Rijsttafel, Akulturasi Sajian Makanan Nusantara Ala Bangsawan Belanda

Rijsttafel, Akulturasi Sajian Makanan Nusantara Ala Bangsawan Belanda
info gambar utama

Masa penjajahan Belanda yang dialami oleh bangsa Indonesia selama kurang lebih 350 tahun juga menyimpan cerita tersendiri akan meleburnya budaya dua bangsa berbeda benua dalam berbagai hal. Salah satunya adalah budaya makan yang mengalami akulturasi cukup kuat. Ada berbagai pengaruh citarasa Belanda yang sangat kuat dalam khazanah kuliner pribumi, begitu pula sebaliknya. Salah satunya bisa kita lihat dari sebuah konsep penyajian makanan bernama Rijsttafel yang sangat kental dalam memadukan budaya dua negara ini.

Secara etimologi, Rijsttafel berasal dari kata rijs yang berarti beras, nasi dan tafel yang berarti meja. Jika diartikan secara harafiah, Rijsttafel berarti nasi meja. Rijsttafel bukanlah sebuah nama makanan, melainkan sebuah konsep penyajian makanan indonesia dengan gaya Eropa, yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Belanda yang tinggal di Indonesia. Pada zaman kolonial, Rijsttafel sangat populer, bahkan budaya ini dibawa ke Belanda selepas masa kemerdekaan Indonesia dan menjadi populer di negara tersebut.

Seperti yang kita ketahui, nasi bukanlah makanan pokok orang Belanda. Di masa penjajahan para opsir – opsir dan pejabat tinggi Belanda memiliki banyak pembantu dan pekerja yang kebanyakan merupakan kaum pribumi. Mereka mengurus berbagai macam kebutuhan rumah tangga, termasuk dalam hal mengurus makanan kaum – kaum Belanda. Dari sinilah kebiasaan makan nasi oleh orang Belanda mulai muncul dan menjadi budaya tersendiri bagi orang – orang Belanda pada masa itu. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya istilah Rijsttafel yang berarti hidangan nasi di meja makan. Dalam penelusuran, istilah Rijsttafel ini muncul pertama kali pada sekitar tahun 1870-an.

Penyajian Rijsttafel di rumah (sumber : https://elevanov.blogspot.co.id/)
info gambar

Perlahan, Rijsttafel semakin populer seiring dengan makin banyaknya orang Belanda yang bertandang ke Indonesia. Rijsttafel menjadi sebuah gaya penyajian makanan tersendiri bagi kaum Belanda di tanah jajahan, yang berisikan menu – menu masakan pribumi yang disajikan dengan gaya makan masyarakat Eropa : mewah dan berkelas.

Sisi seremonial dan pelayanan merupakan bagian yang paling utama dalam Rijsttafel. Jamuan ini juga menekankan pada aspek penyajian yang meliputi kelayakan tempat penyajian, waktu jamuan, tata cara penyajian serta penggunaan peralatan makan dan komposisi hidangan. Tradisi penyajian makanan yang terdiri dari tiga tahap yaitu hidangan pembuka, hidangan utama dan hidangan penutup.

Pula, Rijsttafel dalam penyajiannya selalu menggunakan orang – orang pribumi sebagai pelayan, yang diatur secara rapi. Ada kepala pelayan yang bertugas membawa gunungan nasi, ada pula yang membawa berbagai macam laupk pauk dan sayur – mayur dan hidangan lainnya. Para pelayan ini mengenakan setelan tertentu berpotongan semi Eropa yang dipadukan dengan ikat kepala ala jawa (blangkon). Dalam setiap jamuan, jumlah pelayan yang bertugas berjumlah belasan hingga puluhan orang. Jenis – jenis makanan yang dihidangkan selain nasi adalah makanan – makanan pribumi mulai dari sayur lodeh, semur daging, sate dan lain – lain hingga kerupuk acar serta sambal.

Suasana penyajian Rijsttafel di restoran (sumber : https://elevanov.blogspot.co.id/)
info gambar

Masa keemasan budaya Rijsttafel di tanah air berakhir ketika Jepang mulai masuk ke negeri ini pada tahun 1942. Bangsawan – bangsawan Belanda yang terpaksa pulang ke negerinya, maka Rijsttafel pun mulai ditinggalkan orang – orang. Namun, orang – orang Belanda masih membawa kebiasaan tersebut ke tanah kelahiran mereka. Di sana, Rijstaffel tumbuh menjadi sebuah nostalgia tersendiri bagi mereka yang memiliki kerinduan akan makanan – makanan Indonesia dengan penyajian ala Eropa. Di Belanda, banyak sekali ditemukan restoran - restoran Indonesia yang menyediakan Rijsttafel sebagai hidangan spesial mereka.

Kini, di negeri ini, Rijsttafel tidak begitu mudah ditemukan mengingat budaya jamuan makan seperti ini bukanlah sesuatu yang akrab di telinga masyarakat Indonesia. Beberapa hotel dan restoran terkadang menyediakan paket hidangan seperti ini pada musim – musim tertentu. Menikmati Rijsttafel seakan menjadi kesenangan tersendiri ketika melihat sebuah konsep penyajian masakan nusantara yang dibawakan secara mewah dan berkelas, menjadi contoh sebuah akulturasi dari budaya makan yang menarik untuk diamati.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini