Ketika pertama kali mendengar nama band Hutan Tropis, saya langsung terbayang alam Indonesia yang hijau dan sejuk. Dan guess what, lagu-lagu yang mereka pun tentang alam dan lingkungan!
Berawal dari keprihatian terhadap pembalakan liar dan kekeringan di kampung halaman Desa Bintuhan, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, band Hutan Tropis terbentuk dengan misi untuk menyuarakan musik tentang kepedulian lingkungan.
Tak banyak band yang konsisten mengangkat isu lingkungan dalam karyanya, dan dari sanalah band Hutan Tropis menjadi berbeda.
Diawaki oleh Jemi Delvian (vokal), Herwin Meidison (gitar), dan Iftah Auladi (drum), menggubah musik yang “easy listening” agar masyarakat tidak terbebani mitos “berat” pada lagu-lagu bertema lingkungan. Coba dengarkan saja lagu “Bumi Bukan Hanya Hari Ini” Hanya beberapa kali didengar, lagu tersebut terus-menerus terngiang di kepala. Pendengar pun langsung dapat menghayati makna syairnya yang berisi pesan agar manusia tidak serakah dalam mengelola alam.
Peluang dan Tantangan
Sejak diliput pertama kali oleh oleh www.mogabay.co.id pada tahun 2015, Hutan Tropis mendapat perhatian masyarakat Indonesia yang lebih luas. Pada akhir 2016 yang lalu mereka diundangnya tampil di dua acara besar yang mereka gelar di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Dua video klip lagu Hutan Tropis pun mendapat kehormatan untuk diproduksi oleh INFIS (Indonesia Nature Film Society), sebuah organisasi yang banyak memproduksi film bertema lingkungan. Bahkan Pemerintah daerah Sumatera Selatan.
Musik mereka yang sangat mengena mengantarkan lagu mereka yang berjudul “Jelaga” ke playlist radio lokal di Palembang saat bencana kebarakaran hutan dan kabut asap di Sumatera Selatan akhir 2015 lalu. “Lagu itu diciptakan dan direkam bersamaan dengan bencana kabut asap melanda. Kondisi kabut asap yang sangat parah saat itu membuat kami kebingungan untuk bisa tetap sehat,” kata Jemi Delvian saat diwawancarai GNFI.
Namun, kisah perjalanan mereka tidak selalu mulus. Di awal karirnya, mereka berkeliling dari sekolah ke sekolah dalam workshop musik lingkungan atau tampil di beberapa acara yang menyangkut lingkungan hidup. Tanpa dukungan produser dan industri mainstream, kampanye mereka sebagian besar dibantu oleh media online dan media sosial, seperti Facebook, Instagram, Youtube, dan Twitter. Mereka pun harus membagi waktu diantara kesibukan personil, produksi lagu, dan tantangan dari penerimaan masyarakat.
Apa pengalaman paling berkesan dalam perjalanan Hutan Tropis? Kata Jemi, “Pertama kalinya kami tampil di pulau Kalimantan pada November 2016. Kami mendapat keluarga baru, sebuah komunitas seni bernama Rumah Talenta yang juga mengusung tema lingkungan dalam karyanya. Teman-teman di sana sangat menyambut dan menghargai kami. Kita saling merindukan.”
Kolaborasi bersama Good News from Southeast Asia
Meniti jalannya ke ranah internasional, band Hutan Tropis berkolaborasi dengan Good News from Southeast Asia untuk membuat theme song yang bertemakan keindahan alam, budaya, dan masyarakat Asia Tenggara dalam Bahasa Inggris. “Tahu bahwa ini adalah media yang menyiar kabar tentang lingkungan dan hal-hal menarik di Asia Tenggara, kami menawarkan diri untuk membuat theme song dan tawaran saya disetujui. Saya langsung mendapat materi berupa teks yang akan dijadikan lagu.”
Ditanya mengenai prosesnya, Jemi mengatakan, “Kami tidak mendapat kesulitan, 2 hari berikutnya lagu tersebut sudah jadi dan siap untuk direkam.” That is a talent!
Tertarik untuk mendengarkan lagu-lagu Hutan Tropis? Klik kanal Hutan Tropis di Soundcloud untuk mendengarkan dan mengunduh lagunya dengan gratis! Cek juga kanal Youtube mereka untuk menyaksikan video klip, suasana latihan, dan live performance.
Kontak:
Email : hutantropisband@gmail.com
Facebook Fan page : https://www.facebook.com/hutantropisband/
Instagram & Twitter : @ofc_hutantropis
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News