Tradisi Unik dan Menyakitkan dari Suku Mentawai

Tradisi Unik dan Menyakitkan dari Suku Mentawai
info gambar utama

Suku Mentawai, adalah suku yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat. Meski tradisi modern saat ini menggerus peradaban tradisional, Suku Mentawai tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang telah ada sejak lama. Beberapa tradisi dan ritual terlihat sangat mengerikan dan menyakitkan, seperti tradisi Kerik Gigi untuk wanita di suku mentawai. Berikut dibawah adalah beberapa tradisi unik dari suku Mentawai.

Tato Mentawai

Tato Mentawai
info gambar

Suku Mentawai punya tradisi tato yang dianggap sebagai tato tertua di dunia. Seni lukis diatas kulit alias tato di suku ini telah ada sejak kedatangannya di Pantai Barat Sumatera yakni pada 1500 SM – 500 SM atau pada zaman Logam, sementara banyak yang beraggapan bahwa tato berawal dari peradaban Mesir, yakni pada 1300 SM. Tato bagi masyarakat Suku Mentawai memiliki makna yakni keseimbangan. Oleh karenanya, objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di tubuh mereka.

Tidak seperti pada umumnya dimana pelukisan tato dapat selesai dalam waktu singkat, tato di Suku Mentawai memiliki 3 tahap. Tahap pertama akan dilakukan di usia 11-12 tahun pada bagian pangkal lengan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua diusia 18-19 tahun pada bagian paha dan yang terakhir ketika seseorang telah dianggap dewasa.

Proses pentatoan dilakukan oleh sipatiti atau seniman tato di Suku Mentawai. Sipatiti akan menggambar sketsa tato dengan lidi kemudian sketsa tersebut akan diberi warna. Seperti layaknya tato biasa, tinta akan dimasukan didalam kulit. ini yang berbeda, pemasukan tinta dalam kulit di Suku ini menggunakan jarum kecil yang dipasang di kayu kecil.

Jarum kecil yang sudah diberi pewarna dari campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa tersebut lantas dipukul-pukul kecil melalui alat kayu sehingga jarum dapat masuk kedalam kulit namun tidak menembus daging. Tradisi ini memang menyakitkan dan tak jarang menyebabkan efek demam untuk mereka yang ditato. Bagi masyarakat Mentawai, tato melambangkan roh kehidupan, untuk itu tato untuk pemburu berbeda dengan yang lainnya. Tato pemburu akan dikenal dengan gambar binatang tangkapannya seperti rusa, monyet, burung, atau babi. Sedangkan tato untuk sikerei (dukun Mentawai) akan bergambar bitang “sibalu-balu” ditubuh mereka.

Kerik gigi

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Adalah keinginan alami setiap wanita untuk tampil cantik. Untuk mencapai kadar kecantikan yang diinginkan, biasanya banyak cara yang akan dilakukan,mulai dari memakai produk-produk kecantikan, perawatan dengan dokter kulit hinga melakukan operasi plastik.

Ada hal yang berbeda yang dilakukan oleh wanita Suku Mentawai yang mungkin akan membuat kita ngilu mendengarnya. Sebuah tradisi turun temurun yang telah dijaga Suku Mentawai hingga kini meski dunia mengalami perubahan zaman. Tradisi Kerik Gigi, dari namanya saja kita sudah bisa menebak akan seperti apa tradisi ini berjalan. Tradisi Kerik Gigi merupakan cara wanita mentawai untuk tampil cantik dan juga sebagai penanda kedewasaan wanita.

Untuk melakukan tradisi ini, wanita Suku Mentawai harus bisa menahan sakit yang tidak sebentar ketika gigi mereka dikerik atau diruncingkan. Waktu mengeriknya sendiri relatif cukup lama karena bukan cuma satu gigi yang dikerik melainkan ke 23 gigi wanita yang harus dikerik. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Dalam prosesnya, wanita-wanita Suku Mentawai tidak diberikan bius seperti yang biasa dilakukan oleh dokter gigi sewaktu akan melakukan pencabutan gigi. Sedangkan alat yang digunakan untuk membuat gigi menjadi runcing ini terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah hingga tajam.

Adapun makna tradisi ini adalah untuk mengendalikan diri dari 6 sifat buruk manusia yang sudah tertanam sejak dulu atau lebih dikenal dengan Sad Ripu yakni hawa nafsu (Kama), tamak (Lobha), marah (Krodha), mabuk (Mada), iri hati (Matsarya) dan bingung (Moha Penduduk suku mentawai percaya bahwa wanita bergigi runcin seperti hiu memiliki nilai yang lebih daripada yang tidak. Hal ini yang mendasari keinginan wanita suku mentawai untuk melakukan tradisi ini meski harus menahan sakit dan ngilu yang luar biasa ketika proses peruncingan gigi.

Sikerei

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Sikerei atau dukun di suku mentawai adalah orang yang dipercayai memiliki kekuatan supranatural dan kedekatan dengan roh leluhur untuk menyembuhkan penyakit. Dalam menyembuhkan orang sakit, sikerei akan memberikan ramuan obat dan dilanjutkan dengan tarian mistis atau disebut dengan Turuk.

Rakyat Mentawai percaya ketika ada seseorang yang sakit, jiwa dari dirinya sedang meninggalkan tubuhnya sehingga Sikerei akan bertugas dengan memanggil kembali jiwa tersebut.

Untuk menjadi Sikerei ternyata tidak mudah. Seorang sikerei harus melewati tahapan dalam hitungan tahun, diuji secara mental maupun fisik mulai dari kemampuan meramu obat-obatan hingga meditasi untuk menemui roh leluhur para sikerei atau dalam bahasa lokal disebut dengan Pagetasabbau. Tidak semua orang mampu dan mau menjadi sikerei.Oleh karena itu, biasanya sikerei ditunjuk berdasarkan keturunan. Sebagai syarat pengangkatan sikerei, mereka yang ditunjuk haruslah memotong babi dan ayam.

Meskipun dalam strata sosial Sikerei memiliki strata paling atas, namun sikerei bukan serta-merta bebas melakukan apa yang ingin dia lakukan. Beberapa pantangan harus dipatuhi seperti larangan untuk makan pakis, babi, bilou (sejenis monyet khas mentawai), belut, tupai dan kura-kura. Mereka juga dilarang untuk menggoda istri orang lain dan harusmendahulukan kepentingan kaum diatas dirinya sehingga jika ada panggilan untuk menyembuhkan orang sakit mereka harus meninggalkan kegiatan di Uma (rumah adat) maupun di ladang.

*

GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini