Cinta dan Bangga Indonesia dari Australia

Cinta dan Bangga Indonesia dari Australia
info gambar utama

Oleh

Asro Sikumbang Minangkabau

Catatan Perjalanan, Pengalaman dan Analisa menelusuri/menggali Minangkabau dan Nusantara.

Edisi Tokoh Indonesianis

Hasil Wawancara Bersama Indonesianis Asal Adlaide Brett Callis

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Keanekaragaman dan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia membuat bangsa ini sangat dikenal oleh dunia. Banyak yang mengagumi bangsa ini sehingga Indonesia selalu menjadi perhatian dan daya tarik untuk dikunjungi dan didalami. Sudah banyak cerita yang kita dengar tentang masyarakat asing yang sangat mencintai Indonesia dan menjadi sangat Indonesia.

Melalui tulisan ini, mencoba mengabarkan cerita – cerita tentang Indonesianis1 yang sangat mencintai dan bangga dengan Indonesia. Menjadi inspirasi dan kekuatan bagi bangsa ini sendiri, ketika keanekaragaman dan kekayaan menjadi daya tarik yang menjadikan bangsa lain sangat menganggumi bangsa ini. Diantaranya yang telah banyak kita kenal bahkan mengabdikan diri hingga akhir hayatnya sangat mencintai Indonesia diantaranya Antonio Blanco yang menggali Indonesia dan memperkenalkan Indonesia melalui bidang seninya, Frans Magnis Suseno yang terkenal sebagai seorang filsafat dan budayawan Indonesia, serta Indonesianis lainnya yang mengabdikan diri hingga akhir hayatnya mencintai Indonesia.

Brett Callis merupakan salah satu sosok dari sekian banyak sosok warga asing yang sangat mencintai Indonesia hingga ia mendalami belajar kebudayaan Indonesia yang beragam. Awal mengetahui dan tertarik akan sosok ini adalah ketika menyaksikan pertunjukan dalam rangkaian Closing Ceremony Dharmasiswa Republik Indonesia pada tahun 2015 yang diadakan di Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Brett yang pada saat itu menjadi salah satu mahasiswa Dharmasiswa yang menempuh pendidikan pada program studi Karawitan di Institut Seni Indonesia Padangpanjang, menampilkan sebuah pertunjukan karawitan yang menggambarkan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Hal ini sangat terlihat jelas dalam karyanya yang berjudul Tapak Jao Babakeh Kasan Brett berusaha menggali dan menyampaikan potensi keanekaragaman Indonesia. Konsep ini terlihat merupakan hasil dari pengalaman dan perjalanan Brett yang telah berkeliling Indonesia untuk mempelajari kebudayaan Indonesia.

https://www.facebook.com/brett.calliss/videos/vb.613524845/10153881397009846/?type=3&theater

Tentang Tapak Jao Babakeh Kasan Karya Breet Carllis dalam Closing Ceremony Dharmasiswa Republik Indonesia 2015 di Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Sumatera Barat

A few 'highlight' clips from my final exam. 'Tapak Jao Babakeh Kasan'. Performed by 25 musicians on 3/12/2015 at Auditorium, ISI Padangpanjang. Using combined Javanese and Minangkabau ensembles, this piece examines the important Minang cultural phenomena of 'merantau' (wandering) at the same time exploring my own experience of 'merantau' in Indonesia.

Besides a full Javanese gamelan, the piece makes use of Minang instruments such as saluang, talempong, kecapi, gandang, gandang tambua, as well as Minang and Javanese styled vocals sung in Minang language and traditional vocal techniques taken from the the West Sumatran theatrical art form of Randai.

Melalui wawancara via surat elektronik, saya berhasil mewawancarai Brett Carlis tentang perjalanannya mencintai serta mendalami Indonesia dan saling bertukar pikiran serta berbagi informasi yang kemudian saya tulis sebagai upaya inspirasi dan motivasi bagi saya sendiri dan untuk kita semua akan Indonesia.

Brett, begitu panggilannya berasal dari Adlaide Australia Selatan. Awal mengetahui tentang Indonesia baginya adalah sesuatu yang awalnya tidak direncanakan. Pada awalnya ia ingin belajar bahasa Tiongkok di tempat ia menempuh studi di Flinders University, Adlaide. Akan tetapi dikampusnya bahasa Asia yang ada hanya Bahasa Indonesia. Semenjak itulah sosok anak muda Australia yang berkaca mata ini mulai mengenal Indonesia dan belajar Bahasa Indonesia.

Dalam perjalanannya belajar bahasa Indonesia dan juga sebelum keberadaanya di Indonesia pada tahun 2011, sebenarnya hubungannya dengan Indonesia sudah mulai ada oleh karena di negara asalnya Brett memiliki latar belakang akademik yang membahas tentang bidang politik, ekonomi lingkungan, bahasa, sejarah dan budaya Indonesia.

Keberadaannya di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2011. Pada awalnya tahun 2011 Brett ikut program ACICIS selama satu tahun belajar di Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Ia mengambil mata kulih sastra Indonesia, Pancasila, Komunikasi Antar Budaya dan program mata kuliah lainnya. Perjalanannya di Indonesia kemudian dilanjukan ketika tahun 2012 ia bekerja di Jakarta sebagai seorang pengajar Bahasa Inggris. Tahun 2014 menjadi kelanjutannya perjalanannya tinggal dan beraktivitas di Indonesia. Ia mengikuti program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) dari Kementerian Luar Negeri. Selama 4 bulan Brett belajar di kampus UPN Veteran Yogyakarta dengan program “Indonesian studies for future Indonesianists”. Disini ia dan warga asing lainnya belajar tentang politik, agama, budaya, seni dan ekonomi Indonesia. Selain belajar dikampus selama di UPN Veteran Yogyakarya, Breet dan teman – temanyya juga belajar kesenian Dayak hingga akhirnya mereka diliput di Indonesia Chanel dengan menampilkan tarian dan musik Kalimantan. Setelah menempuh studi di UPN Veteran Yogyakarta kemudian ia mencoba kembali mempelajari kebudayaan dan kesenian Indonesia lainnya. Tepat pada tahun 2014 hingga 2015 ia menempuh pendidikan melalui program Dharmasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang dengan mengambil program studi Seni Karawitan yang terfokus kepada Karawitan Minangkabau dan Melayu.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Penampilan Brett John Callis dalam Karyanya yang berjudul Mamukek Di Lauik Sati bersama Mahasiswa Institut Seni Indonesia Padang Panjang menggambarkan perjalanan dalam pencarian ilmu yang dialami pengkarya yang didapat dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa, Jakarta, Kalimantan dan Minangkabau

Dalam perjalanannya berada di Indonesia dan ingin mempelajari kebudayaan serta mendalami tentang Indonesia yang awalnya juga dari suatu rencana yang tanpa direncanakn. Breet termotivasi diantaranya oleh ketertarikannya yang besar akan Indonesia. Jarak antara Indonesia dan negara asalnya yang berjarak 200 km menjadi salah satu motivasi ketertarikannya. Walaupun dekat secara geography, namun secara budaya, bahasa, seni dan sejarah sangat berbeda. Motivasi dari sosok anak muda ini adalah ia ingin tahu tentang Indonesia dan masyarakatnya. Dan sebaliknya ia berharap orang Indonesia bisa belajar dan tahu tentang Indonesia. Dengan banyaknya missunderstanding yang terjadi antara Indonesia dan Australia meskipun bertetangga, hal ini ia ungkapkan terjadi karena saling tidak mengenal dan tidak mengetahui masing – masing sehingga terjadinya kesalahpahaman antar masyarakat dua negara ini. Menjadi harapan tersendiri olehnya untuk kedua bangsa ini saling mengenal dan menghormati satu sama lain. Sehingga ia termotivasi belajar untuk mengetahui Indonesia. Ia mengungkapkan kalau sudah kenal, pasti banyak misunderstandingini akan hilang dan kita bisa membangun hubungan yg baik. tak kenal maka tak sayang.

Setelah beberapa tahun mengenali Indonesia secara nyata dengan menetap dan belajar di Indonesia. Brett Carlis memiliki pengalaman dan cerita tersendiri akan Indonesia. Dimana ia menaruh harapan besar terhadap bangsa yang besar dan kaya ini. Salah satunya bagaimana bangsa ini bangga dan mengahargai kebudayaannya sendiri. Hal ini menjadi pengalaman empiris baginya ketika ia tinggal di Jakarta dan memiliki tetangga orang Indonesia dengan berbagai ragam kultur dan budaya. Menjadi sangat miris ketika ia temui tetangganya yang bangga dengan kebudayaannya, tetapi tidak mengetahui nama alat dan pengertian tentang alat – alat serta kebudayaan yang dimilikinya. Ia juga begitu miris ketika mendengar kesenian dan kebudayaan tradisi daerah sebagai suatu hal yang kampungan. Baginya meninggalkan kebudayaan dan kesenian daerah akan menjadi kehilangan bagi bangsa Indonesia sendiri.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Koleksi Alat Musik Brett Callis, didominasi alat - alat musik dari Indonesia Seperti Talempong, Kecapi, Sape Dayak dan Lainnya

Brett tidak hanya sekedar berbicara dan mengkritik apa yang terjadi dengan kebudayaan dan kesenian serta bidang lainnya di Indonesia. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi mempelajari serta mendalami Indonesia. Brett telah menghasilkan beberapa karya seni yang ia dapat selama mempelajari tentang kebudayaan dan kesenian Indonesia. Karya – karyanya menceritakan tentang perjalanannya selama di Indonesia yang fokus menggali potensi Indonesia dengan harapannya masyarakat Indonesia menyadari keistimewaan yang terdapat di negara ini dan sebagai bentuk unity in diversity.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Brett Callis bersama kelompok grup musik tradisional Indonesia (Minangkabau) di Adlaide dimana ia tergabung dalam kelompok ini

Meskipun telah meninggalkan Indonesia dan kembali ke negara asalnya. Brett terus melanjutkan perjalanannya akan kesenian dan kebudayaan Indonesia di negaranya. Diantaranya ia tergabung kedalam kelompok seni dan budaya bersama dengan masyarakat Indonesia yang berada di Australia. Ia sangat bangga dan senang melihat tumbuh dan berkembangnya komunitas – komunitas kebudayaan dan kesenian Indonesia yang menjadi pengetahuan bagi masyarakat Australia di Australia umumnya dan di Adlaide khususnya. Ia mengungkapkan saat ini telah terdapat komunitas kesenian Minangkabau di Adlaide yang belum ada sebelumnya dan ia tergabung kedalam komunitas ini mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang ia dapat ketika mendalami tentang kebudayaan dan kesenia di Minangkabau. Selain itu ia mengungkapkan, di Adlaide sudah banyak orang tahu tentang kebudayaan Indonesia seperti kebudayaan Dayak, Jawa, Betawi dan daerah lainnya di Indonesia yang diketahui melalui kegiatan seminar, workshop dan kegiatan lainnya tentang Indonesia. Ia juga mengungkapkan pada bulan September yang lalu juga diadakan festival khusus budaya dan seni Indonesia INDOFEST 2016 yang disaksikan sekitar 15.000 ribu orang yang ingin menikmati dan belajar budaya Indonesia dimana ia terlibat sebagai salah satu pelaksana kegiatan tersebut.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Brett Callis bersama masyarakat Diaspora Indonesia di Australia dan Masyarakat Australia dalam rangka promosi INDOFEST 2016 yang mana anak muda Adlaide ini menjadi Artistic and Cultural Director

Brett Carllis salah satu masyarakat asing yang sangat mencintai Indonesia dengan mendalami dan mempelajari Indonesia. Ia mengungkapkan sebuah harapan Indonesia bisa maju terus dengan mandiri. Kata ‘maju’ itu bukan hanya berati bangunan yg tinggi, baju yg bagus dan lainnya. Menurutnya yang lebih penting adalah pola pikiran dan kemajuan di bidang pendidikan. Indonesia harus maju, akan tetapi tidak meninggalkan budaya, kesenian, adat dan semua hal yang membuat Indonesia istimewa. Inilah tugas untuk semua orangg Indonesia, bagaimana caranya untuk terus maju tetapi tidak ada yg hilang atau ketinggalan utamanya tidak meninggalkan keanekaragaman dan kekayaan yang menjadi jati diri bangsa. Dan harapannya kedua bangsa Indonesia dan Australia ini saling mengenal dan menghormati satu sama lain sebagai negara yang berdekatan dan bertetangga.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Brett Callis Berpakaian Pakaian Tradisional Daerah Indonesia

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Brett dalam Sesi Latihan Memainkan Alat Musik Tradisional Daerah Indonesia

Menjadi inspirasi untuk kita semua untuk tetap menjaga dan melestarikan keanekaragaman bangsa yang menjadi jati diri kita. Sebagaimana kebanggaan yang dimiliki oleh Brett Carllis dan warga asing lainnya yang sangat bangga dan mencintai Indonesia.

Kata Kunci

Indonesianis,Budaya, Kesenian, Sosok,Bangga dan Cinta Indonesia, Indonesia, Australia

Sumber Foto/ Video

Dokumentasi Brett Carllis

Dokumentasi Iyan Suriansyah (https://www.facebook.com/iyan.suriansyah)


Sumber :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini