Mekanisasi Pertanian Padi

Tahukah anda bahwa sebagian kecil dari nasi yang dihidangkan di meja makan anda, merupakan hasil dari tanaman padi yang ditanam dengan menggunakan mesin modern oleh para petani Indoneaia dari Sabang sampai Merauke.

Penggunaan mesin modern sudah diawali 10 sampai 15 tahun yang lalu dengan memasyarakatnya penggunaan traktor tangan sebagai pengganti bajak manual yang ditarik lembu.

Saat ini. Pemerintah melalui Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia telah mengalokasikan bantuan mesin traktor 4 sebagai upaya menyelaraskan penggunaan mesin yang sesuai dengan perkembangan teknologi untuk mengejar ketertinggalan dari negara produsen padi dari sisi teknologi.

Diberikan pula bantuan mesin pemindahtanam padi, yang jelas memungkinkan sebagai sarana percepatan penanaman dan peningkatan hasil padi. Aplikasi mesin pemindahtanam padi atau rice tranplanter ini mengharuskan petani untuk meninggalkan cara pembibitan komvensional. Pembibitan dilakukan di pot-pot pembibitan yang disebut tray. Bibit dipindahtanamkan pada usia muda, lebih kurang 12 sampai 18 hari, sehingga memungkinkan jumlah anakan padi tumbuh lebih banyak. Bibit yang dipindahtanamkan masih menyertakan bulir benih padi sebagai cadangan pangan dari bibit yang baru saja dipindahtanamkan, keuntungan yang lain bibit padi tidak mengalami stres atau stagnasi setelah pemindahan sehingga memungkinkan tanaman untuk tumbuh lebih cepat di lahan.

Mesin pemanen padi atau combine harvester juga diberikan kepada para petani kita untuk menekan tingkat kehilangan hasil yang tinggi pada pemanenan manual, serta untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya pemanenan.

Variabel keberhasilan dari pertanian padi memang bukan aplikasi mekanisasi semata, tetapi mekanisasi minimalnya akan menjawab permasalahan langkanya tenaga buruh pertanian dikarenakan turunnya minat generasi muda untuk bertani.