Mengintip Airport Go Digital ala Terminal 3 Soekarno-Hatta

Mengintip Airport Go Digital ala Terminal 3 Soekarno-Hatta
info gambar utama

PT Angkasa Pura II (AP II) mengaku tengah mengincar rating bintang 5 versi Skytrax bagi Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Saat ini salah satu pintu gerbang milik Indonesia itu baru menyandang bintang 3. Sebuah proyek ambisius dan quick win coba digelar oleh Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin bagi Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan nama Airport Go Digital.

Awaluddin memilih Go Digital sebagai aksi Quick Win bisa dimaklumi mengingat hampir seperempat abad perjalanan karir profesionalnya dihabiskan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Hal yang wajar jika pria yang akrab disapa MA itu memodifikasi sejumlah proyek pembangunan ekosistem digital di Telkom ke bisnis bandara.

Simak saja jargon smart airport yang melibatkan smart infrastructure, smart content dan smart community. Ini tak ada bedanya dengan aksi Awaluddin kala memimpin Direktorat Enterprise dan Business Service Telkom dengan jargon Smart Connected Society.

“Angkasa Pura II tengah menjalani suatu proses transformasi. Sedang berubah untuk menuju menjadi lebih baik, di mana secara nyata transformasi yang dilakukan adalah untuk membawa Angkasa Pura II menjadi perusahaan yang mengelola bandara berkelas dunia. Airport go digital dengan smart airport ini salah satu strategi yang harus dijalankan,” katanya.

Makin megah berdigital | foto GNFI
info gambar

Awal mengaku secara pengelolaan manajemen tak ada bedanya untuk menjalankan sebuah bisnis. “Konsepnya sederhana, making Bigger, making Broader dan making Better. Di era teknologi informasi ini apa tools paling cepat untuk merealisasikan itu? Go Digital. More digital, more global, itu konsep dari mentor saya Pak Arief Yahya (Menpar) yang sudah proven,” tegasnya.

Aksi digital
Diungkapkannya, aksi go digital yang tengah dijalankan sengaja dimulai di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta karena fasilitas ini dianggap akan menjadi salah satu landmark bagi industri penerbangan Indonesia.

"Kita sudah mulai dengan peningkatan kecepatan WiFi tahap pertama yang memiliki standar koneksi 50 Mbps di Terminal 3. Setelah WiFi, aka nada sistem check in digital, parkir yang bisa dipantau kapasitas real time. Semuanya nanti terintegrasi dalam satu super apps, smart airport application share,” ungkapnya.

wifi kencang di T3 | foto GNFI
info gambar

Dijelaskannya, layanan WiFi merupakan salah satu kebutuhan paling utama bagi penumpang pesawat ketika mereka berada di bandara. Sejalan dengan hal tersebut, Skytrax juga menilai layanan WiFi dari tiga aspek yakni kemudahan akses, durasi bebas biaya, dan kecepatan koneksi, dalam menentukan rating dari suatu bandara.

“Ini aksi Quick Win, Anda lihat kan dampak kita state WiFi kenceng, orang pada penasaran. Kita managed service layanan WiFi ini dengan Telkom, konsep membangun infrastruktur teknologi itu build, buy, borrow. Dengan Telkom kita revenue sharing. Nanti ke depan WiFi ini dimonetisasi dengan masuknya platform ad sense, tak harus Metranet dari Telkom, semua boleh masuk asal cuan dengan Angkasa Pura II oke,” katanya.

Diungkapkannya, tak lama lagi akan diumumkan aplikasi untuk memudahkan mengetahui kapasitas parkir di Terminal 3 dan ketersediaan moda angkutan. “Ini sedang digeber, perkiraan dua minggu lagi akan diumumkan. Kita mau beresin yang dunia nyatanya dulu. Nanti aplikasi diluncuran, dunia nyata tak siap, bisa kacau,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, Angkasa Pura II memang ingin menggeber peningkatan layanan dari sisi bisnis non aviasi karena potensinya lumayan besar. “Ini bicara Terminal 3 saja, penumpang domestik dari Garuda itu sehari 1 juta, sebulan 30 juta, masa tak bisa dimonetisasi dari sisi bisnis teknologi informasi,” katanya.

Saat ini, pendapatan perusahaan pelat merah ini sekitar 60%-70% berasal dari bisnis Aero seperti passenger service charge, biaya pendaratan pesawat, dan pemakaian garbarata.

Pekan lalu Angkasa Pura II meluncurkan dua anak usaha barunya yang bergerak di bidang Non Aero dan Kargo. Dua anak perusahaan baru tersebut, yakni PT Angkasa Pura Kargo dan PT Angkasa Pura Propertindo.

Dengan adanya dua anak usaha baru dan satu anak usaha sebelumnya, yaitu PT Angkasa Pura Solusi, proyeksi pendapatan dari tiga anak perusahaan AP II tersebut dipatok sebesar Rp500 miliar.

Airport 5-star, mungkinkah? | foto GNFI
info gambar

“Ke depan, seperti halnya bandara-bandara berkelas dunia, kami akan memaksimalkan pendapatan dari bisnis Non Aero dan Kargo sehingga pada 2018 dapat berkontribusi hingga mencapai 50% atau bahkan lebih terhadap total pendapatan perusahaan,” jelas Awaluddin.

Rencananya, PT Angkasa Pura Propertindo berfokus pada pengembangan kawasan bisnis terintegrasi atau integrated business park, lalu Hotel dan Meetings, incentives, conferences, exhibitions (MICE), pergudangan, dan fasilitas properti penunjang operasional maskapai.

Anak usaha yang bergerak di sektor properti ini juga menyediakan jasa pengelolaan Hotel dan MICE, pengelolaan gedung, pengelolaan lahan, atau gedung parkir, dan memberikan konsultasi bisnis properti di bandara.

Sementara itu, PT Angkasa Pura Kargo akan fokus pada jasa pelayanan di bidang kargo dan logistik sebagai operator terminal kargo. Wilayah operasional kedua anak usaha tersebut tidak hanya bandara di bawah AP II selaku induk usaha namun juga di bandara-bandara yang dikelola oleh pihak lain.

Sedangkan PT Angkasa Pura Solusi yang sudah terbentuk sebelumnya bertugas mengelola lounge di bandara, bisnis Information Communication dan Technology, manajemen kebersihan gedung terminal bandara, pelatihan personil aviation security, dan manajemen ritel.

Sayangnya, ditengah semangat transformasi yang dilakukan Awaluddin, berita-berita miring tentang pelayanan dari bandara yang dikelola Angkasa Pura II selalu menghiasi media massa.

Terakhir, beredar kabar perlakuan tak menyenangkan dari petugas Aviation Security kepada salah satu pejabat di TNI kala akan boarding di Bandara Soekarno-Hatta.

Sebelumnya, ketika delapan bandara di bawah pengelolaan Angkasa Pura II meraih penghargaan Pelayanan Prima dari Kementerian Perhubungan, plafon dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta rubuh, dan sempat membuat riuh media sosial.

Sepertinya slogan 3C yakni Change, Commitment, dan Collaboration yang diperkenalkan Awaluddin ketika pertama kali masuk ke Angkasa Pura II harus lebih diperkuat mulai dari level direksi hingga pelaksana agar semangat pembaruan yang dibawa Pria berkumis ini nyata adanya di lapangan, bukan sekadar basa-basi atau menjadi literatur untuk dibahas di ruang diskusi.

(Indotelko.com)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini