Eksotisme di Balik Tradisi Mistis Batik Madura

Eksotisme di Balik Tradisi Mistis Batik Madura
info gambar utama

Madura tidak hanya terkenal dengan Karapan Sapi, tetapi juga eksotika memikat yang diakui oleh berbagai kalangan yaitu Batik Madura. Sewajarnya apabila Batik Madura menjadi populer di kalangan pemerintahan dan masyarakat khususnya di Provinsi Jawa Timur.

Tidak berbeda dengan batik kebanyakan, bahan yang digunakan pada Batik Madura menggunakan kain katun hingga kain sutra. Sebenarnya masalah harga pada bukan terlihat dari bahan yang digunakannya saja, namun batik dengan menggunakan motif lama atau batik Gentongan harganya bisa mencapai jutaan rupiah sekalipun tidak menggunakan kain sutra.

Dalam tradisi di Madura, batik genthongan sendiri memiliki nilai lebih di mata masyarakatnya. Disebut genthongan karena proses pembuatannya melalui proses perendaman warna dalam gentong yang dilakukan selama dua bulan. Kemudian kain disikat supaya warna lebih awet pada kain. Tak heran jika batik ini dapat berumur hingga puluhan tahun dengan warna yang masih tetap melekat.

Konon, di daerah Madura kini tidak banyak yang menerapkan cara pembuatan dengan gentongan ini. Sebab sekarang banyak pengrajin yang menyiasatinya dengan menerapkan cara semi gentong, di mana perendaman dilakukan sebagian atau tidak selama perendaman batik yang direndam penuh dalam gentongan.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Salah satu ciri yang muncul di Batik Madura adalah garis-garis pada desain batiknya dan memiliki cerita di balik batik yang merepresentasikan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Beberapa motif yang khas Madura seperti Ramok, Rawan, Kembang Pot, Carcena, Panji, Memba, Pereng Basa, Okel, Truki Melati, Sessek, Napasir dan Katupat. Selain itu masih banyak motif lainnya yang sekarang ini telah dikombinasi dan mulai mengadopsi gaya dan alternatif baru.

Meskipun motif dalam batik Madura sama, namun goresannya pada setiap kain tidaklah sama sebab bisa dikatakan yang tertuang lewat goresan canthing itu adalah bahasa hati dan pikiran para pengrajin. Motif yang tercipta dalam sehelai kain batik tersebut merupakan murni imajinasi mereka.

Motif pada Batik Madura cenderung bewarna menyala seperti merah, biru, kuning dan hijau daun. Warna-warna ini berasal dari bahan pewarna alami atau bisa disebut soga alam. Warna merah berasal dari mengkudu dan tingi, daun tarum digunakan untuk warna biru dan warna hijau didapatkan dari kulit mundu yang ditambahkan kawas. Makin lama kain direndam, maka akan semakin tahan lama dan gelap pula warna yang akan dihasilkan.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Di balik proses pembuatan Batik Madura ini terselip cerita yang unik. Terkadang ada hal-hal yang berbau mistis yang tidak dapat dinalar dengan logika dan masyarakat Madura percaya hal tersebut sebagai bagian dari tradisi membatik.

Peristiwa meninggalnya seorang kerabat, saudara atau tetangga mengisyaratkan kepada si pengrajin batik bahwa ia tidak dapat melanjutkan kegiatan membatiknya bahkan menyentuh kain batiknya saja tidak diperbolehkan. Hal ini dipercaya bahwa nantinya kain batik yang ia buat akan berwarna suram dan tidak cerah sesuai yang diharapkan.

Waktu selama 40 hari sejak peristiwa kematian dibutuhkan si pengrajin untuk kembali membatik. Meski dibalik proses pembuatannya dibalut dengan unsur mistis, Batik Madura tetap memiliki pesona yang tak kalah memikat.

Sumber : dirangkum dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini