Pasar Papringan, Transaksi Uang Pring

Pasar Papringan, Transaksi Uang Pring
info gambar utama

Siapa yang tak kenal dengan pohon bambu, tentunya pohon tropis yang sangat mudah kita temui ini sangatlah akrab. Bagaimana jika pohon yang biasanya digunakan kayunya sebagai kerangka layangan ini disulap menjadi uang yang bisa digunakan untuk bertransaksi?

Hal ini terdapat di Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Rerumpunan pohon bambu yang biasanya disebut sebagai papringan oleh masyarakat sekitar disulap menjadi tempat alami berluaskan 300 meter persegi yang sejuk serta sebagai tempat berjual beli layaknya pasar tanpa bangunan permanen hanya beralaskan jalan susunan batu dan ber atapkan kain yang tidak sepenuhnya menutupi pasar ini.

Tanpa plastik

Beberapa makanan yang dijual dengan ber alaskan nampang dan daun pisang.
info gambar

Berprinsipkan tanpa sampah plastik, pasar ini benar-benar sangat ramai layaknya pasar sesungguhnya. Sebagai pengganti plastik, para pedagang yang berasal dari lingkungan sekitar dominan menggunakan daun pisang sebagai bungkus makanan serta dengan gelas dan bathok (tempurung kelapa) guna penjualan minuman. Tak hanya menyediakan makanan dan minuman, tempat ini juga menyediakan berbagai produk-produk kerajinan dari bambu mulai dari tas, radio kayu sampai sepeda yang terbuat dari kayu.

Daya tarik pasar ini yang bisa mengundang wisatawan mancanegara tak hanya berasal dari koin pring, akan tetapi dari apa yang mereka jual. Makanan dan minuman yang dijual benar-benar tradisional seperti Jamu, Rangin, Pecel Mie, Dawet, Klemet, Ketan Lupis dan lainnya yang tentunya benar-benar non MSG atau tanpa mengandung penyedap bahkan pengawet makanan.

Mata uang koin Pring

Penukaran uang rupiah menjadi uang koin pring.
info gambar

Dengan mata uang transaksi “Pring” mereka para pengunjung dapat menukarkan uang tunai menjadi uang pring dengan skala tukar Rp.1000 bernilai 1 Pring. Sedangkan nilai yang tertera pada koin pring itu ada empat, yaitu “1”, “5”, “10”, dan “50”. Untuk penukaran uang terdapat petugas yang menyediakan pertukaran uang di berbagai titik pasar termasuk di pintu masuk. “Tidak repot, teman-teman pedagang malah senang memakai koin pring. Jadi setiap selesai berdagang, kami kembali menukarkan koin pring dengan rupiah kepada petugas pasar,” kata Komariah salah satu pedagang.

Untuk tetap mempertahankan ke-eksisan dan keramaian tempat ini, Pasar Papringan hanya di buka (diadakan) pada setiap hari Minggu Wage (penanggalan jawa) atau setiap 35 hari sekali mulai dari pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB.

Kunjungan Gubernur

Kunjungan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ke Pasar Papringan
info gambar

Sebagai salah satu tempat memberdayakan masyarakat sekitar untuk diprioritaskan menjadi pedagang. Seorang barista (penjual kopi), Anjar Pranomo (25) bercerita bahwa ia sebelumnya berkerja di bidang tembakau. Namun tembakau itu datangnya secara musiman dan belum tentu mendapatkan harga yang menjanjikan. “Saya diberikan pelatihan oleh petugas pasar untuk jadi barista dan sekarang berjualan disini,” kata Anjar

Berkat keramaian dan nge-hits nya pasar ini mengundang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan istrinya untuk mengunjungi pasar ini. “Saya berikan apresiasi kepada pasar ini. Saya lihat pembelinya ada yang dari luar kota dan bahkan ada warga negara asing. Juga saya yakin di setiap desa ada yang khas dan itu perlu dikembangkan,” ungkap Ganjar.


Sumber : www.jateng.tribunnews.com, www.tukarcerita.com, www.nasirullahsitam.com, www.youtube.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini