Kabupaten Natuna : Potensi, Eksotisme, dan Keindahan dari Pulau Terdepan Indonesia

Kabupaten Natuna : Potensi, Eksotisme, dan Keindahan dari Pulau Terdepan Indonesia
info gambar utama
Peta Kabupaten Natuna
info gambar

Kepulauan Natuna adalah salah satu pulau terdepan Indonesia. Termasuk dalam gugusan Kepulauan Tudjuh, begitu orang Natuna menyebutnya, Natuna terdiri dari ratusan pulau yang dikenal dengan tiga bagian berdasrkan pulau terbesarnya, yaitu Natuna Utara dengan Pulau Laut, Natuna Tengah dengan Pulau Bunguran, dan Natuna Selatan dengan Pulau Subi dan Pulau Serasan.

Kabupaten Natuna adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Kabupaten Natuna berbatasan dengan Negara Vietnam dan kamboja, di bagian selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat berbatasan dengan Negara Singapura dan Malaysia, dan di bagian timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.

Kabupaten Natuna memiliki 16 kecamatan dan memiliki 75 kelurahan. Penduduk Kabupaten Natuna pada tahun 2010 berjumlah 69.003 jiwa, yang terdiri dari 35.741 jiwa penduduk laki-laki dan 33.262 jiwa penduduk perempuan. Dari seluruh kecamatan di Kabupaten Natuna, Kecamatan Serasan merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 124,10 jiwa per km2, kemudian kecamatan padat berikutnya adalah Kecamatan Midai dengan 123,97 jiwa per km2.

Wisata Pantai Unggulan

Pulau Setai
info gambar

Salah satu wisata unggulan di Kabupaten Natuna adalah Pulau Setai. Pulau Setai terletak di dalam kawasan Kecamatan Pulau Tiga dan bersebelahan dengan Pulau Setanau. Untuk dapat menuju ke Pulau Setai, harus menuju ke Pelabuhan Selat Lampa terlebih dahulu, kemudian dapat menyewa perahu masyarakat yang berada di kawasan pelabuhan dengan kisaran harga 400 Ribu – 500 Ribu. Waktu tempuh untuk menuju Pulau Setai dari Pelabuhan Selat Lampa adalah 30 menit.

Pantai di Pulau Setai hanya memiliki panjang 5 meter saja, walaupun demikian disekitar pantai banyak terdapat biota laut seperti karang, tumbuhan laut, dan berbagai jenis ikan. Selain panorama lautnya yang indah, di Pulau Setai menawarkan keindahan bawah lautnya dengan dapat melakukan aktivitas snorkeling dan diving. Dengan banyaknya jumlah ikan di Pulau Setai, dapat dimanfaatkan dengan cara memancing.

Pantai Sisi
info gambar

Selain Pulau Setai, wisata pantai unggulan Kabupaten Natuna adalah Pantai Sisi. Pantai Sisi terletak di Kecamatan Serasan. Pantai Sisi pernah dinobatkan sebagai salah satu pantai alami yang terbaik di dunia (Best Undiscovered Beach) versi Majalah Island, edisi September 2016.

Untuk menuju Pantai Sisi, harus menempuh perjalanan laut dari Kecamatan Ranai dengan menggunakan Kapal KM Bukit Raya. Waktu tempuh dengan menggunakan kapal adalah 10 sampai 11 jam perjalanan. Pantai Sisi memiliki panjang sekitar 7 km dengan pasir putih yang bersih. Pantai Sisi terbentang dari Entebung Kampung Payak sampai Teluk Resak, Kampung Jermalik. Untuk mencapai kawasan pantai dapat melalui Entebung atau melewati Engkalan, Kampung Genting.

Fasilitas yang terdapat di sekitar Pantai Sisi salah satunya adalah kafe. Kafe tersebut menyediakan aneka makanan dan minuman, sehingga wisatawan dapat mengunjunginya ketika di Pantai Sisi. Selain itu, lokasi kafe yang mengarah ke pantai, membuat wisatawan yang mengunjungi kafe dapat menikmati makanan dan minuman, sambil melihat pemandangan sunset di sore hari.

Budaya Daerah

Gangsing Natuna
info gambar

Salah satu budaya dari Kabupaten Natuna adalah permainan gangsing. Jenis permainan gangsing ini sudah ada sejak jaman sebelum penjajahan Belanda di Indonesia. Biasanya permainan pertandingan pangkak (adu) gangsing sering di adakan pada saat pelaksanaan Even Natuna Art Festival. Permainan gangsing biasanya dimainkan oleh anak-anak sampai orang dewasa. Pada saat bermain gangsing, keakraban dan kekeluarga sengat terasa.

Sebelum pertandingan berlangsung, biasanya para peserta pergi mencari kayu untuk membuat gangsing. Kayu yang biasa di pakai untuk membuat gangsing ini seperti kayu pelawan, kayu gemeris, dan kayu mentigi. Kayu yang dimbil dipilih dibagian tengah karena dinilai lebih kuat. Selanjutnya, kayu itu dipotong dengan ukuran panjang 20 – 30 cm, dan dijadikan balan, kemudian balan itu di larik (dibubut) menggunakan alat yang disebut perindu.

Kemudian proses pertandingan di mulai dan dari berhitung serta di lanjutkan dengan memutar gangsing menggunakan bantuan tiang amban (tiang untuk lempar gangsing). Permainan gangsing merupakan permainan yang digemari dan selalu di tunggu oleh masyarakat di Kabupaten Natuna. Karena permainan tersebut memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat setempat.

Tarian Mendu Natuna
info gambar

Selain ada permainan gangsing, di Kabupaten Natuna juga terdapat budaya Teater Mendu. Teater Mendu adalah teater tradisi bernuansa kerakyatan bersifat kolektif, karena menggunakan berbagai media terpadu seperti teater, tari, dan musik. Bentuk pertunjukkan teater ini dapat digolongkan dalam kelompok seni pertunjukkan rakyat yang memiliki ciri khusus antara lain pementasannya dengan nyanyian dan tarian, perkenalan para pemain, dan bernyanyi bersama, adegan bercerita, babak penyelesaian adegan berupa pertempuran, peperangan kemenangan dan kekalahan, yang ditutup dengan adegan penutup.

Cara bermain banyak diselingi nyanyian dan tarian yang diawali oleh bunyi gong sebagai isyarat lakon dimulai dan diiringi oleh gendang, biola, dan music pelengkap lain. Dalam hal ini hadirnya teater bangsawan seperti Komedi Stambul dan Wayang Bangsawan member pengaruh yang sangat kuat pada perkembangan teater tradisional Mendu dan merupakan arah perkenalan ke arah non tradisi.

Teater Mendu mempertimbangkan efek emosional yang akrab dan spontan, artinya antara pemain dan penonton walaupun terpisah oleh panggung, tapi memiliki cirri keakraban yang saling respon sebagaimana ciri khas awal teater tradisional. Jika dirunut pada mula sejarahnya, Mendu telah memberikan tanda bahasa dan kesejarahan yang memantulkan refleksi masyarakat yang ikut dihayati, misalnya tentang kepincangan kehidupan sehari-hari dalam bentuk kritik yang humoristik yang meliputi sejarah asal-usul, perkembangan, dan fungsi dalam masyarakatnya dengan tetap mengutamakan nilai-nilai keindahan moral dan ekspresi pertunjukan.

"Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Menulis Kabar Baik GNFI #2"


Sumber :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini