Gedung Buruk The Movie

Gedung Buruk The Movie
info gambar utama

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih kepada @GNFI yang sudah membalas email tentang film kami yang berjudul ”Gedung Buruk The Movie”. Film yang hanya diputar 2 kali, dan keduanya adalah pemutaran secara indie. Yang pertama di lokasi syuting (pinggir Sungai Belida), sedang yang kedua di sebuah sekolah Madrasah (desa Tambangan Kelekar).

File dari film ini sempat saya bagikan ke beberapa sekolah Islam (saat pameran di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia), lalu ke teman-teman, dan tentu saja tim yang sudah bersusah-payah menyelesaikan film ini menjadi sebuah karya. Satu pertanyaan saat kami memulai ini semua (13 Februari 2015), yaitu: “Apakah kami sanggup membuat film panjang dengan alat seadanya?”. Dengan kata lain, kami ingin membuktikan bahwa orang kampung pun bisa membuat film yang menghibur.

Sebenarnya ini adalah karya sederhana, yang membuatnya jadi luar biasa adalah, karena “Sneak Peek” atau bisa juga disebut “Teaser” atau mungkin “Trailer” dari film ini mendapat (semacam) respon dari Melinda Gates. Kok bisa?

Semua bermula dari tahun 2015 saat saya mulai melirik @wef. Awalnya hanya ingin belajar Bahasa Inggris, tapi lama-lama mulai kepincut untuk makin dalam. Ya, ibarat lirik lagu dangdut yang kira-kira begini... Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali. Jadi sepanjang tahun 2015, otak saya dominan diisi oleh karya ini. Beruntung kami sudah bertahun-tahun mencicil mulai dari soundtrack “The Brunos” (band Soundrenalin), kemudian scoring “Luten”, hingga ke masalah cerita.

Yang unik dari film kami adalah, kisahnya mengenai seorang anak kecil yang tinggal di kampung dan bercita-cita menjadi Presiden. Anak tersebut bernama “Gessha Putra Mahardika”, putra seorang guru bernama “Harun Roni”. Masalahnya adalah, cita-cita Gessha berubah setelah melihat foto Presiden dan Wakil Presiden di kelasnya masih yang lama (alias foto Pak SBY dan Pak Boediono), padahal di cerita tersebut sudah zaman Jokowi dan JK. Pak Harun Roni kebingungan mencari foto presiden, dengan maksud, agar Gessha bertahan dengan cita-citanya. Apalah daya, foto Jokowi-JK tidak ketemu malah Pak Roni mendapat kiriman kaos kampanye dari tahun 2014. Demi menyenangkan putranya, Pak Roni lantas melakukan hal kreatif agar Gessha tetap bercita-cita menjadi presiden.

Setelah beberapa kali diskusi dan memasuki tahap editing, di akhir tahun 2015 saya mengikuti pertemuan para produser seluruh Indonesia di Jakarta. Pikir saya, ada sesuatu yang belum sreg di film ini. Maksudnya, saya ingin sesuatu yang beda dari sisi pencapaian. Di sinilah saya memakai internet guna berpromosi. Alih-alih ke arah marketing, saya malah mempopulerkan segmen film ini menjadi bahan diskusi pada @wef 2016. Konsekuensi-nya, saya pun aktif menelaah artikel demi artikel yang di-share oleh @wef via twitter. Itulah yang menyebabkan film kami mendapat respon dari Melinda Gates, seperti yang ada di gambar ini..

Caption (Sumber Gambar)

Bermula dari pertanyaan untuk “John Green”, lalu pembahasan berlanjut hingga Melinda Gates mengeluarkan quote-nya. Inilah pengalaman saya sebagai pembuat film dari kampung. Meskipun latar belakang kami orang biasa, namun berkarya dengan apa yang ada itu memang berbeda. Rasanya seperti mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini tak pernah diutarakan.

Saya rasa, hanya segitu dulu cerita dari saya. Tidak banyak memang, namun seperti pertanyaan di email sebelum ini... Apakah kisah kami ini termasuk sebagai “Good News From Indonesia?”.

(Gelumbang, 13 September 2016

Gedung Buruk

Sumber :

https://www.youtube.com/watch?v=gjkGTolQPTU
https://www.youtube.com/watch?v=fzb91LRs1kY&app=desktop
https://medium.com/@luten4yourheart/davos-2016-gedung-buruk-the-movie-9f58c774fab9#.97rp1avwi
https://mylovemystory2013.blogspot.co.id/2016/06/story-behind-gedungburukthemovie.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini