Ada Rindu Pada Indonesia Dalam Lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng

Ada Rindu Pada Indonesia Dalam Lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng
info gambar utama

Geef mij maar nasi goreng

Met een gebaken ei

Wat sambal en wat kroepoek

En een goed glas bier erbij

Sudah tidak diragukan lagi bahwa nasi goreng adalah makanan khas Indonesia yang dicintai hingga ke seluruh dunia. Kenikmatannya yang legendaris menjadikan masakan yang satu ini sangat populer dimana – mana. Termasuk di dalam diri Wieteke van Dort, perempuan berkebangsaan Belanda yang mempopulerkan lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng tersebut. Siapa sangka, lagu ini tercipta dari kerinduannya akan Indonesia. Meski berdarah Belanda, rupanya hati Wieteke tidak pernah lepas dari Indonesia. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena ia adalah seorang kelahiran Indonesia.

Lahir di Surabaya, 16 Mei 1943, Wieteke menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Indonesia. Keluarganya tinggal di Surabaya dan memiliki bisnis di kota tersebut. Pada usia 14 tahun, ia bersama keluarganya melakukan liburan ke Belanda. Namun kebijakan nasionalisasi perusahaan Belanda oleh Presiden Soekarno membuat ia dan keluarganya akhirnya tidak bisa kembali lagi ke Indonesia. Wieteke yang tidak menyukai iklim di Belanda akhirnya mengekspresikan kerinduannya pada Indonesia lewat kesenian, salah satunya lagu.

Wieteke van Dort (sumber : flickr.com)
info gambar

Lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “Beri Saja Aku Nasi Goreng” ini menceritakan tentang betapa rindunya Wieteke pada Indonesia. Lagu ini menceritakan tentang betapa Wieteke tidak menyukai udara di Belanda yang sangat dingin, makanannya yang juga tidak disukainya, sehingga ia mengatakan “beri saja saku nasi goreng.” Lantunan tentang kerinduannya pada lontong, sate babi, makanan pedas dan beragam camilan khas Indonesia juga tertuang dalam lirik lagu ini. Di bait ketiga dari lagu ini, terdapat lirik yang menceritakan bahwa ia telah beradaptasi dengan masakan – masakan Belanda. Namun apapun itu, nasi goreng tetaplah yang terbaik.

Lagu yang dibawakan dengan musik keroncong dengan nada – nada yang khas terdengar di telinga membuat siapapun akan merasa gembira begitu mendengar lagu ini. Dibawakan dengan cara yang khas oleh Wieteke menambah kuatnya makna yang terkandung dalam lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng.

Konsistensi Wieteke memperkenalkan budaya Indonesia di Belanda tidak hanya tertuang lewat lagu – lagu yang ia nyanyikan. Salah satu Acara yang ia gawangi berjudul “The Late Late Lien Show” menunjukkan betapa Wieteke sangat cinta dengan budaya tanah tempat ia dilahirkan tersebut. dalam acara itu, Wieteke menjadi pembawa acara dengan persona Tante Lien, seorang perempuan Indisch (Indo Belanda) yang berpakaian ala perempuan Indonesia yaitu memakai kebaya dan bersanggul. Pula cara berbicaranya yang mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Belanda secara bersamaan.

Karena itu, tidak mengherankan bahwa Wieteke pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah Belada atas konsistensinya memperkenalkan budaya Indonesia ke masyarakat Belanda, serta menghadirkan nostalgia Indonesia kepada orang – orang Belanda yang pernah tinggal di nusantara.

Hingga saat ini, Wieteke masih konsisten dalam dunia seni, baik itu seni peran maupun seni musik. Sekali dua kali ia berlibur ke Indonesia, melakukan nostalgia mengenang masa kecilnya di Surabaya. Tentunya, ia tidak lupa mencicipi nasi goreng yang begitu dicintainya itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini