Cara Dakwah Kiai Rifaiyah Lewat Batik

Cara Dakwah Kiai Rifaiyah Lewat Batik
info gambar utama

Batik Rifaiyah berasal dari nama Kiai Rifi yang menjadi guru dan panutan agama Islam di Batang, Jawa Tengah. Beliau mengajarkan ajaran Islam pada masa penjajahan Belanda di sana. Kala itu ia ingin membebaskan rakyat dari pajak yang kemudian ia mengajak masyarakat terutama murid-muridnya membatik sembari mendendangkan syair-syair bernuansa Islam.

Semua pembatik dan pengikut Kiai Ri’fai hafal syair atau syaratan dari 63 kitab. Kitab ini berisikan syariat, ajaran, dan nasihat-nasihat agama Islam.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Dalam motif batik Rifaiyah terdapat nilai-nilai Islam yang digambarkan. Secara desain, motif batk Rifaiyah sesungguhnya tidak berbeda dengan ciri khas batik pesisir dengan warna yang beraneka ragam. Motifnya pun memiliki kemiripan dengan batik Pekalongan. Hanya saja, dalam motif batik Rifaiyah yang memasukkan nilai-nilai Islam tidak menggambarkan benda-benda bernyawa seperti binatang secara utuh.

Bilapun menggunakan bagian tubuh hewan, motifnya disamarkan menjadi corak tumbuhan, daun, atau bunga. Cara pemakaiannya pun disarankan digunakan dengan cara dililit tradisional tanpa peniti dan tanpa digunting.

Batik Rifaiyah mulai diperkenalkan pada abad ke-19 oleh Kiai Rifaiyah dan masih lestari hingga sekarang
info gambar

Salah satu cirinya juga adalah batik ini tergambar pada 2 sisi kainnya. Orang awam biasa menyebutnya “bolak balik”. Hanya boleh 2 warna, biasa disebut bangbiron atau abang artinya merah dan biru. Maksimal 3 warna atau biasa disebut batik 3 negeri. Batik Rifaiyah secara turun temurun memiliki 24 pakem corak batik. Sekarang sudah mulai berkembang sampai 30-an corak.

Proses penciptaan batik Rifaiyah juga terbilang unik. Pembuatannya dilakukan di dalam dapur yang atapnya dibuat lubang. Tujuannya agar cahaya dari atas memantuk ke bahan batik sehingga memantulkan warna kain dan meningkatkan kualitasnya.

Penduduk di Desa Kali Pucang, Batang, Jawa Tengah sebagai daerah pembuat batik Rifai rata-rata dapat membuat batik Rifaiyah. Apalagi bagi anak-anak perempuan, sejak kecil mereka telah diajarkan membatik dari keluarganya. Ini sesuai dengan budaya di sana bahwa anak perempuan tidak boleh keluar jauh dari rumah dan melakukan kegiatan yang berat. Sedangkan para lelakinya keluar rumah untuk bekerja.


Sumber : kompas.com | republika.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini