Mengenal Menlu Perempuan Indonesia Pertama

Mengenal Menlu Perempuan Indonesia Pertama
info gambar utama

Menjadi Menlu bukanlah hal yang mudah mengingat besarnya tanggung jawab yang harus dipikul, belum lagi kepentingan negara lah yang jadi taruhannya. Untuk itu, jabatan ini selalu dipegang oleh orang-orang yang cerdas dan cinta tanah air. Jabatan Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia biasanya dijabat oleh seorang laki-laki, namun kali pertama dalam sejarah Indonesia memiliki menteri luar negeri perempuan.

Retno Marsudi bukan hanya menjadi menteri luar negeri perempuan pertama di Indonesia, namun juga di Asia Tenggara. Apa yang membuat ibu Retno Marsudi ini spesial sehingga Presiden Joko Widodo pada tahun 2014 mempercayakan jabatan Menteri Luar Negeri kepada wanita yang dikenal tegas dan lincah ini?

Jejak dan Prestasi Retno Marsudi

Lahir di Semarang pada tanggal 27 November 1962, Wanita luar biasa ini menyelesaikan masa SMA nya di SMA Negeri 3 Semarang kemudian melanjutkan S1 di jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada. Tak berselang lama, ia kemudian bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia pada tahun 1986. Dirinya perah menjabat sebagaisekretaris satu bidang ekonomi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda selama 4 tahun, yakni dari tahun 1997 – 2001.

Karirnya semakin menanjak, ditahun trsebut, istri seorang arsitek bernama Agus Marudi ini kemudian ditunjuk sebagai Direktur Jenderal Eropa dan Amerika. Berkat etos kerja nya yang tinggi, dia kemudian dipromosikan menjadi direktur Eropa Barat pada tahun 2003. Setelah memperoleh gelar S2 Hukum Uni Eropa di Haagse Hogeschool, Belada ia kemudian diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia pada tahun 2005. Pada masa jabatannya beliau diberi gelar sebagai Order of Merit yang dinobatkan oleh Raja Norwegia di tahun 2012.

Menlu Retno Disambut oleh Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault (Kementerin Luar Negeri Indonesia)
info gambar

Prestasinya pun tidak terhenti disitu saja. Retno kemudian diberi tanggung jawab untuk memantau hubungan bilateral Indonesia dengan kurang lebih 82 negara di Eropa dan Amerika karena jabatannya sebagai Direktur Jendral Eropa dan Amerika. Pada tahun 2012, ibu dari Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi ini dipercaya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Belanda.
Pun wanita yang pernah mengecap pendirikan di studi Hak Asasi Manusia, Universitas Oslo ini menunjukkan kepemimpinannya dengan memimpin negosiasi multilateral dan konsultasi bilateral dengan Uni-Eropa seperti di Asia-Europe Meeting (ASEM) dan Forum for East Asia-Latin America Cooperation) FEALAC. Rekam jejak dan prestasinya telah menarik Presiden Joko Widodo untuk menjadikannya Menteri Luar Negeri Indonesia pada tahun 2014, menggantikan pendahulunya, yaitu bapak Marty Natalegawa.

Dikenal Dengan Sebutan “Emak” Oleh PPI Belanda

Ada hal menarik ketika wanita 52 tahun ini menjabat sebagai duta besar Belanda. Kepribadiannya yang ramah ternyata sangat membekas di hati Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda sehingga mereka memanggil Ibu Retno ini dengan sebutan “Emak” karena di sana Retno sangat perhatian dengan warga Indonesia.
Sikapnya yang membumi itu dapat dilihat ketika ada acara di KBRI Belanda, beliau tak tanggung-tanggung langsung turun tangan mengelola acara bersama panitia lainnya. Bahkan, ketika mengorganisir acara Retno juga terlihat seperti rakyat biasa dengan setelan kemeja dan celana jeans. Ibu Menlu tak sungkan untuk berbincang akrab dengan tamu yang datang sehingga kehangatan dan keramahan beliau sangat membekas dihati siapapun yang pernah berbincang dengannya.

Berhasil membuka Jalur Humanitarian Aid di Myanmar

Keberhasilan Menteri Retno baru-baru ini yang berpotensi menyelamatkan ratusan jiwa di Myanmar adalah terkait masalah yang terjadi di Rakhine State, Myanmar. Negara yang awalnya bernama Burma ini dulunya sangat tertutup dengan bantuan asing sehingga kasus penyiksaan etnis Rohingya semakin tidak terkontrol, banyak nyawa melayang. ASEAN sebagai organisasi regional Asia tenggara pun sulit untuk bertindak disebabkan adanya prinsip ASEAN yang harus dipatuhi, yaitu mengenai “Non-Intereference” Principal yang tercantum dalam ASEAN Charter Article 2 : Principle.
Setidaknya ada 3 pernyataan yang menyatakan agar negara didalam ASEAN tidak ikut campur dalam permasalahan dalam negeri di negara anggota ASEAN yakni tertuang di ASEAN Charter Article 2 : Principle (a), (e) dan (f) yang berbunyi :

“ASEAN and its Member States shall act in accordance with the following Principles :
(a) Respect for the independence, sovereignty, equality, territorial integrity and national identity of all ASEAN member States
(e) Non-interference in the internal affairs of ASEAN Member States
(f) Respect for the right of every Member State to lead its national existence free from external interference, subversion and coercion.”

ASEAN Retreat Meeting (Kementerian Luar Negeri)
info gambar

Berpegang dengan kepercayaan ASEAN yang mengedepankan mutual respect, Menlu Retno akhirnya mengadakan pertemuan dengan Myanmar State Counselor, Daw Aung San Suu Kyi di Naypidaw, Myanmar pada tanggal 6 Desember 2016 untuk membahas terkait permasalahan di Rakhine State.
Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan ASEAN Retreat pada tanggal 19 Desember 2016 di Yangon, Myanmar. Menlu Retno memaparkan agar permasalahan di Rakhine State diselesaikan menggunakan pendekatan inklusif.
“Seperti yang disampaian Daw Aung San Suu Kyi, Myanmar membutuhkan bantuan peningkatan kapasitas diberbagai bidang. Indonesia siap memberikan bantuan peningkatan kapasitas termasuk bagi peningkatan kapasitas polisi dan aparat keamanan, serta memfasilitasi kegiatan interfaith dialogue untuk mendukung upaya rekonsiliasi di Rakhine State," demikian Menlu Retno menegaskan dalam pengarahannya.
Membahas Perkembangan Rakhine State di ASEAN Retreat (Kementerian Luar Negeri Indonesia)
info gambar

Pernyataan ini kemudian diapresiasi oleh representatif ASEAN di pertemuan tersebut. Daw Aung San Suu Kyi sendiri telah setuju untuk memberikan Myanmar akses media dan kemanusiaan melalui ASEAN maupun PBB pada tanggal 19 Desember 2016 demi menstabilkan kondisi di Rakhine State.

Sumber :

Kementerian Luar Negeri Indonesia

Biografi Retno Marsudi

ASEAN Charter

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini