Inilah Kuliner Penuh Filosofi Khas Sekaten Yogyakarta

Inilah Kuliner Penuh Filosofi Khas Sekaten Yogyakarta
info gambar utama

Sekaten atau upacara Sekaten berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad SAW yang diadakan pada setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul Awal tahun Hijriah) di Alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.

Seiring berjalannya waktu sebelum acara puncak Sekaten, digelar pasar malem Sekaten. Acara ini rutin dilaksanakan tiap setahun sekali di alun-alun utara Yogyakarta. Pasar malem Sekaten ini sangat ditunggu oleh masyarakat jogja, karena dalam acara ini banyak hiburan yang ditawarkan, selain itu ada juga awul-awul (toko yang menjual baju bekas import dengan harga murah) yang menjadi lahan belanja pakaian murah.

Pasar malem Sekaten yang biasanya diadakan sebelum acara puncak Sekaten (https://yogyatravel.com/)
info gambar

Tidak hanya itu, banyak jajanan yang siap menggoda bagi pecinta kuliner. Dari banyaknya jajanan yang hadir di Sekaten ini ada kuliner yang unik dan syarat akan filosofis, yaitu telur merah atau yang biasa disebut endog abang.

Endog abang merupakan kuliner yang sudah sejak dulu mengiringi acara sekaten. Endog Abang adalah telur ayam biasa yang sudah direbus dan kulitnya dicat warna merah. Telur merah ini kemudian di tusuk dengan sehelai ruas bambu dan dihias agar terlihat cantik.

Para penjual endog abang berada di sudut- sudut acara sekaten. Kebanyakan penjual kuliner yang merupakan khas Sekaten ini di dominasi perempuan lanjut usia dan paruh baya, biasanya dijual dengan kinang juga. Salah satu penjualnya yaitu Mbah Budi yang sudah berusia 74 tahun, dia sudah mulai berjualan endog abang ini sejak tahun 1960. Dia bercerita bahwa waktu masih muda, ia sering diberi pesan oleh orang-orang tua penjual endog abang supaya ketika mereka sudah tidak berjualan lagi, Mbah Budi mau meneruskan jualan endog abang dengan harapan agar tradisi ini tidak hilang.

Mbah Budi yang berjualan makanan khas Sekaten Yogyakarta yaitu 'endog abang' (gudeg.net)
info gambar

Endog abang ini merupakan kuliner yang langka, karena hanya dijual saat acara sekaten dan acara-acara Grebek Keraton Yogyakarta saja. Bahkan, kuliner ini syarat akan filosofis. Ada tiga nilai filosofis yang ada dalam endog merah ini yaitu, endog (telur) melambangkan kelahiran, warna abang (merah) melambangkan kesejahteraan, dan helai ruas bambu panjang melambaangkan hubungan vertikal manusia dengan sang pencipta.

Mbah Budi juga menuturkan bahwa telur pada endog abang ibaratnya adalah ibarat orang. Bahasa Jawa krama dari telur adalah tigan. Tigan dekat dengan kata tiyang yang berarti orang. Hiasan kertas pada bagian atas telur ia sebut sebagai dian yang dalam bahasa Indonesia berarti lampu, dan bagian bawah atau cagak nya ibarat kaki. Mbah Budi menambahkan bahwa warna merah dan putih artinya bapa biyung atau ayah ibu, yang lalu menghasilkan keturunan yang dilambangkan dengan telur.

Kuliner unik khas sekaten ini memang rasanya tidak jauh beda dengan telur ayam rebus seperti biasanya. Namun, dengan membei endog abang ini kita bisa memaknai hidup untuk masa depan yang lebih baik dan juga ikut memelihara tradisi khas yang luhur.


Sumber : Berbagai Sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini