Memperkenalkan budaya Bali di Eropa lewat Seni Tari

Memperkenalkan budaya Bali di Eropa lewat Seni Tari
info gambar utama

KESENIAN dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar, karena tidak dapat dipisahkan dari relegius masyarakat Hindu di Bali. Upacara di pura-pura (tempat suci) juga tidak lepas dari kesenian seperti seni suara, tari, karawitan, seni lukis, seni rupa, sastra, dan seni gamelan. Candi-candi, pura-pura dan lain-lainya dibangun sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa estetika, etika, dan sikap relegius dari para umat penganut Hindu di Bali. Penari dalam semangat mengabdi atau bekerja tanpa pamerih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud bhakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Di dalamnya ada rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri dan seniman ingin sekali menjadi satu dengan seni itu karena sesungguhnya tiap-tiap insan di dunia ini adalah percikan seni.

Dengan sifat religius masyarakat dan juga ajaran agama Hindu yang universal dan semua penganut dapat mengekspresikan keyakinan terhadap Hyang Maha Kuasa, maka banyaklah timbul berbagai kesenian yang dikaitkan dengan pemujaan. Banyak tumbuh suatu kesenian yang memang ditujukan untuk suatu pemujaan tertentu, atau juga sebagai pelengkap dari pemujaan tersebut. Selain itu pula berkembang suatu seni pertunjukkan yang sifatnya menghibur. Penggunaan gamelan dalam kegiatan ritual Hindu pun pada dasarnya memiliki arti yang sangat penting. Gamelan bukan saja sebagai penghibur tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Instrument Gamelan yang merupakan lambang dari Bathara Iswara mampu menghadirkan vibrasi dalam sebuah upacara. Dalan upacara tertentu, Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, maupun Manusa Yadnya, Rsi Yadnya maupun Bhuta Yadnya, gamelan bukan saja untuk menciptakan kemeriahan semata, tetapi merupakan satu kesatuan dalam upacara tersebut.

Tanpa disadari keberadaan masyarakat bali yang merantau ke eropa, yang memang sebagian besar dari mereka memiliki bakat menari dan main instrument gamelan, semakin menunjang program program promosi pariwisata pemerintah republik indonesia, serta menunjang keberadaan Pura yang ada di Eropa seperti Pura di Belgia, Pura di Hamburg, Pura di Berlin. Para pemilik bakat seni tari dan gamelan tersebut tergabung dalam kelompok sanggar tari dan gamelan yang ada di Eropa berikut ini.

Group Gamelan Saling Asah Belgia

Caption (Sumber Gambar)

SALING ASAH, demikianlah nama group gamelan di belgia yang di bentuk oleh I Made Agus Wardana, Staf Pensosbud KBRI Belgia. Group Gamelan Gong Saling Asah ini termasuk group kesenian yang paling sering melaksanakan kegiatan „mengabdi“ di Pura Agung Sangti Bhuana Belgia. Kegiatan mereka sebetulnya tidak hanya bermanfaat buat kelangsungan Pura disetiap upacara melainkan juga bermanfaat dalam mempromosikan kebudayaan Indonesia di Belgia.

Partisipasi grup gamelan Saling asah dalam berbagai event di Belgia berdampak sangat positif terhadap pengembangan kebudayaan bali di belgia, sekaligus menjadi ujung tombak dalam upaya meningkatkan citra positif Indonesia di Belgia dan Uni Eropa. Made Agus Wardana bahkan disetiap penampilannya bersama Saling Asah selalu memberikan “short course” melalui “interactive Gamelan and Dance”, dimana penonton tidak hanya disuguhkan kesenian tari tapi juga diberikan informasi tentang dasar gerak tari dan cara memainkan instrument. Semenjak di resmikannya kompleks Taman Indonesia “The Kingdom of Ganesha” sekaligus upacara peresmian Pura Agung Santi Bhuwana di Taman Wisata Parc Paradisio di Brugelette Belgia, di hari Senin tanggal 18 May 2009, keberadaan Group Gamelan Saling Asah, disamping membuat setiap upacara di Pura Agung Santi Bhuwana menjadi semakin meriah, keberadaan grup gamelan tersebut, juga menjadikan Belgia sebagai pusat kebudayaan Bali di Eropa.

Group Gamelan Balipuspa Köln Jerman

Caption (Sumber Gambar)

BALI PUSPA, adalah sanggar tari dan gamelan yang didirikan oleh Made Sukasta Mindhoff bersama Nyoman Suyadni Mindhoff di Köln tahun 2001. Keberadaan sanggar tari ini banyak membantu aktifitas üerkumpulan masyarakat bali di jerman yang dikenal dengan nama Nyama Braya Bali (NBB) Jerman ketika merayakan hari raya keagamaan di Jerman. Pementasan Bali Puspa di Kuningan Offenbach 24 Oktober 2009 dan Kuningan di Köln 18 Desember 2010 mendapat sambutan yang luar biasa dari penonton jerman.

Menurut penuturan Ni Nyoman Suyadni Mindhoff, adapun alasan mendirikan sanggar Bali Puspa di Koeln Jerman adalah dengan maksud selain untuk mempromosikan kepada masyarakat eropa tentang budaya Bali juga untuk “mengabdi” melestarikan dan menyebar luaskan kebudayaan bali seperti seni tari dan gamelan dengan mengajarkannya kepada masyarakat yang ada di eropa, bahwa hari-hari yang kita lewati seyogyanya tidak hanya dengan selalu bekerja tapi juga di imbangi dengan berkesenian.

NIAT yang luhur untuk “mengabdi” mendirikan Sanggar Tari dan Gamelan Bali Puspa di Koeln Jerman akhirnya berbuah manis , terbukti dengan banyaknya peminat orang jerman untuk bergabung dengan sanggar gamelan dan banyaknya minat para orang tua jerman untuk mengirimkan anaknya ke sanggar tari bali Puspa untuk latihan menari di bawah asuhan Nyoman Suyadni Mindhoff. Sambil beryadnya mengabdi mempromosikan kesenian bali di Jerman, Nyoman suyadni bersama group gamelan Bali Puspa juga sering mendapatkan tawaran untuk pentas mengisi acara kesenian di beberapa event resmi.

Group Gamelan Anggur Jaya Freiburg Jerman

Caption (Sumber Gambar)

ANGGUR JAYA, sekaa gamelan yang berasal dari Freiburg Jerman selatan yang di bentuk oleh Sebastian Goethe dan Ni Wayan Suasmini Goethe, dimana anggotanya berasal tidak hanya dari Freiburg, melainkan juga dari Basel Swiss, Muenchen, Heidelberg. Sanggar gamelan ini di bentuk karena kecintaan Sebastian Goethe akan kesenian gamelan bali. Ketika upacara peresmian Pura di Hamburg 22 Mei 2012 berlangsung, group Anggur Jaya bertanggung jawab mengisi acara keseniannya. Dentuman kendang serta Lantunan suara seruling yang dimainkan oleh anggota sekehe gamelan, membuat suasana di Hamburg benar-benar terasa seperti di Bali. Disamping itu dengan universitas di Swiss, group anggur jaya juga sering tampil dalam program-program pendidikan (pengenalan kesenian) di hadapan mahasiwa jurusan kesenian di Swiss.

Group Gamelan Perkumpulan masyarakat Bali di Jerman (Nyama Braya Bali NBB Jerman)

Caption (Sumber Gambar)

DISAMPING group gamelan diatas, sesungguhnya masih terdapat group gamelan yang baru dibentuk, yaitu group gamelan Perkumpulan masyarakat Bali di Jerman (Nyama Braya Bali NBB Jerman). Group gamelan ini terbentuk berkat sumbangan gamelan satu set lengkap dari Bimas Hindu Jakarta. Group Gamelan NBB ini pernah tampil ketika upacara peresmian Pura di Berlin 5 Mei 2012. Bersama dengan Group Gamelan milik KBRI Berlin mereka secara bersama sama juga mengisi acara kenegaraan di KBRI Berlin.

Harapan

Walaupun sesungguhnya Seni Tari dan seni bermain Gamelan Bali pada jaman dulu merupakan bagian dari kesenian sakral, namun seiring berjalannya waktu, Tari Bali itupun beradaptasi sehingga keberadaannya bisa bermanfaat positive buat masyarakatnya. Di Bali sendiri masyarakatnya ada yang bermata pencaharian hanya sebagai penari demi menghidupi keluarganya, begitu juga ada yang bermata pencaharian dengan memiliki sanggar untuk menghidupi keluarganya. Hingga sekarang Tari Bali dibedakan menjadi tiga sesuai dengan fungsi dan tujuannya masing masing, yaitu:

  • Tari Wali
  • Tari Bebali
  • Tari Balih-balihan

Seni tari Wali/Sakral (religius dance), merupakan tarian sakral, tarian ini berfungsi sebagai pelengkap pelaksana dalam upacara keagamaan. Yang hanya ditarikan di tempat-tempat suci yang dilakukan di dalam Pura-pura dan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan upacara agama.

Seni tari Bebali/ceremonial dance, tari jenis ini erat hubungannya dengan upacara adat yang mengharapkan keselamatan dalam hidup dan kehidupan. Berfungsi sebagai pengiring upacara/upakara di Pura-pura atau di luar pura.

Seni tari Bali-balian (secular dance), adalah segala tari yang mempunyai unsur dan dasar tari dari seni tari yang luhur yang tidak tergolong tari wali ataupun tari bebali serta mempunyai fungsi sebagai seni serius dan seni hiburan. sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa sukaria, rasa gembira, dan untuk pergaulan.


Sumber :
Sumber Gambar Sampul :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini