Indonesia Berpotensi Kembangkan Profesi Saintis Data

Indonesia Berpotensi Kembangkan Profesi Saintis Data
info gambar utama

Dunia digital menghimpun banyak sekali informasi dari siapapun yang telah terknoneksi. Informasi-informasi tersebut akhirnya menjadi data bagi setiap keputusan yang diambil entitas bisnis. Namun karena jumlahnya sangat besar data-data yang disebut dengan Big Data tersebut harus diintepretasikan dan upaya itu membutuhkan analis-analis.

Big Data saat ini dianggap sebagai sesuatu yang mampu memberikan layanan yang dekat dengan pelanggan. Sehingga banyak perusahaan yang menganggap tren ini sebagai hal yang penting. Hanya saja, di Indonesia jumlah analis data atau lebih akrab disebut dengan Saintis Data jumlahnya masih sangat sedikit.

Sebagaimana ditulis oleh Marketeers, McKinsey Global Institute dan McKinsey's Business Technology Office mengungkapkan bahwa di Amerika sendiri sebagai jantungnya inovasi digital, membutuhkan sekitar 490 ribu tenaga analis data. Padahal jumlah yang hanya hanya kurang dari 200 ribu tenaga analis data.

Menurut Erwin Achir, Country Predisent Teradata Indonesia, dunia saat ini membutuhkan saintis data untuk membaca dan menganalisis berbagai data demi memperkirakan masa depan. Menurutnya, jumlah saintis data di dunia yang sedikit membuka peluang bagi Indonesia yang masih dalam tahap "pengadopsi awal" dalam bidang big data untuk turut berkembang.

Di Indonesia memang belum banyak lembaga ataupun universitas yang mulai melirik tren kebutuhan saintis data ini. Namun BUMN asal Indonesia Telkom Indonesia tahun ini telah mengadakan sebuah bootcamp untuk melatih talenta-talenta Indonesia untuk menjadi saintis data yang handal.

Baca juga: Saintis Data di Indonesia Bakal Terus Meningkat

Saintis Data sendiri merupakan profesi yang menggabungkan antara kemampuan analisis statistika dengan kemampuan dibidang komputer dan strategi. Harvard Business Review menuliskan bahwa profesi ini akan menjadi profesi paling menjanjikan di abad ke 21.

Sekadar informasi, gaji data scientist di Paman Sam sebesar US$ 111.000. Lebih tinggi ketimbang data analyst yang mencapai US$ 70.000. Terlebih, pasar big data di seluruh dunia sebesar US$ 70 miliar dengan pertumbuhan tahunan rata-rata 17%.

Sumber : Marketeers
Sumber Gambar Sampul : diginomica.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini