Ini Dia Robot Humanoid Karya Mahasiswa ITS yang Jadi Juara Dunia

Ini Dia Robot Humanoid Karya Mahasiswa ITS yang Jadi Juara Dunia
info gambar utama

Kalau manusia punya ajang olahraga olimpiade, robot juga punya ajang olahraga multi-cabang bernama Humanoid Robot Cup (Hurocup) yang diselenggarakan oleh Federation of International Robot-Soccer Association. Tahun 2016 tanggal 14-18 Desember lalu, FIRA Hurocup diadakan di Beijing, Tiongkok yang melibatkan 23 tim robot dari 9 negara. Yang membanggakan, juara umum FIRA Hurocup 2016 ini disabet oleh tim robot Ichiro dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Di ajang ini, tim Ichiro mengikuti 6 cabang olah raga, yakni long jump, obstacle run, marathon, sprint, soccer, dan weightlifting dan dari semua itu mereka berhasil sapu bersih 10 medali, mengalahkan dua rival paling alot, yakni Malaysia dan Taiwan. Dua robot Ichiro yang dilombakan ini berhasil meraih 3 medali emas, 4 medali perak, 1 medali perunggu, Juara 1 dan 2 marathon, juara 1 dan 2 lari sprint, juara 1 dan 2 sepak bola, juara 2 halang rintang, juara 3 angkas besi, serta juara umum 2 dan 3.

Ketua tim Ichiro ITS, Satria Hafizuddhin berbagi ceritanya bersama tim selama di Beijing. Ia mengaku ada banyak hambatan yang terjadi di sana, mulai dari ketidaksesuaian informasi peraturan hingga cuaca dingin di Beijing yang membuat sang robot harus melakukan adaptasi dalam waktu yang tidak sebentar.

"Robot Ichiro kami ini termasuk yang paling cepat adaptasi di sana. Jadi, waktu di sana itu ternyata venue-nya tidak sama seperti waktu latihan. Bisa dari karpet lapangan yang bergelombang dan suhu dingin di luar yang bikin lantainya juga jadi dingin. Ini jadi menyusahkan robot untuk berjalan," cerita Satria kepada GNFI.

Suhu dingin tersebut pun tidak hanya menyulitkan robot Ichiro melainkan juga robot dari tim lainnya. Hal yang membuat Ichiro bisa meraih medali-medali tersebut salah satunya adalah kecepatan adaptasinya di medan perlombaan.

"Kebetulan kita itu yang paling cepat adaptasi jalannya, pas di hari kedua Ichiro sudah dapat medali sementara robot dari tim lain masih kesulitan untuk jalan," tambah Satria.

Pada perlombaan robot humanoid ini tim ITS membawa 3 robot dengan kemampuan yang sudah disesuaikan dengan cabang olah raga yang dilombakan. Satu yang ditunjukkan kepada GNFI adalah robot Ichiro 1 yang punya kemampuan berlari sprint, marathon, sepak bola, long jump, dan obstacle run. Pada pertandingan sepak bola, Ichiro bermain melawan robot dari tim lain. Sama seperti bermain bola pada umumnya, Ichiro harus berlari menggiring dan merebut bola untuk memasukkannya ke dalam gawang.

"Kalau yang lari sprint kemarin kita cetak rekor terbaru di FIRA. Ini (Ichiro-red) bisa lari selama 21 detik untuk jarak 6 meter bolak-balik. Tahun sebelumnya rekor tercepat di FIRA itu 29 detik," ujar Dhany, anggota tim Ichiro.

Selain rekor lari sprint, Ichiro juga mencetak rekor baru di cabang marathon dengan jarak 141 meter. Menariknya lagi, robot dengan bobot 3 kilogram ini mampu mengangkat beban seberat 1 kilogram untuk cabang weightlifting.

Tim Ichiro berhasil menjadi juara umum II dan III di ajang FIRA Hurocup 2016 di Beijing, Tiongkok (Foto: tim Ichiro)
info gambar

Rencana Mengembangkan Ichiro dan Impian Robotika Indonesia

Sebelum bertolak ke kompetisi internasional di Beijing, Ichiro sudah meraih hasil yang luar biasa pada Kontes Robot Indonesia (KRI) 2016 Regional IV. Ichiro dinobatkan sebagai robot juara pertama setelah menang tipis melawan Robot Eros dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Selain itu, Ichiro yang diciptakan pada tahun 2012 ini juga sudah pernah bertanding di Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) pada Juni 2016 lalu.

Dan perolehan di Beijing kemarin menjadi penutup tahun yang manis bagi Ichiro. Satria menerangkan, ia dan tim rencananya akan mengembangkan Ichiro dan membuatnya lebih besar dua kali lipat menjadi setinggi 85 sentimeter. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan prestasi terutama di tahun 2017 nanti.

"InsyaAllah kita akan mempertahankan prestasi. Nanti tahun 2017 akan ada beberapa perlombaan yang akan diikuti, di antaranya ada KRSBI dan untuk yang internasional kita akan ikut Robo Cup, semacam Piala Dunia-nya robot. Kita juga akan ikutkan ke FIRA lagi," ujar mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2014 ini.

Ditanya soal perkembangan robotika di Indonesia, Satria dan tim kompak menjawab bahwa sebenarnya robotika Indonesia sekarang ini tidak kalah dengan Jepang dan Korea. Menurut mereka, kecanggihan robot-robot karya anak bangsa kita sudah bisa dikatakan setara dengan negara-negara pencipta robot. Pun ini menjadi tanda yang baik bagi perkembangan robotika Indonesia.

"Sudah banyak anak-anak Indonesia yang menciptakan robot. Hanya saja bagaimana robot-robot itu diproduksi secara massal dan dipasarkan ke masyarakat bahkan ke seluruh dunia, itu butuh dukungan dari pemerintah," ungkap Satria.

Tim Ichiro pun optimis kalau suatu saat nanti Indonesia juga bisa menjadi produsen robot untuk dunia karena sekarang profesor-profesor dan mahasiswa terutama para pegiat robotik sudah sering mengadakan simposium dan diskusi robotika.

"Kalau melihat dari sisi kecanggihannya dan cara berpikir orang Indonesia di bidang robotika itu sudah menyetarai orang luar. Berharapnya nanti orang luar negeri yang gantian pesan robot ke Indonesia," pungkas Satria.

*

GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini