Berawal dari Penjual Bensin Eceran, Budiyanto Ciptakan SPBU Digital di Garut

Berawal dari Penjual Bensin Eceran, Budiyanto Ciptakan SPBU Digital di Garut
info gambar utama

Budiyanto, mahasiswa lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Garut ini memberanikan diri membuka usaha pembuatan mesin SPBU. Ia resmi membuka usahanya dalam pembuatan SPBU pada awal 2007. Ia mampu menjamin bahwa mesin buatannya sama persis dengan mesin SPBU impor dari Jepang dan Tiongkok.

Ide usaha dalam pembuatan SPBU ini berawal dari selepas ia lulus kuliah di tahun 2004, hanya ada satu SPBU di Garut. Apalagi, masyarakat yang tinggal di pedesaan harus rela pergi agak jauh ke pusat kota yang berjarak lebih dari 20 km mendapatkan bensin. Di saat itulah, untuk mengisi waktu, ia berjualan bensin yang dikemas dengan botol bekas. Dia kulakan bensin tersebut di SPBU tersebut.

Laki-laki yang biasa dipanggil Budi ini, berangkat dari keprihatinannya tentang minimnya SPBU, ia mulai mencari mesin SPBU bekas yang masih bisa berfungsi di tahun 2006. Ia mendapatkan satu mesin SPBU yang menjadi kelinci percobaannya itu dari Bandung. Karena mesin tersebut adalah mesin bekas, walaupun ia sudah bersusah-payah memperbaiki mesin tersebut, selalu saja terus rusak. Tentu saja ia harus butuh tukang servis dari Bandung untuk memperbaiki mesin tersebut dan ini mengeluarkan biaya.

Budi yang tak ingin terus mengeluarkan biaya lalu belajar cara memperbaiki mesin tersebut. Lama-kelamaan Budiyanto hafal apa yang harus dilakukan ketika mesin SPBU tersebut rusak. Dari memperbaiki mesin, lalu ia tergerak untuk bereksperimen dengan membeli satu mesin SPBU bekas. Ada beberapa komponen yang harus ia kuasai untuk membuat mesin SPBU itu bekerja kembali: pompa roda gigi (gearpump), alat ukur (assymeter), dinamo pompa, dan alat pengerem (solenoidvalve). Belum puas, ia membeli tiga unit mesin SPBU bekas lagi.

Kini, bengkel pembuatan mesin SPBU milik Budiyanto bersarang di Jalan Kemojang, Samarang, Garut, Jawa Barat. Bengkel tersebut dinamai PD Workshop Barokah Energi. Mesin SPBU ini telah dijamin aman karena memiliki sistem tombol darurat yang bisa menghentikan aliran bahan bakar apabila terjadi kebakaran. Untuk soal takaran liter, ia berani menjamin sesuai dengan standar ukuran yang berlaku di mesin-mesin SPBU pada umumnya.

Selama pembuatan usaha tersebut, beberapa karyawan Budi banyak yang keluar masuk. Namun, mereka keluar dan mendirikan usaha pembuatan mesin SPBU sendiri. Kini, terdapat 15 produsen mesin SPBU di Garut. Lebih bagusnya lagi mereka, mereka tetap menjalin silaturahmi yang baik dan bergabung dalam paguyuban bernama POM Mini.

Sayangnya, POM-POM ini tak memiliki ijin. Namun, Dirjen Migas Kementrian ESDM Wiratmaja Puja sangat mengapresiasi kreativitas Budi dan kawan-kawannya. Ia ingin Budi segera meminta pengujian pada alat buatannya ke Ditjen Migas maupun Badan Metrologi untuk kalibarasi takaran. Apresiasi serupa juga datang dari Direktur Pemasaran PT Pertamina Ahmad Bambang. Ia menawarkan peluang bekerjasama dalam menyalurkan BBM di Garut. Ia ingin dispenser BBM karya Budi akan digunikan untuk SPBU mini ataupun subpenyalur Pertamina. Jika semua izin telah didapat, dispenser digital miliknya bisa dipakai berjualan secara resmi. Kalau begitu, sukses Budiyanto! Maju terus anak-anak bangsa!


Sumber : Jawa Pos (Jumat, 16 September 2016)
Sumber Gambar Sampul : Radar Banyumas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini