Manfaatkan Air, Desa-Desa di Flores Akhirnya Terang Benderang

Manfaatkan Air, Desa-Desa di Flores Akhirnya Terang Benderang
info gambar utama

Listik merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat saat ini. Tanpa listrik, banyak aktifitas yang tidak dapat dilakukan sebab tanpa listrik tidak akan ada penerangan misalnya. Tanpa penerangan aktifitas malam hari seperti belajar atau membaca akan sulit dilakukan. Hal inilah yang berusaha diselesaikan di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Sebagaimana diberitakan Mongabay Indonesia, seorang pria warga Desa Reno, Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur memiliki inisiatif untuk membuat sistem pembangkit listrik sederhana. Pria tersebut bernama Marselus Hasan yang rupanya berhasil membuat pembangkit listrik tenaga air yang memang melimpah di daerah tersebut.

Marselus rupanya membuat pembangkit listrik tersebut dengan belajar sendiri di internet. Selain itu dia juga mencari berdiskusi dengan teknisi ahli. Hingga kemudian dirinya berhasil. Namun memerlukan bantuan. Sehingga dirinya bersama seorang teknisi bernama Budi Wuyono berdiskusi dengan pihak gereja lokal.

“Awalnya memang ada yang ragu. Setelah kami perlihatkan video bagaimana proyek ini berhasil di daerah lain, warga setuju,” kata Budi.

Proyek tersebut kemudian dimulai pada bulan Juli 2012 dengan warga dibebankan pembelian jaringan instalasi, kayu dan bahan lain untuk bendungan, saluran air, bak penenang, dan jalur pipa. Setelah seluruh kebutuhan tersedia, warga desa bergotong royong membangun pembangkit. Dalam waktu empat bulan pembangkit pun selesai.

Gotong royong warga saat membangun PLTMH (Foto: dok. Marselus / mongabay.co.id)
info gambar

Pembangkit tersebut rupanya mampu menerangi 134 rumah, satu puskesmas, satu pasar dan satu gereja. Warga memberi nama pembangkit tersebut dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wae Rina.

Keberhasilan tersebut rupanya mendorong Marselus untuk membantu desa lain. Hingga kini, empat pembangkit telah berhasil dibangun dengan total daya 260kW. Seperti PLTMH Wae Mese yang terletak di Kecamatan Sambi Rampas, berhasil menerangi 400 keluarga, satu mushola, satu puskesmas dan satu rumah adat. Kemudian PLTMH Wae Laban Elar, yang menerangi 316 keluarga, satu mushola, satu gereja, satu sekolah, satu gedung kelurahan, satu asrama, satu puskesma dan satu kantor kecamatan. Sedangkan PLTMH Wae Lenger yang dibangun di Kecamatan Elas Poco Ranaka berhasil menerangi 264 keluarga, tiga sekolah, satu pustu dan tiga rumah adat.

Marselus mengungkapkan bahwa berkat PLMTH ini warga telah berhemat banyak uang. Bila dahulu mereka harus mengeluarkan kocek Rp 230.000 perbulan untuk minyak tanah. Sedangkan untuk warga yang menggunakan genset bisa berhemat hingga Rp 860.000 perbulan.

“Yang paling penting dari pengerjaan PLTMH ini ada perubahan pola pikir masyarakat dari mental proyek ke mental membangun. Rakyat merasa memiliki dan mau berpartisipasi untuk membangun dan sekarang merawat serta mengelola dengan baik,” kata Marselus.

Berkat PLTMH ini warga akhirnya menjadi lebih akrab dan terbangun solidaritas karena mereka membangun pembangkit bersama-sama.


Sumber : Mongabay Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini