Riwayat Kemasyhuran Tembakau Jember yang Mendunia di Abad Ke-19

Riwayat Kemasyhuran Tembakau Jember yang Mendunia di Abad Ke-19
info gambar utama

Sejak dulu, bumi nusantara menjadi incaran para petualang Eropa untuk mencari lumbung baru kekayaan mereka. Bergantian, satu per satu bangsa Eropa mulai mendaratkan kapal dagangnya. Bangsa Portugis, pelaut Inggris, dan kongsi dagang Belanda semenjak adanya perjanjian Ooctroi tahun 1621 mulai masuk dan menguasai komoditas unggulan nusantara. Di Sumatera mereka mengincar komoditas dan bahan baku industri, di Indonesia timur bangsa Eropa hendak menguasai rempah-rempah. Tak terkecuali di pulau Jawa, kongsi dagang Belanda mulai mengincar perkebunan seperti tembakau, kopi, kakao, dan teh.

Eksploitasi sumber daya hasil perkebunan pun merambah hingga ujung timur pulau Jawa di abad ke-19. Dan karesidenan Besuki salah satunya. Karesidenan yang sekarang menjadi 4 kota (Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo) ini sejak dulu kaya akan hasil perkebunan. Di Jember sendiri para pengusaha Belanda mendirikan sebuah perusahaan yang mengelola tembakau, kopi, dan kakao. Salah satu yang terbesar adalah Landbouw Maatschapij Oud Djember (LMOD) yang didirikan tahun 1859 oleh controleur George Bernie. Dia kemudian dibantu kedua rekannya C. Sandberg dan A.D Van Gennep mengembangkan usaha ini di utara Jember.

Tak banyak yang mengetahui keberadaan LMOD ini, walaupun telah ada buku LMOD sebagai company profile. Namun, kebanyakan masyarakat tidak memahaminya. Y. Setiyo Hadi, salah seorang sejarawan dan pegiat sejarah lokal Jember lantas menyadurnya menjadi sebuah buku berjudul Oud Djember : Jember Lama. Dari sini kita dapat melihat sejarah Jember dan kemasyhuran tembakaunya. Kembali ke LMOD, perusahaan tembakau ini mengalami kerugian di tiga tahun pertamanya (1859, 1860, dan 1861). Memasuki tahun 1862 mulai merasakan keuntungan dari hasil produk tembakau dari gudangnya sendiri.

Tahun 1879 sampai 1882 LMOD mengalami kerugian besar akibat daun tembakau yang berkualitas rendah. Selain itu juga muncul pesaing baru yang lebih baik. Barulah memasuki tahun 1883 produksinya semakin membaik. Kemudian tahun 1889 perusahaan melebarkan sayapnya dengan membeli hak tanah untuk produksi di sekitaran wilayah Jember lainnya seperti Mumbul dan Kaliwining. Setahun kemudian juga melakukan pembelian tanah produksi di wilayah Sukorejo, Muktisari, dan Ajung Jember.

Salah Satu Kantor LMOD Tahun 1904 (Sumber : https://www.beeldarchiefgildedeventer.nl/Deventer-Algemeen/Diversen/i-tcsQ724)
info gambar

Perkembangan dan Dampak Keberadaan LMOD

Guna menghasilkan bahan baku terbaik, maka dibangunlah saluran irigasi secara bertahap. Budidaya tembakau juga semakin luas sehingga menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar dan perantau. Ratusan orang dari Madura, Jawa Barat dan Jawa Tengah berdatangan sebagai pekebun dan profesi lainnya yang berhubungan dengan kebun. LMOD pun semakin besar dan memiliki 2 bangunan fermentasi model besar dan 1 yang kecil. Juga terdapat 135 tempat pengeringan yang memiliki tempat penyimpanan dan dapat menampung hingga 15 juta pohon tembakau hijau.

Perusahaan semakin ramai terutama sejak tahun 1897 berdiri jalur kereta api Probolinggo-Klakah-Jember-Panarukan memberikan kontribusi yang cepat dalam hal pengiriman. Lantas LMOD mengganti nama perusahaannya menjadi hanya ‘Oud Djember' saja. Tercatat pula perusahaan ini memiliki 440 gudang penyimpanan dan pengolahan dengan total panjang keseluruhan lebih dari 80.000 kaki. Konon, jika panjang semua gudang ini digabung menjadi satu, atap gudang pengeringan ini mampu menutupi jalanan sepanjang kota Rotterdam hingga Schveningen.

Proses Pengolahan Tembakau Kering di Gudang LMOD (Sumber : https://www.zwiggelaarauctions.nl/files/a_files/29016.jpg)
info gambar

Kemasyhuran yang Mendunia

Sebagai perusahaan besar kala itu, Oud Djember dikenal sebagai perusahaan yang terbaik dalam hal pengelolaan produk. Mulai dari pembibitan yang memiliki 60.000 areal di berbagai wilayah. Pemilihan 60.000 hingga 80.000 pohon tembakau diawasi secara ketat. Selain itu juga pengemasan dan pengepakan yang menggunakan mesin hidrolik yang canggih saat itu. Mesin ini mampu menghasilkan 1.200 pak sehari, setiap pak biasanya beratnya mencapai 100 kilogram. Dengan demikian hasil dan kapasitas produksi yang sebelumnya dihasilkan 10 tahun tersebut kini dapat dilakukan hanya dengan sehari saja.

Paket yang sudah dikemas ini ditempatkan di gudang perusahaan di stasiun kereta api. Lalu dikirim menggunakan kereta api milik Maatschapij Panaroekan menuju pelabuhan guna diangkut ke negeri Kincir Angin. Pengangkutan ini menggunakan kapal laut Belanda Rotterdamsche Lloyd of Ocean. Sesampainya di Rotterdam, kemudian tembakau ini diberikan dan dikelola oleh perusahaan Belanda A. Hoboken & Co. Dari sinilah tembakau-tembakau ini kemudian didistribusikan dan dipasarkan ke penjuru Belanda hingga menyebar kota-kota Eropa lainnya. Dan semakin dikenal luas lah tembakau Jember di mata dunia.

Para Pekerja Wanita di LMOD yang Menyortir Tembakau untuk Dikeringkan (Sumber : https://collectie.nederlandsfotomuseum.nl/en/collections/photographers-in-the-collection/all-photographers/photographer/ae74c145-840c-febc-bdc0-a4ecb1d5c5eb)
info gambar

Dari Komoditas Menjadi Sebuah Identitas Budaya

Setelah seabad lebih berdirinya LMOD dan kemasyhuran tembakau Jember di dunia abad ke-19, tidak berhenti sampai disitu. Tembakau memang tidak bisa lepas dari identitas dan kota Jember. Hingga saat ini keberadaan tembakau bagi masyarakat kota ini menjadi bagian yang tak terpisahkan. Mulai dari sektor pertanian, pengolahan hingga ke ranah budaya dan identitas.

Sebagai identitas gambar tembakau disematkan pada lambang kota Jember. Selain itu dalam kebudayaan masyarakat pedesaan-pedesaan di Jember, tembakau selalu ada dalam setiap hajatan dan selamatan. Sebagai contoh selamatan tahlilan, disajikan perlengkapan untuk meracik rokok bagi para tamu. Yakni wadah atau cawan kecil yang berisi tembakau yang sudah dirajang, cengkih, serta kertas papirus. Bahan ini kemudian diracik sesuai selera untuk dijadikan kretek yang biasa disebut thingwe alias ngelinthing dhewe atau melinting racikan kretek sendiri. Dan lantas dinikmati sembari meminum kopi bersama warga lainnya. Tembakau menyatukan semua kalangan.

Tak hanya itu saja, sebagai kota tembakau Jember juga memiliki kreasi batik tradisional yang sangat khas. Batik Jember ini dikenal dengan batik tembakau dan tidak jauh beda dengan motif pada umunya. Namun yang menjadi khas nya adalah dominasi warna mecolok dan motif batik tembakaunya yang unik. Batik ini pada hari-hari tertentu dipakai sebagai salah satu seragam wajib di instansi-instansi perkantoran di Jember. Hal ini bertujuan mengenalkan produk budaya batik tembakau khas Jember kepada masyarakat luas.

Dalam ranah budaya seni tradisional, juga ada tari Lahbako. Tarian ini menggambarkan tentang bagaimana suasana masyarakat di pedesaan-pedesaan Jember saat panen tembakau tiba. Tari tradisional Jember ini biasanya digelar untuk menyambut para tamu dan hajatan di hari-hari tertentu dan diiringi dengan musik patrol yang merupakan seni musik tradisional Jember. Seperti peringatan kemerdekaan dan sebagainya yang digelar di balai desa, balai kecamatan, hingga pertunjukan besar di alun-alun kota. Tari Lahbako kini juga diajarkan di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi yang ada di Jember. Dengan ini diharapkan masyarakat Jember khususnya dan masyarakat luas pada umunya dapat memahami bahwa tembakau tidak hanya sebagai komoditas besar kota ini, namun juga menjadi sebuah identitas budaya Pandhalungan di Jember.

Proses Pembuatan Batik Tembakau Jember (Sumber : https://lokalkarya.com/griya-batik-notohadinegoro.html)
info gambar
https://www.negerikuindonesia.com/2015/08/tari-lahbako-tarian-tradisional-dari.html
info gambar

Sumber Pendukung :

  • Anshoriy Ch, Nasruddin. 2008. Bangsa Inlander : Potret Kolonialisme di Bumi Nusantara. Yogyakarta : LKIS.
  • Hadi, Y. Setiyo. 2015. Oud Djember (Djember Lama) : Saduran dari Landbouw Maatschapij Oud Djember 1859-1909. Jember : Penerbit SALAM

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini