Mengabdi Mencerdaskan Anak Bangsa di Luar Negeri

Mengabdi Mencerdaskan Anak Bangsa di Luar Negeri
info gambar utama

Kesempatan untuk para kepala sekolah di Indonesia membangun karir di luar negeri bukanlah sesuatu yang mustahil. Hal ini seperti yang dialami oleh Agus WF (50) yang berprofesi sebagai kepala sekolah sebuah SMP di Garut. Ia ditunjuk untuk menjadi kepala sekolah di Filipina tepatnya di Davao City. Namun, sekolah yang akan ia kelola bukanlah sekolah biasa. Sekolah tersebut adalah Sekolah Indonesia Davao (SID) yang bertempat di Davao City, Pulau Mindanao, Filipina.

Amanat yang ia emban tidaklah kecil, yakni membina 3 tingkat sekolah yakni SD, SMP dan SMA. “Membawa visi mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia, saya yakin bisa sukses mengembangkan pendidikan di sana,” kata Agus WF, saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan Garut Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Senin (1/8/2016). Seleksi menjadi kepala sekolah ini cukup ketat, persyaratan seperti kefasihan berbahasa Inggris yang dibuktikan dengan skor TOEFL minimal 550, kemudian pengalaman menjadi kepala sekolah minimal tiga tahun harus dipenuhi.

"Seleksinya dilakukan oleh Kemendikbud, Kemenlu, kemudian harus memiliki pengalaman tiga tahun menjadi kepala sekolah dan fasih bahasa Inggris," kata Agus seperti yang dikutip dari antarajabar.com. Selain Agus, ada empat orang kepala sekolah lainnya yang terpilih yang nantinya akan ditempatkan di Sekolah Indonesia Bangkok dan negara lainnya.

SID adalah sebuah sekolah di bawah naungan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao. Tujuannya adalah untuk memberi pendidikan untuk anak-anak keturunan Indonesia yang tinggal di Davao City dengan kurikulum yang diaplikasikan di Indonesia dan juga mengenalkan dan mengajarkan kebudayaan juga bahasa Indonesia kepada mereka. Seluruh siswa SID adalah anak-anak dari para WNI yang diantaranya berprofesi sebagai nelayan dan petani yang berasal dari Nusa Utara, yang sudah menetap sekian lama di beberapa pulau yang berdekatan dengan Davao mengingat letak Pulau Mindanao di ujung selatan Filipina relatif dekat dengan Manado, Sulawesi Utara, dan juga anak dari orang tua yang mencari nafkah di salah satu destinasi wisata Filipina itu. Menjadi pendidik di sana merupakan tantangan tersendiri karena kebanyakan dari siswa terbiasa berkomunikasi dengan Bahasa Tagalog.

Kabid Pendidikan Dasar Disdik Garut, Totong, menuturkan jika Agus harus menjadi contoh guru berprestasi yang patut ditiru. Ia pun menjanjikan sepulangnya Agus ke Indonesia, jabatan kepala sekolah masih akan diembannya. “Dia kan sudah delapan tahun jadi Kepsek. Harusnya kena periodisasi. Tapi karena berprestasi setelah selesai bertugas kami akan tetap memberikan jabatan Kepsek. Pengalamannya di sana mudah-mudahan bisa diterapkam di sini nantinya,” ucap Totong.

Menjadi pengajar yang berprestasi tidak hanya terbatas di negara kita sendiri. Menjadi pendidik anak bangsa yang ada di negara lain adalah pengalaman dan prestasi tersendiri karena pendidik dapat mendekatkan mereka yang jauh dari negara Indonesia dapat mengenal dan akrab dengan negara asal keturunan mereka sendiri.




Sumber :

https://www.antarajabar.com

https://garut-express.com

https://rayapos.com


Sumber Gambar Sampul : https://sidavao.wordpress.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini