Mengenal Cara Memumikan Mayat Dari Papua

Mengenal Cara Memumikan Mayat Dari Papua
info gambar utama

Jika kita mendengar kata Mumi tentu yang ada dipikirkan kita adalah mumi Fir’aun yang berasal dari Mesir. Proses pengawetan jenasah atau mumi di Mesir memang sangat terkenal hingga penjuru dunia karena kisah Fir’aun yang begitu kejam. Terkenalnya mumi di Mesir bahkan beberapa kali film-film barat membuat film fantasi tentang Mumi. Namun ternyata proses memumikan mayat ini pun ada di Indonesia meski proses nya berbeda dengan yang ada di Mesir. Jika di Mesir orang yang mati seperti Raja dan orang penting lainnya telah meninggal, mereka akan mengeluarkan semua isi perut dari orang yang meninggal kemudian membalurnya dengan balsan dan natron yang pada akhirnya dibalut dengan kain putih bernama Linen yang meruppakan serat alami tumbuhan dari kapas yang diambil dari kulit pohon rami, di Papua proses pemumian jenasah akan sangat berbeda dengan di Mesir.

Adalah Suku Moni di Papua yang mempraktikan proses pengawetan jenasah ini, menurut sejarah pengawetan jenasah ini telah berlangsung selama lebih dari 300 tahun di Papua. Beberapa suku lain seperti suku Dani, suku Aseki dan beberapa suku di pedalaman papua juga melakukan pemumian jenazah.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Proses pemumian jenazah dari tanah Papua ini memang sedikit menyeramkan, namun justru hal ini yang menjadi daya tarik untuk dibahas. Pada proses awal, jenazah yang sudah meninggal akan dibongkar tubuh bagian dalamnya, menghilangkan organ dalamnya. Kemudian jenazah akan dilumuri dengan minyak babi yang kemudian akan diasapi diatas perapian. Suku Moni akan meletakkan jenazah yang sudah dilumuri minyak babi didalam rumah kecil yang berada di depan desa. Honai ini bukanlah rumah besar seperti rumah adat melainkan kota kecil yang dibawahnya akan ada perapian kecil yang mengasapi jenasah. Proses pengasapan jenazah hingga selesai biasanya memakan waktu satu bulan, proses ini bertujuan untuk menghilangkan air atau darah yang ada didalam jenazah. Setelah selesai pada proses ini, jenazah akan berwarna hitam. tradisi ini merupakan tradisi sakral yang ada di suku Moni namun begitu orang luar diperbolehkan untuk melihat mumi yang ada di rumah kecil ini dengan memberikan sumbangan yang akan digunakan untuk pemeliharaan mumi. Tidak dipatok berapa besarnya namun kabar yang beredar, sumbangan ini biasanya sekitar 100 ribu rupiah.

Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun ini biasanya dilakukan kepada orang yang dianggap terhormat di suatu suku seperti kepala suku atau mereka yang mati ketika berperang sebagai tanda penghormatan. Selain itu masyarakat Papua yang melakukan tradisi ini percaya bahwa mumi-mumi disana membawa keberkahan.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Sumber :

National Geographic Indonesia

Detik.com

Dan Sumber Lainnya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini