Andi Sudirman: Menjadi Petugas Bendung Katulampa Adalah Panggilan Jiwa

Andi Sudirman: Menjadi Petugas Bendung Katulampa Adalah Panggilan Jiwa
info gambar utama

Oleh: Mahfud Achyar

Pernah mendengar istilah Invisible Hand? Istilah tersebut dipopulerkan oleh pakar ekonomi, Adam Smith dalam bukunya yang berjudul "The Wealth of Nation". Ia mengungkapkan bahwa ekonomi pasar dikendalikan oleh tangan-tangan takterlihat. Kini, penggunaan istilah Invisible Hand semakin meluas, tidak hanya digunakan di bidang ekonomi, namun juga relevan di bidang sosial, politik, dan budaya.

Saya pribadi lebih senang jika predikat Invisible Hand disematkan kepada mereka yang memiliki jasa yang luar biasa, namun tidak banyak orang yang menyadari arti penting jasa-jasa mereka. Maklum, saat ini kita hidup di era meritocracy (meritokrasi, Ind) sebuah era di mana seseorang dihargai lantaran kecerdasan dan kemampuan yang ia miliki. Maka takheran jika banyak orang-orang berjuang mendapatkan gelar pendidikan setinggi mungkin, mendapatkan pekerjaan yang prestisius, dan hidup dengan menyandang status sosial sebagai orang yang kaya.

Sekali lagi, takada yang salah dengan hal itu semua. Kadang kita memang perlu melihat ke atas agar senantiasa bersemangat dalam meraih mimpi-mimpi yang spektakuler. Namun ada kalanya kita perlu menengok ke bawah, mengamati orang-orang di sekitar kita, dan meluangkan waktu sejenak untuk bercengkrama dengan mereka—para invisible hand. Mereka menyimpan sejuta inspirasi yang perlu disimak. Percayalah.

---

Adalah Andi Sudirman (49 tahun), warga kelurahan Katulampa, kota Bogor, Jawa Barat yang merupakan salah satu invisible hand yang ada di Indonesia. Barangkali tidak banyak orang yang mengenal sosok pria paruh baya yang murah senyum ini. Wajar, popularitas Andi, begitu nama panggilan beliau, tidak semoncer tokoh-tokoh perubahan yang kerap muncul di televisi, koran, ataupun media online.

Akan tetapi, bagi masyarakat sekitar Katulampa, sosok bapak tiga anak ini memiliki jasa yang sangat mengabadi. Ia bukanlah seperti Robin Hood yang menjadi hero bagi masyarakat marginal. Namun profesi yang ia lakoni sejak tahun 1987 telah mengantarkan ia menjadi pribadi dicintai masyarakat dan menerima berbagai penghargaan dari pemerintah Jawa Barat dan DKI Jakarta.

“Setelah lulus SMA Taman Siswa kota Bogor pada 1987, saya langsung bekerja di pengairan, khususnya di bendung Katulampa. Kebetulan saya diberi kepercayaan sebagai pengawas saluran, kemudian menjadi staf bendung,” kenangnya.

Menurut Andi, menjadi petugas bendung Katulampa tidaklah mudah sebab ia bersama ketujuh rekannya harus bekerja selama 24 jam guna memonitor debit air yang masuk ke bendung. “Kita ada pembagian shift. Namun ketika banjir, semua personel harus siaga,” jelas Andi.

Sebagai informasi, fungsi dari bendung Katulampa sendiri yaitu sebagai early warning system untuk banjir dan juga sebagai sarana irigasi yang ada di kawasan Bogor, Depok, dan Jakarta. Bendung Katulampa dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1911. Namun sesungguhnya pembangunan bendung Katulampa sudah dimulai sejak 1889 lantaran banjir besar yang melanda Jakarta pada 1872.

Lebih lanjut, Andi bercerita bahwa acap kali ia mendengar sendiran seperti ini, “Banjir Jakarta terjadi karena kiriman dari Bogor." Padahal faktanya bendung Katulampa hanya menjadi posko untuk memonitor dan mengawasi permukaan air yang ada di hulu. Ia mengatakan dari tiga belas anak sungai yang masuk dari kawasan Puncak ke Katulampa, juga mengalir ke kawasan Depok dan Jakarta.

“Kami betugas menjaga bendung Katulampa serta memberi peringatan potensi banjir di Jakarta. Jika debit air di atas normal berarti sudah memasuki kondisi siaga,” ujar Andi yang saat itu mengenakan pakaian dinas berwarna biru.

Normal debit air di bendung Katulampa hanya 4000 liter. Namun jika hujan, air yang masuk kurang lebih 150.000 liter per detik. Pada tahun 2007 dan 2010, air bahkan bisa mencapai maksimal 600.000 liter. Ketinggian air di atas 50-80 cm berarti sudah masuk siaga empat, 150 cm siaga tiga, 200 cm siaga 2, dan di atas 200 mencapai siaga 1.

"Untuk itu, kita harus berkoordinasi dengan berbagai wilayah Puncak dan Cisarua untuk memonitor permukaan air yang dilalui oleh kali Ciliwung. Dari tiga belas anak sungai yang masuk semuanya ke bendung Katulampa dibarengi hujan yang merata di Depok, Bogor, dan Jakarta maka besar kemungkinan akan terjadi banjir di Jakarta. Kami bertugas memberikan peringatan dini. Awas air di atas normal! Warga Jakarta harus siap siaga,” imbuh Andi.

Ketika ditanya apa perbedaan kondisi bendung Katulampa dulu dengan sekarang, ia menceritakan bahwa sejak tahun 1987 hingga sekarang setiap banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di kawasan Puncak. Ia menilai daerah resapan di kawasan hulu sudah semakin berkurang. Banyak lahan yang sudah beralih fungsi menjadi tempat komersial. Selain itu juga disebabkan terjadinya erosi dan pendangkalan sungai akibat sampah.

---

Pengalaman adalah guru terbaik. Nampaknya itulah yang membuat Andi semakin mengerti betapa penting tugas yang ia jalani. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Andi adalah saat banjir yang terjadi pada tahun 2007.

Ia pun menarik napas pelan-pelan dan kemudian melanjutkan cerita. “Banjir 2007 terjadi cukup mendadak. Namun untungnya kita berkoordinasi dengan teman-teman di Puncak. Hujan lebih dari 3 sampai 5 jam, insting kita sudah biasa pasti ada banjir,” kenang pria asal Sukabami ini.

Andi mengatakan banjir tahun 2007 datangnya saat salat Maghrib. Para petugas bendung pun dibuat panik karena air tiba-tiba datang disertai dengan hujan dan petir menggelegar. “Kita bertugas selama 24 jam. Kondisi saat itu mati listrik. Tapi kita sudah upayakan pakai jenset. Jangan sampai peloporan early warning jadi terhambat. Tapi beruntung kita punya AWL (Automatic Water Level) untuk memonitor air. Kita memberikan peringatan, memonitor cuaca di hulu, melaporkan kondisi debit air, dan standby di bendung Katulampa,” kenang Andi.

Kendati tanggung jawab sebagai petugas bendung Katulampa sangatlah berat, namun dukungan dari keluarga membuat Andi semakin mencintai pekerjaan yang sudah menerbangkan ia ke tanah suci untuk menunaikan ibadah umroh pada 2008.

Alhamdulillah, keluarga mendukung profesi saya. Bagi saya, tugas ini adalah amanah dari yang Maha Kuasa. Saya dapat membantu orang banyak dan melaksanakan tugas dari pemerintah,” ungkap Andi.

Tahun awal bekerja sebagai petugas Bendung Katulampa adalah masa-masa yang cukup sulit bagi Andi. Dulu, honor yang ia terima sebesar 23ribu rupiah.

“Saya masih ingat betapa susah payahnya menghidupi keluarga. Sementara tanggung jawab di bendung juga cukup berat. Namun saya jalani tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab dan disertai dengan keikhlasan. Tanpa keikhlasan, takakan bermanfaat tugas yang sudah kita jalankan,” jelas Andi dengan mata tampak mulai berkaca-kaca.

Ia juga bercerita bahwa pernah mendapatkan tawaran dinas untuk bekerja di kantor. Namun ia menolak secara halus tawaran tersebut. Ia lebih senang bekerja di lapangan. Menurutnya, bekerja dikantor itu menjenuhkan. Andi mengaku lebih enjoy menjadi orang lapangan karena dapat berinteraksi langsung dengan alam dan masyarakat di sekitar. Selain itu, ia juga senang terlibat dalam berbagai komunitas seperti Komunitas Peduli Ciliwung yang memiliki komitmen untuk menjaga lingkungan di kawasan Ciliwung. Ia pun berharap semoga seluruh warga Bogor, Depok, Jakarta, dan sekitarnya untuk mencintai Ciliwung demi masa depan generasi berikutnya.

“Kita pasti akan memanen apa yang sudah kita tanam.” Begitu cara Andi memaknai hidup ini. Ia percaya bahwa doa, ikhtiar, dan sabar adalah upaya terbaik yang dilakukan manusia untuk mendapatkan hasil terbaik dari Tuhan. Ia merasa beruntung telah diberi amanah menjadi penjaga bendung Katulampa. Begitu banyak nikmat yang sudah ia terima. Salah satu hal yang ia syukuri adalah, ia mampu melanjutkan kuliah dan lulus dengan menyandang sarjana di STAI STISIP Syamsul Ulum.

"Bagi saya pribadi, menjadi petugas bendung Katulampa adalah panggilan jiwa. InsyaAllah dengan ikhlas saya sampai titik akhir saya ingin di bendung Katulampa untuk masyarakat,” tutup Andi.

---

Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Menulis Kabar Baik GNFI #2

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini