Keunikan Budaya Di Balik Tradisi Mumi di Indonesia

Keunikan Budaya Di Balik Tradisi Mumi di Indonesia
info gambar utama

Mengenal budaya di Indonesia yang unik dan beragam memang selalu tidak ada habisnya. Begitu juga di 4 wilayah bagian Indonesia Timur ini. Tepatnya di daerah Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Papua masih mengenal tradisi pengawetan jenazah. Biasanya, ritual ini dilakukan kepada tokoh setempat yang dianggap leluhur maupun mereka yang dianggap sebagai pembawa keberuntungan.

Berbeda dengan pengawetan di Mesir, proses pengawetan mayat di Indonesia memiliki beberapa cara dan kepercayaan di masing-masing daerah. Berikut beberapa tradisi mumi di Indonesia:

  1. Mumi Suku Dani dan Moni di Papua

Dalam tradisi suku Dani di Wamena, mumi diawetkan lalu diletakkan di rumah honai bahkan dijemur. Mumi-mumi tersebut bahkan dibiarkan terbuka di dalam rumah yang sakral tanpa dimasukkan peti. Mayat yang diawetkan diatur dalam posisi duduk dengan posisi mulut menganga. Sedangkan kedua tangannya memegang masing-masing kedua lutut. Ini berbeda dengan mumi di Mesir yang biasanya diposisikan terlentang dan dimasukkan di dalam peti.

Mumi di Suku Dani Papua. Sumber:gallery.photo.ne
info gambar

Mumi yang diperkirakan usianya mencapai 300 tahun dipercaya oleh masyarakat setempat adalah dewa dan leluhur mereka. Sehingga warga suku mengagung-agungkan dan mengsakralkan karena dianggap membawa keberkahan bagi masyarakat.

Biaya untuk mengambil gambar mumi ini pun tergolong sangat mahal. Karena termasuk dalam pendapatan warga, sekali memotret mumi dikenakan biaya 1 juta rupiah. Namun jika wisatawan datang dengan rombongan, dikenakan biaya 2,5 juta rupiah.

Wisatawan yang mengambil gambar dikenakan tarif mahal. Sumber:static.panoramio.com
info gambar

Berbeda dengan suku Dani, di Suku Moni terdapat mumi yang bernama Belau Mala. Dalam tradisi ini, mayat dilumuri minyak babi lalu diletakkan di perapian hingga mengering. Belau Mala adalah tokoh yang dihormati warga setempat karena dianggap mengantarkan misionaris pertama di desa tersebut.

  1. Mumi Suku Toraja di Sulawesi Selatan

Suku Toraja memiliki upacara adat yang bernama Ma'nene. Di dalam ritual tersebut, oleh masyarakat Baruppu para mayat leluhur yang telah diawetkan itu dikeluarkan dari peti, lalu didandai dengan pakaian baru. Dan ajaibnya, setelah 'dihidupkan' dengan pakaian baru, mumi-mumi tersebut kembali hidup dan berjalan.

Peti jenazah dijemur setelah dikeluarkan dari rumah makam keluarga. Sumber: shamawar.files.wordpress.com
info gambar

Tradisi ini terispirasi dari leluhur mereka. Dikisahkan ratusan tahun yang lalu, seorang pemburu binatang bernama Pong Romsek menemukan mayat di tengah hutan dengan kondisi yang mengenaskan. Karena merasa iba, Pong Romsek kemudian membawa mayat tersebut pulang dan didandani dengan memberikan pakaian bersih.

Ritual Ma'nene dimana mumi didandani dan dipakaikan baju bersih. Sumber:4.bp.blogspot.com
info gambar

Setelah kejadian itu, Pong Romsek selalu mendapat hasil buruan yang besar dan buah segar yang berlebihan. Semenjak kejadian itulah Pong Romsek dan masyarakat setempat menyadari bahwa merawat orang meninggal adalah suatu kebaikan layaknya merawat orang yang masih hidup.

Ritual Ma'nene dilakukan setiap 3 tahun sekali pada bulan Agustus. Keunikan tradisi mumi ini tentu mengundang para wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung di Toraja.

  1. Mumi Kaki More di NTT

Di kabupaten Ende tepatnya di kampung Wolondopo terdapat mumi yang dinamakan Berjalan Morea. Morea adalah tokoh masyarakat setempat yang merupakan keturunan Mosalaki. Karena Morea termasuk tokoh yang dihormati, akhinya setelah ia meninggal warga tidak menguburnya. Mayatnya dimasukkan ke dalam peti berukuran 150 x 50 cm yang ditutupi terpal dan kain batik di atasnya.

Mumi Kaki More di NTT. Sumber:arsip.floresbangkit.com
info gambar

Berbeda dari mumi-mumi sebelumnya yang melalui proses pengawetan, mumi Kaki More awet secara alami tanpa melalui proses pembalseman. Sayangnya tidak sembarang orang bisa memasuki rumah mumi ini. Untuk bisa melihat mumi Kaki More, mereka harus meminta ijin juru kunci yang merupakan keturunan dari Legh Lebih. Meskipun begitu, masih banyak wisatawan yang ingin menyaksikan langsung mumi alas Nusa Tenggara Timur ini.



Sumber :

okezone.com

brilio.net


Sumber Gambar Sampul : 3.bp.blogspot.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini