Di Tanah Super Kering, Tanaman Ini Justru Tumbuh Subur

Di Tanah Super Kering, Tanaman Ini Justru Tumbuh Subur
info gambar utama

Musim kemarau yang terjadi di daerah tropis khususnya Indonesia menjadi periode hujan yang turun sangat jarang di suatu wilayah. Hal yang paling menonjol akibat musim kemarau adalah menyebabkan sebagian besar wilayahnya mengalami sulit air dan lahan pertaniannya mengering.

Tak khayal kemudian pada akhirnya banyak wilayah yang kekurangan makanan akibat tanaman pertanian mati dan tidak tumbuh subur pada suhu tertentu di musim kemarau. Namun tahukah kawan GNFI bahwa di Indonesia terdapat tanaman pangan yang dapat bertahan pada kondisi tanah yang sangat kering?

Di lahan super kering sekalipun justru tumbuh varietas pangan lokal yang dapat dijumpai di Sumba dan sekitarnya. Bernama Jewawut, atau yang memiliki nama latin Setaria Italica merupakan jenis tanaman pangan yang sebenarnya telah dikenal luas di Indonesia.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Jauh sebelum itu tanaman berbiji kecil ini ternyata pernah menjadi makanan penting di Asia, Eropa dan Afrika. Konon Jewawut sudah dibudidayakan sejak 5000 SM di China dan 3000 SM di Eropa. Masuknya Jewawut di Indonesia oleh orang Tiongkok diduga sudah ada sejak 3000 tahun silam.

Tanaman asal Sumba yang tergolong tanaman rumput ini tercatat pernah dikonsumsi oleh berbagai daerah di Indonesia sebagai makanan pokok dengan nama yang berbeda-beda. Misalnya di Ternate dikenal dengan nama futu, di Madura dikenal dengan jhaba, di Lampung dengan nama randau dan beberapa nama lainnya.

Keberadaannya yang begitu melimpah dan memiliki beragam jenis ini dapat dijumpai di wilayah yang memiliki ketinggian 150 hingga 900 mdpl. Jewawut memiliki masa pertumbuhan 3-4 bulan dapat tumbuh baik di berbagai jenis tanah dari yang liat padat, berpasir hingga tanah yang miskin hara.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Menurut Dwi Setyo Rini yang seorang peneliti anggota tim ekspedisi E-WIN mengatakan bahwa dirinya menjumpai salah satu jenis jewawut di Desa Wanggameti, Taman Nasional Laiwangi Wanggameti, Sumba yang mampu bertahan di tanah yang sangat kering.

"Yang luar biasa, di tanah yang sangat kering itu, jewawut bisa tumbuh. Kami analisis potensial osmotik tanah di sana dan hasilnya -70 Mega Pascal. Itu tanda sangat kering. Umumnya tanaman mati pada kondisi itu. Jewawut yang tetap tumbuh subur pada kondisi itu luar biasa," jelas Dwi seperti dilansir dalam kompas.com.

Bahkan banyak studi yang mengungkapkan kandungan nutrisi yang dimiliki Jewawut lebih baik ketimbang beras, diantaranya meliputi karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat 1,4%, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Dikatakan pula bahwa Jewawut bisa menjadi salah satu solusi kerawanan pangan di Sumba. Masyarakat di wilayah Sumba dan sekitarnya banyak memilih Jewawut untuk ditanam saat musim kemarau karena kelebihannya yang dapat beradaptasi baik di wilayah yang kurang subur.

Meskipun sekarang terhitung minim budidayanya, namun Jewawut ini ternyata bisa menjawab untuk mengatasi kekurangan pangan di saat musim kemarau.

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini