Gara-gara Cinta Mati Pada Tarian Indonesia

Gara-gara Cinta Mati Pada Tarian Indonesia
info gambar utama

Betapa bangganya kita sebagai orang Indonesia yang memiliki kekayaan dan keberagaman tarian Indonesia. Terdapat lebih dari 3000 tarian tradisional yang dimiliki suku bangsa di Indonesia membuat budaya kita banyak yang melirik. Keberagaman tarian tradisional Indonesia yang tak habis dimakan zaman ini bahkan terus berkembang dan dicintai tak hanya oleh orang Indonesia saja, namun orang luar negeri banyak yang tertarik untuk belajar tarian Indonesia.

Keberagaman tarian Indonesia lah yang kemudian membuat seorang bule ini jatuh cinta pada Indonesia. Margot Lederer, seorang penari dari Amerika Serikat yang pada 40 tahun silam nekat terbang ke Bandung khusus untuk belajar tarian Indonesia. Siapa sangka berkat itulah dirinya kini telah menguasai 20 tarian tradisional Indonesia, menakjubkan!

Berawal dari sebuah pertunjukan seni dunia yang ia tonton pada 1973 yang kemudian membuat Margot jatuh cinta pertama kali pada seni dan budaya Indonesia. Namanya Berkeley Center for World Music yang diadakan di San Fransisco, Amerika Serikat ini diikuti oleh banyak negara termasuk Indonesia. Waktu itu Margot yang masih muda awalnya ingin belajar tari India, namun dirinya mendadak tertarik setelah melihat tari Bali dan irama dari alat musik tradisional yang dipentaskan oleh Indonesia.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Keinginannya untuk belajar lebih jauh seni dan budaya Indonesia didapat Margot dari Berkeley Center for World Music yang kala itu tengah membuka kesempatan belajar seni selama sebulan. Lantas hal tersebut kemudian tak disia-siakan Margot untuk belajar instrumen dan tari tradisional Indonesia. Di situlah kecintaannya pada seni tari Indonesia muncul ketika ia secara khusus mempelajari tari tradisional Sunda.

Waktu sebulan dirasa singkat bagi Margot untuk belajar tari Indonesia. Sekembalinya ke AS, ia kemudian memutuskan untuk pergi ke Indonesia lagi. Keinginannya tersebut sempat tidak disetujui oleh orang tuanya, namun Margot tak habis akal. Untuk menenangkan orang tuanya, ia kemudian menempuh pendidikan intensive course bahasa dan kebudayaan Indonesia di Penang, Malaysia selama tiga bulan.

Kemudian Margot melanjutkan perjalanannya ke Bandung. Di kota pusat seni budaya Sunda tersebut dirinya belajar seni musik dan tari pada Nugraha Sudireja, seorang ahli seni yang menciptakan tari topeng Cirebon dengan sentuhan urban Bandung.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Selain pada Nugraha, Margot juga belajar tari pada Irawati Durban Ardjo, seorang pelopor tari kreasi Sunda. Melalui guru-gurunya tersebutlah ia banyak belajar dan menguasai tari tradisional Indonesia. Tidak seperti warga Amerika lainnya yang lebih memilih tari Bali untuk dipelajari, Margot justru lebih memilih tari Topeng Kelana yang menjadi tarian pertama yang ia pelajari.

Tidak cukup mempelajari tari Topeng Kelana saja, tari Merak, tari Topeng Kencana Wungu dan tari Anjasmara juga ia pelajarinya. Hingga sekarang Margot telah menguasai 20 jenis tari Sunda, namun tari Topeng Kelana lah yang menjadi andalannya.

Perjalanan selama tiga tahun di Bandung kemudian membuat Margot memutuskan melanjutkan studi tarinya ke India selama dua tahun. Baru kemudian pada 1992, selepas ia belajar dari Bandung dan India Margot kerap kali tampil untuk mempertunjukkan tari tradisional Indonesia di tempat tinggalnya.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Tidak hanya itu, Margot yang tertarik pada seni musik Indonesia kemudian bergabung dengan grup gamelan dan komunitas budaya Indonesia di Amerika Serikat. Bahkan ketika berada di sana, ia diminta menjadi pengajar tari Sunda di KJRI San Fransisco.

Akhirnya pada 2016, keinginan untuk kembali ke Indonesia terwujud kembali melalui konferensi Planocosmo yang diikutinya di ITB. Lantas setelahnya selama sebulan sekali, Margot pergi ke Bandung menuju Pusat Bina Tari (Pusbitari) milik Irawati Durban Ardjo. Selain itu dirinya juga bergabung dengan lembaga independen United States Agency for International Development (USAID).

Margot yang sering pentas di berbagai kota di Amerika juga merupakan seorang pengajar. Kecintaannya pada kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia lah yang membuat Margot kemudian berniat untuk bisa lebih lama tinggal di Indonesia bersama kedua anak gadisnya.


Sumber : diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini