Sepatu Karya Anak Muda Indonesia yang Laris Hingga ke Mancanegara

Sepatu Karya Anak Muda Indonesia yang Laris Hingga ke Mancanegara
info gambar utama

Tidak mudah puas dengan produk yang dibuat, serta terus mencari cara agar produk bisa dilihat banyak orang.

Dua hal itulah yang dapat dipelajari dari Andina Nabila Irvani, yang akrab disapa Dina, ketika menjalankan Slight Shop. Dengan konsep Art to Wear, Slight Shop rintisan Dina menyediakan sepatu wanita handmade modern yang dipadukan dengan unsur seni, membuatnya punya keunikan tersendiri.

Dimulai dari Sepatu Lukis

Slight merupakan brand rintisan Dina bersama sang kakak, Nerissa Arviana, atau akrab dipanggil Icha. Sejak kecil, Dina gemar melukis dan mahir dalam urusan melukis di atas kain. Di sisi lain, Icha punya bakat berjualan sejak SMA. Kakak beradik ini punya sama-sama suka mengoleksi sepatu dan ingin bisa hidup mandiri.

“Kami ingin bisa mandiri dan menghasilkan uang sendiri, tidak bergantung pada uang dari orang tua saja.”

Usaha ini dimulai dari ide Dina untuk membuat sepatu lukis di sepatu kanvas. Ketika dipakai oleh Icha, sepatu buatan Dina ternyata menarik perhatian. Dari situlah muncul ide untuk menjalankan bisnis sepatu lukis.

Dengan pinjaman modal dari orang tua, pada 2008 keduanya membeli berbagai perlengkapan seperti sepatu kanvas polos, peralatan lukis, dan lainnya. Lalu keduanya mulai menjalankan Slight sambil tetap menjalankan kuliah mereka masing-masing.

Aktif Mencari Audience

Awalnya, mereka hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut saja untuk menjual produk sepatu lukisnya. Respon yang diterima cukup baik dan bisa mendapatkan pembeli, namun karena ingin berkembang lebih jauh, Dina kemudian membuat website dan mulai mempromosikan secara online.

“Kemudian Slight sedikit demi sedikit mulai dikenal tidak hanya di Jakarta, namun di kota-kota lain di Indonesia,” jelas Dina

Perlahan nama Slight mulai semakin dikenal, dengan tajuk “merek lokal rintisan dua mahasiswi Indonesia”. Nama Dina sebagai salah satu pendirinya juga mendapat sorotan. Ia mendapatkan undangan mengikuti Asean Youth Camp 2009 dari kampusnya, menuai prestasi seperti Business Start Up Award, Shell Live Wire tahun 2009, dan menjadi finalis di Asia’s Best Young Entrepreneur di majalah Business Week.

Prestasi serta kesuksesan Slight ini juga mengundang banyak media yang kemudian meliput dan memuat Slight dan Dina sebagai salah satu pendirinya. Semua exposure tersebut sangat membantu Slight dalam melakukan promosi. Karena tiap kali Slight muncul di majalah atau di TV, masyarakat yang melihat akan penasaran dan mengunjungi situs atau toko online Slight. Beberapa di antaranya malah akhirnya menjadi pembeli.

Di luar itu, Dina juga menerapkan beberapa cara lain untuk memasarkan produk Slight, mulai dari yang konvensional seperti menghadiri bazar dan menyebarkan brosur, sampai menyediakan program reseller atau distributor.

Andina Nabila Irvani, pemilik Slight (Foto: Qlapa.com)
info gambar

Harus Beradaptasi dengan Persaingan Baru

Berkat pemasaran yang aktif, Dina berhasil membuat Slight menuai sukses. Apalagi saat itu sepatu lukis masih jarang ditemui di Indonesia. Tapi, seperti yang kamu ketahui, ketika ada satu formula yang terbukti sukses, akan muncul banyak orang yang mencoba menggunakan formula tersebut. Setelah beberapa tahun berdiri, Dina melihat ada banyak pesaing yang muncul dan bahkan sampai membanting harga agar bisa mendatangkan pembeli.

Ikut-ikutan banting harga adalah ide yang buruk. Karena itu, Dina memutuskan untuk memperbaiki kualitas dan desain sepatu handmade dari Slight menjadi lebih elegan, glamour, dan chic, serta kualitas produk yang premium atau lebih bagus dari sebelumnya.

Inovasi juga dilakukan dengan menghadirkan model sepatu baru yang lebih beragam, mulai dari sepatu flats sampai sepatu hak tinggi. Terakhir, Slight juga tidak hanya menghadirkan sepatu dengan lukisan, tapi juga dengan brukat dan rhinestones berkualitas tinggi. Target pemasaran Slight juga berubah, yang awalnya hanya mengincar remaja, sekarang berubah menjadi wanita dewasa, sesuai dengan desain sepatunya. Bahkan juga menyasar pasar wedding shoes.

Setelah beberapa tahun berjalan, Slight sekarang punya tiga orang karyawan plus Dina, sedangkan Icha sekarang berperan sebagai advisor atau penasihat karena memiliki pekerjaan lain. Timnya bisa menjual sampai 200 pasang sepatu tiap bulannya, tidak hanya di seluruh Indonesia, tapi juga di berbagai negara seperti Thailand, Filipina, Taiwan, Malaysia, Thailand, dan juga Australia.

Tantangan yang dihadapi Slight dari tahun ke tahun memang beragam, mulai dari persaingan, kualitas produk, sampai sumber daya. Tapi pada akhirnya Dina sendiri tetap senang menjalankan Slight yang memang berawal dari kesukaannya akan sepatu dan melukis. Ia juga senang ketika para pembeli senang dengan sepatu yang mereka terima, sampai mengenakannya di beberapa acara-acara penting.

“Saya tidak menyangka ternyata kegiatan Slight ini juga ternyata cukup menarik bagi media-media untuk meliput dan mempublikasikannya, hal-hal tersebut cukup berkesan buat saya karena berarti semua yang saya lakukan untuk Slight juga dihargai oleh orang lain. Saya juga merasa terharu ketika sepatu Slight dipakai oleh bride-bride dalam hari pernikahannya, saya senang Slight bisa ikut serta dalam menyempurnakan hari spesial para bride tersebut,” jelasnya.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi GNFI dengan Qlapa.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini