Di Desa Hujan ini, Hiu Paus dan Manusia Adalah Sahabat Abadi

Di Desa Hujan ini, Hiu Paus dan Manusia Adalah Sahabat Abadi
info gambar utama

Di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua, terdapat sebuah desa yang sangat unik dan menakjubkan. Jalanan yang sangat bersih dengan udara yang menyegarkan serta keunikan yang dimiliki desa ini merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikunjungi. Betapa tidak, dua hal yang ada di desa ini akan menggugah rasa takjub dan penasaran anda. Kwatisore, namanya. Di desa ini, hujan selalu turun setiap sore. Di desa ini pula, masyarakatnya bersahabat erat dengan salah satu hewan raksasa didunia, Hiu Paus.

Secara geografis, Kwatisore terletak di sekitar teluk. Karena itu tidak mengherankan bahwa mayoritas para penduduk bekerja sebagai nelayan. Dengan menggunakan kole – kole, sejenis perahu panjang untuk melaut, para nelayan menjalani kesehariannya.

Nama Kwatisore sendiri diberikan kepada desa ini berdasarkan keadaan desa yang selalu diguyur hujan setiap sore. Meskipun pada musim kemarau, Kwatisore akan selalu diguyur hujan ketika sore hari datang. Kwatisore sendiri berasal dari dua kata, yaitu “Khawatir Sore” sebab ketika sore hari datang maka pada saat itulah akan turun hujan. Unik, bukan?

Berdasarkan penelusuran GNFI, belum ada penjelasan ilmiah yang menjabarkan mengapa desa ini selalu diguyur hujan setiap sore hari. Di samping itu, desa ini sangat tertata rapi serta memiliki udara yang segar dan bebas polusi. Jejeran rumah yang begitu teratur akan sangat memanjakan mata, ditambah pemandangan anggrek khas Papua di setiap rumah.

Hal unik yang selanjutnya adalah persahabatan antara hiu paus dan masyarakat Kwatisore. Taman Nasional Teluk Cendrawasih memang dikenal sebagai rumah bagi spesies Hiu Paus (whaleshark), karena itu tidak mengherankan bahwa terdapat banyak sekali hiu paus di taman nasional perairan laut terbesar di indonesia tersebut. Masyarakat Kwatisore memiliki panggilan khusus kepada hiu paus, yaitu ikan hantu atau dalam bahasa setempat disebut hiniotanibre. Hal ini dikarenakan ikan terbesar di dunia ini memang terlihat menakutkan seperti hantu, bahkan sering tiba – tiba muncul di samping perahu dan menggesek – gesekkan badannya ke badan perahu. Walaupun begitu, Hiu Paus memang dikenal sebagai hewan yang tidak agresif.

sumber : dutawisatatours.com
info gambar

Bagi sebagian orang, berenang di samping ikan berukuran 4 hingga 7 meter dengan berat mencapai 2 – 3 ton merupakan sebuah hal yang cukup menakutkan. Namun bagi masyarakat Kwatisore, hal ini adalah sesuatu yang biasa. Masyarakat Kwatisore memercayai bahwa Hiu Paus adalah hewan adat. Relasi antara masyarakat Kwatisore dan hiu paus terlihat dari keseharian mereka yang tidak segan – segan berenang atau bahkan menyelam di samping ikan tersebut tanpa ada rasa takut sekalipun.

Masyarakat Kwatisore meyakini bahwa Hiu Paus memiliki sebuah relasi yang kuat dengan pulau ini. di Desa Kwatisore, ada sebuah situs bernama Bukit Batu Meja yang memiliki tinggi 200 meter. Jika melihat keseluruhan Kwatisore dari atas bukit itu maka bentuknya akan tampak seperti ekor hiu paus. Karena itulah masyarakat Kwatisore percaya bahwa Kwatisore memang merupakan rumah dari hewan raksasa ini. Pula, mereka dilarang untuk mengonsumsi ikan tersebut.

Akses menuju desa ini juga cukup menantang. Selain hujan di sore hari, gelombang laut yang tinggi pun akan menjadi salah satu tantangan apabila anda ingin berkunjung ke Kwatisore. Namun terlepas dari itu, banyak hal yang bisa dipelajari dari masyarakat Kwatisore. Relasi yang kuat antara manusia dan hewan, serta keunikan yang dimiliki di desa ini merupakan salah satu potensi wisata yang patut untuk dibanggakan dan dilestarikan. Mengunjungi Kwatisore akan menjadi bagian tersendiri dari sebuah perjalanan wisata yang terlalu sayang untuk dilewatkan.


Sumber : tempo.co, detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini