Airlines - Airports - Authorities untuk 20 Juta Wisawatan Mancanegara

Airlines - Airports - Authorities untuk 20 Juta Wisawatan Mancanegara
info gambar utama
Rumus 3A selalu dibahas oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya di tiap kesempatan untuk Pengembangan Destinasi Pariwisata. 3A yang merupakan Atraksi, Akses, dan Amenitas ini merupakan tiga ukuran untuk menilai kesiapan sebuah destinasi untuk dipromosikan. Dalam rapat pimpinan Selasa kemarin (25/10), Arief Yahya membedah indikator 3A di lantai 16, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata.

Arief Yahya membedah indikator Akses juga dengan tiga A, yakni Airlines, Airports, dan Authority. Di bulan Oktober ini, Arief Yahya berkunjung ke kantor 3A seperti Garuda Indonesia, Air Asia, dan Lion Air untuk Airlines. Arief Yahya juga berkunjung ke Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II untuk manajemen bandara. Arief Yahya juga bertemu Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan.
Arief Yahya | Cnnindonesia.com
Arief Yahya | Cnnindonesia.com


“Kami sudah sepakat dan kompak dengan Pak Menhub untuk bersama-sama membangun seats capacity untuk 20 juta wisman di 2019 dan itu dibutuhkan 30 juta seats,” ujar Arief Yahya.

Dalam kesempatan ini, Arief Yahya menjelaskan kebutuhan akan kerja sama yang kompak antara kementerian, lembaga, dan pemangku kepentingan. Semua disampaikan melalui CEO Message #14 dengan judul “Strategi 3A, Airlines, Airports, Authorities”. Dalam CEO Message ini disampaikan bahwa program prioritas Kemenpar tahun 2017 sudah berhasil dirumuskan,. Program prioritas tersebut mencakup tiga inisiatif utama, yakni digitalisasi, pengembangan amenitas dengan membangun homestay secara massal, dan pembenahan aksesibilitas udara (3A: Airlines, Airports, Authorities).

Untuk aksesibilitas udara, visi mendatangkan 20 juta wisman hanya sekedar mimpi belaka jika kerjasama antara kementerian dan lembaga tidak mampu menyelesaikan masalah aksesibilitas udara di tahun 2017. Ini dikarenakan sekitar 75% wisman yang datang ke Indonesia melalui udara (air connectivity). Sisanya 24% melalui laut dengan menggunakan kapal feri dan sebagian kecil menggunakan cruise dan yacht. Lalu, hanya 1% wisman masuk melalui jalur darat.

Sayangnya, wisman yang masuk dari pasar utama wisman sebagian besar masih melalui transit, bukan direct flight. Padahal wisman pasti menginginkan datang ke berbagai destinasi yang kita tawarkan secara langsung. Contohnya originasi China, hanya 38% penumpang dari negara ini yang memilki direct flight ke Indonesia, sisanya lewat transit. Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga pesainnya. Misalnya, dari China ke Malaysia sudah 78% sudah direct flight, ke Thailand 81%, dan Singapura 86%.

Untuk kemampuan seat capacity, dilakukan perhitungan proyeksi kebutuhan seat hingga tahun 2019. Dari perhitungan tersebut, akan diketahui berapa gap kecukupan seat dan bisa menjadi hal pendukung untuk menyusun strategi efektif untuk memecahkannya.
Turis Wisman ke Bali | Antaranews.com
info gambar

Berdasarkan data dari Airport Intelligence Services/IATA, tahun ini seat capacity penerbangan internasional Indonesia mencapai 19,5 juta. Jumlah seat sebanyak itu hanya efektif untuk mendatangkan wisman sebanyak 12 juta. Di tahun 2019, Indonesia memiliki target mendatangkan 20 juta wisman, maka setidaknya kita harus menyediakan 30 juta seat penerbangan internasional. Artinya selama tiga tahun ke depan, Indonesia harus menambah 10,5 juta seat.

Dari perhitungan tersebut, masalah besar pariwisata Indonesia berada di akses. Contohnya, panorama Raja Ampat yang menyimpan pemandangan bawah laut Wakatobi yang begitu menawan tak ada artinya jika para wisman sulit datang ke sana karena minim dan sulitnya penerbangan. Jadi, atraksi sehebat apapun tak ada artinya kalau aksesnya sulit.

Untuk mengatasi permasalahan ini nyatanya tak semudah meminta maskapai penerbangan menambah jumlah penerbangan internasionalnya. Penambahan jumlah penerbangan juga harus dibarengi dengan pembenahan bandara. Oleh karena itu, pembenahan harus mencakup tiga aspek secara menyeluruh dan terintegrasi.

Pertama adalah dari sisi maskapai penerbangannya (airlines) bertujuan memastikan kemudahan pengembangan rute baru ke pasar utama wisman. Kedua, dari sisi bandara dan navigasi udara (airport and air navigation) bertujuan memastikan ketersediaan kapasitas di bandara. Terakhir, dari sisi perjanjian layanan udara (air service agreement) bertujuan memastikan ketersediaan traffic right.

Semuanya memerlukan 3A, yakni Airlines, Airport, dan Authorities. Untuk Authorities, harus diadakan kerjasama dengan Kementerian Perhubungan karena air service agreement melibatkan regulasi udara antar negara. Harus dipastikan ketersediaan seat untuk regular flight yang diperoleh melalui Air-Talk. Laluu, harus mendorong implementasi Open-Skies Policy dari dan ke pasar-pasar utama wisman untuk single country, contoh antara Indonesia-China dan Indonesia-India. Lalu, mempercepat Air-Talk di level G-to-G dengan negara yang memiliki Hub-Airport besar dengan maskapai penerbangan yang kuat. Contohnya UEA (Dubai dan Abu Dhabi) dan Qatar.
Menyambut 20 juta wisman | marketingtochina.com
info gambar

Untuk Airlines, Kemenpar telah melakukan road show ke berbagai maskapai penerbangan dan Kemenhub. Kemenpar dukungan regional network airlines, yaitu maskapai penerbangan yang memiliki network besar seperti Singapore Airlines atau Air Asia. Contohnya Air Asia punya banyak sekali hub di luar negeri, salah satunya di Kuala Lumpur. Jadi seluruh wisman dari berbagai negara (terutama China, India, dan Asean) di-pool lewat hub airport milik Air Asia di Kuala Lumpur, kemudian didistribusikan ke 17 kota yang menjadi akses destinasi wisata Indonesia.

Pilihan lain adalah membuka konektivitas langsung ke pasar-pasar utama wisman. Sasarannya adalah bandara-bandara yang masih tersedia slotnya seperti bandara Kualanamu, Batam, Solo, Lombok, Ujung Pandang, dan Manado. Kemenpar juga mengusulkan rute-rute baru yang di-branding dengan nama Wonderful Indonesia Package. Inisiatif ini melibatkan berbagai pihak mulai dari Kemenhub, Angkasa Pura, AirNav, dan Pemda yang akan bahu-membahu memainkan peran dan tugas masing-masing.

Untuk mewujudkan 20 juta wisman, Arief Yahya bersama Pak Judi Rifajantoro dan rekan-rekan melakukan road show ke maskapai penerbangan dan Kemenhub. Beberapa hasil awal sudah dioperoleh. Di antaranya, Kemenpar meminta dukungan kemudahan perijinan bagi pembukaan rute baru juga meminta bandara-bandara yang heavily congested (di atas 1 million passenger per annum, mppa) bisa beroperasi 24 jam, dan melakukan optimalisasi slot. Lalu, juga mendorong agar bandara di 10 destinasi prioritas (Silangit, Tanjung Pandan, Labuan Bajo, Matahora, Morotai) dijadikan bandara internasional. Bahkan Kemenpar mendorong Kemenhub agar memulai proses privatisasi bandara.

Kemenpar juga melakukan audensi ke maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, dan Sriwijaya Air untuk mengklarifikasi status permohonan ijin rute baru. Sementara audensi ke Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II, Kemenpar mengklarifikasi status pengembangan infrastruktur seperti pembangunan atau perluasan bandara Silangit, Tanjung Pandan, Tanjung Lesung (Banten), Kulon Progo, Surabaya, Lombok, Labuan Bajo, dan Morotai.
CnnIndonesia.com
Gambar utama: dok. GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini