca indera dari segala perbuatan yang dapat mengurangi pahala ibadah puasa kita. Kedua adalah menegakkan salat dengan salat yang berkualitas meningkatkan kekhusyuan di samping meningkatkan kuantitas dengan salat malam dan salat sunnah seperti salat rawatib, dhuha dan lain-lain.

Bulan Ramadan adalah Bulan Al Quran, di bulan itu Rasulullah bertalaqqi dengan malaikatbJibril, oleh karena itu amalan ketiga yang dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al Quran dan berusaha memahami maknanya, paling tidak dengan membaca terjemahannya.

Selain itu yang keempat adalah memperbanyak Dzikr dan Doa. Waktu yang paling baik pada saat Doa adalah pada saat bersujud, karena saat itulah Allah Swt paling dekat dengan hamba-Nya. Kelima adalah memperbanyak infaq. Rasulullah SAW adalah yang paling dermawan, dan puncak kedermawanan beliau yakni pada bulan Ramadan. Yang keenam dan ketujuh amalan yang dianjurkan menurut Siswanto adalah I'tikaf terutama di sepuluh hari terakhir dan memperbanyak silaturrahim.

Setelah salat maghrib berjamaah dan sesi tanya jawab yang cukup menarik dari para hadirin yang memiliki permasalahan dalam pelaksanaan ibadah keseharian baik puasa maupun salat, acara ditutup dengan makan malam yang disiapkan oleh Ibu Dubes. Serunya makan sambil berdiskusi dengan warga Indonesia di Bukares. Selain diplomat KBRI Bucharest, ada juga diplomat Amerop (Amerika Eropa) Kemenlu, satu orang mahasiswa, beberapa WNI yang menjadi pegawai perusahaan minyak Rumania, dan masyarakat Indonesia yang bermukim lama di Rumania.

Senangnya bisa bersilarrahim dengan Masyarakat Indonesia di luar negeri. Selain mendapatkan pencerahan materi persiapan Ramadan, dan menikmati hidangan asli Indonesia, masyarakat muslim dapat saling mengenal dan berdiskusi.


Sumber : travel detik
Sumber Gambar Sampul : travel detik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini