Kawasan Jimbaran masih sepi pagi itu namun tidak dengan ruas jalan di Ulu Siwi yang sejak dini hari sudah mulai ramai oleh hiruk-pikuk aktivitas pedagang.
Adalah Pasar Jimbaran yang menjadi destinasi wisata di hari ketiga Jelajah Indonesia bersama Citilink.
Saya sengaja memasukkan tempat yang kurang populer di kalangan wisatawan ini karena ingin melihat langsung aktivitas penduduk di Bali kala pagi serta ingin mengamati bagaimana kondisi salah satu pasar tradisional di Pulau Dewata dan satu yang paling menarik adalah dapat menemukan kuliner lokal yang khas dengan harga yang sangat terjangkau tentunya hehe.
Setelah turun dari motor ojek, saya langsung berjalan menuju denyut utama aktivitas ini berlangsung yaitu di dalam pasar.
Di sepanjang jalan pedagang yang berjualan nampak begitu bersemangat menjajakan dagangannya.
Seperti pasar tradisional di tempat saya tinggal, Pasar Jimbaran menjual barang serupa seperti sayuran, ikan, daging, gerabah dan yang berbeda dengan pasar lain di Indonesia adalah begitu banyaknya penjual canang.
Penjual canang sebagian besar berada di daerah trotoar jalan sedangkan untuk denyut utama pasar ini kebanyak menjual sayuran dan daging.
Sejauh saya berkeliling hanya ada dua macam daging yang dijual yaitu daging babi dan daging ayam. Salah seorang penjual daging babi menjelaskan pada saya apa saja yang ia jual yaitu mulai dari olahan daging yang serupa dengan sosis, daging babi, dan darah babi untuk dijadikan lawar. Lawar ialah masakan berupa campuran sayur-sayuran dan daging cincang yang dibumbui secara merata serta ditambahkan darah babi di dalamnya. Sedikit bergeser maka saya sudah berpindah menuju penjual daging ayam yang kebetulan adalah bukan penduduk Bali melainkan dari Madura.
Ia mengaku bahwa pendapatan yang ia peroleh lebih banyak daripada di daerah ia tinggal dan ia merasa nyaman selama tinggal di Bali.
Denyut utama pasar ini tak begitu luas ternyata akhirnya saya memutuskan untuk berjalan di sepanjang trotoar jalan yang juga dipadati oleh para pedagang.
Saya berhenti di salah satu pedagang jajanan lokal Bali yang menjual tiga macam jajanan yaitu ketan yang di bungkus di plastik dengan daging yang menjadi toppingnya yang dijual seharga Rp 1.000. Lalu ada Uli yang terbuat dari ketan, kelapa dan gula merah yang berbentuk bundar dan dibungkus dengan janur, harganya Rp 5.000. dan terakhir adalah Sumping Kacang yang dijual seharga Rp 1.000. Sumping Kacang merupakan olahan kacang yang dicampur dengan tepung beras.
Saya sendiri memilih untuk membeli Sumping Kacang sebagai pengganjal perut di pagi itu.
Kondisi tempat Pasar Jimbaran menurut saya sudah cukup baik jauh dari kesan kumuh yang terbayang di pikiran saya ketika kata pasar tradisional terpilih menjadi salah satu destinasi. Kios penjual tertata dengan rapi, tempatnya juga cukup bersih tidak ada sampah yang beserakan.
Hal menarik yang jarang dijual di pasar lain di Indonesia adalah Canang. Canang sendiri sangat mudah dijumpai ketika berada di Bali karena tiap sudutnya selalu ada canang yang menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari aktivitas harian penduduk Bali yang melakukan sembahyang.
Tiga kali sembahyang sehari menjadi kesempatan bagi para penjual canang untuk menjual dagangan mereka.
Biasanya mereka menjual canang dalam satu kantong plastik berukuran besar. Harga satuannya yaitu Rp 1.000.
Di Pasar Jimbaran ini saya melihat bagaimana meracik sebuah Canang yang berisi campuran berbagai macam bunga serta seiris buah dan batang pisang. Lalu ditambahakan aneka macam bunga yang berwarna-warni. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Hal menyenangkan dari berkunjung ke sebuah pasar tradisional seperti Pasar Jimbaran ini adalah adanya proses interaksi antara penjual dan pembeli seperti proses tawar menawar harga, saling sapa, hingga bertanya kabar satu sama lain. Selain itu berkunjung ke Pasar Tradisional membuat saya lebih mengenal penduduk asli dalam suatu wilayah yang saya kunjungi. Lalu, bagaimana denganmu? Sudah pernah berkunjung ke pasar tradisional di kota apa saja?
Sumber Gambar Sampul : Dokumentasi Pribadi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News