Bahasa Isyarat Menjadi Bahasa Utama di Desa Ini

Bahasa Isyarat Menjadi Bahasa Utama di Desa Ini
info gambar utama

Keterbatasan bukan berarti menyerah dalam kehidupan. Sepertinya itu yang bisa kita petik dari satu desa di Pulau Bali ini. Desa Bengkala memiliki penduduk yang mayoritas tuli ataupun bisa, pun keterbatasan ini tidak menghalangi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Desa ini menjadi unik dan tak jarang didatangi turis lokal maupun manca negara yang penasaran dengan penduduknya.

Penyebab Dibalik Tuli dan Bisu nya Desa Bengkala

Penduduk Desa Bengkala (Sumber : Banjarmasin Post)
info gambar

Penduduk di desa ini terbilang langka, betapa tidak ? dalam satu desa terdapat 12 Kepala Keluarga yang mengidap gangguan bisu dan tuli, jumlah selurunya diperkirakan ada 42 jiwa yang mengidap gangguan ini. Biasanya, jika pasangan yang normal seharusnya bisa menghasilkan keturunan yang normal pula, namun di desa ini terkadang pasangan yang normal mempunyai keturunan yang mengidap bisu atau tuli, atau pun keduanya. Sedangkan pasangan yang tuli dan bisu bisa menghasilkan anak yang normal. Anomali dan ketidak pastian ini pun dianggap menjadi sesuatu yang unik dikalangan masyarakat umum

Menjadi perdebatan tentang penyebab sebenarnya masyarakat di desa ini menjadi tuli atau bisu sejak lahir, banyak peneliti dari luar negeri pula yang penasaran dan mengadakan penelitian di desa ini. Dari segi medis, hal ini disebabkan oleh gen resesif geografis-centric yang disebut dengan DFNB3 yang telah hadir di desa selama lebih dari tujuh generasi. Meskipun jumlah yang mengidap tuli dan bisu ini relatif banyak, hal ini tetap memungkinkan teradi karena adanya gen tersebut.

Sedangkan dari versi sejarah dan mitos, fenomena ini dipercaya karena kutukan. Salah satu cerita yang terkenal untuk menjelaskan fenomena adalah dahulu kala terdapat sekelompok masyarakat yang berselisih paham terkait penyembahan terhadap dewa tertentu. Didalam kelompok itu ada dua kubu, yang satu ingin menyembah dewa dan yang satunya lagi tidak. Kubu yang tidak menyembah dewa kemudian keluar dari kelompok, namun mereka membewa emas yang banyak dari kelompok ini.

Ketika kelompok yang pergi ini dipanggil, mereka tetap berjalan seolah tak mendengarkan panggilan dari kelompok penyembah dewa, sehingga membuat marah kelompk penyembah dewa. Kelompok yang marah ini kemudian mengutuk kelompok yang pergi tersebut agar tidak dapat mendengar dan berbicara, maka terjadilah kutukan ini hingga sekarang.

Cara Berkomunikasi

Penduduk desa Bengkala 'berkomunikasi dengan bahasa isyarat (sumber : Jpnn)
info gambar

Dikarenakan penduduk di desa ini tidak bisa berbicara dan juga tidak bisa mendengar, satu-satu nya bahasa yang memungkinkan untuk digunakan adalah bahasa Isyarat dengan tangan. Gestur dan kosa kata bahasa Isyarat ini sudah digunakan sejak lama, orang lokal menyebutnya bahasa Kolok. Meskipun ada sebagian masyarakat desa Bengkala yang normal, penduduk desa telah terbiasa dengan gayahidup orang tuli.

Seluruh orang di desa menggunakan tangan mereka karena para orantua di desa ini mengajari anak-anak mereka kata kolok di rumah. Hal ini untuk menanamkan benih kesetaraan yang akan tumbuh ketka anak-anak dewasa. Selain orangtua yang mengajari bahasa kolok, Sekolah tuna rungu pun juga dibangun di desa yang unik ini, bahasa utama dalam pembelajaran tak lain adalah bahasa kolok atau bahasa isyarat sehingga bisa dipastikan seluruh warga desa Bengkala sudah mengerti dan paham bahasa Kolok.

Memiliki keterbatasan sepertinya tidak lantas membuat warga disini terisolir dan buta teknologi. Sebaliknya, kemajuan teknologi telah dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk membantu mereka mempromosikan daerahnya dengan media internet. Tak sedikit masyarakat desa disini yang bisa mengoperasikan smart phone, bahkan komputer. Masyarakat desa telah belajar menggunakan internet secara bertahap dan sekarang sudah mahir menggunakan internet.

Perekonomian

Menjadi penari merupakan salah satu pekerjaan masyarakat desa Bengkala (sumber : kompas)
info gambar

Mata pencaharian yang dilakukan penduduk desa satu ini adalah dengan beternak babi, sapi atau menjadi buruh harian dan menjadi pekerja seni. Ada juga yang memproduksi karya kerajinan yang dipasarkan melalui internet. Desa Bengkala memiliki Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) yang dibentuk berkat kerja sama PT Pertamina dan seluruh universitas yang ada di Bali. Semenjak penduduk lokal mahir menggunakan internet untuk mempromosikan daerahnya, maka turis asin yang masuk semakin banyak, dengan ini lah perekonomian makin meningkat, karena banyaknya turis yang membeli hasil kerajinan mereka.

Sumber :

Disadur dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini