Tidak Banyak Yang Tahu, Primata Unik Ini Ternyata Hanya ada di Pulau Jawa

Tidak Banyak Yang Tahu, Primata Unik Ini Ternyata Hanya ada di Pulau Jawa
info gambar utama

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ternyata Pulau Jawa memiliki primata unik yang endemik asli. Primata tersebut adalah Owa Jawa dengan nama latin Hylobates moloch. Sekilas, bila dilihat dari penampilannya primata ini tampak seperti monyet karena memiliki rambut abu-abu. Namun sejatinya Owa Jawa adalah jenis kera tanpa ekor yang perilakunya sangat berbeda dari primata pada umumnya.

Owa Jawa memiliki banyak sebutan, Silvery Javan Gibbon, Javan Gibbon, Moloch Gibbon, dan Silvery Gibbon. Melihat namanya terlihat bahwa memang keindahan rambut Owa Jawa disebut-sebut laksana logam mulia, perak.

Hal menarik lainnya dari Owa Jawa adalah, primata ini merupakan jenis kera pohon sejati. Alasannya adalah karena Owa Jawa bila hidup di alam liar akan berada di pohon sepanjang hidupnya sehingga disebut juga sebagai hewan arboreal. Anehnya, meskipun merupakan kera pohon, Owa Jawa memiliki postur sebagai kera yang berjalan tegak dengan dua kakinya.

Si perak memiliki makanan favorit berupa buah-buahan, dedaunan dan serangga dari pohon ke pohon. Sehingga kerapatan pohon di hutan juga turut menentukan nasib Owa Jawa untuk bertahan hidup. Terlebih, satwa yang sempat menjadi maskot Pramuka di Indonesia ini memiliki siklus kembang biak yang lambat karena berkarakter monogami. Artinya Owa Jawa hanya memiliki satu pasangan semasa hidupnya.

Uniknya, untuk menarik pasangannya, Owa Jawa kerap mengeluarkan suara yang terdengar seperti nyanyian. Itu mengapa beberapa peneliti juga menyebutnya sebagai hewan yang genit.

Satwa endemik ini memiliki habitat di wilayah Banten, Jawa Barat, hingga Pegunungan Dieng di Jawa Tengah. Owa Jawa disebut-sebut sebagai kera yang banyak berperan dalam pelestarian hutan di daerah tersebut. Sebab Owa Jawa mampu membantu penyebaran benih tumbuhan lewat kotoran yang ditinggalkan. Sehingga hutan dapat tumbuh secara alami. Tentu saja peran Owa Jawa secara tidak langsung turut mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia lewat pelestarian hutan yang menentukan kelestarian sumber mata air.

Owa Jawa juga dikenal memiliki perilaku yang cukup berbeda dibandingkan dengan primata lainnya. Sebab meskipun memiliki karakter sebagai satwa teritorial, Owa Jawa ternyata masih mampu untuk berkompromi dengan kelompok Owa Jawa lainnya. Caranya adalah dengan mempersilakan kelompok lain untuk makan dan mengambil keperluannya disuatu area, sedangkan pemilik area akan menunggu pendatang tersebut untuk pergi. Hal ini disebut-sebut sangat berbeda dengan perilaku primata lainnya seperti Orangutan.

Meski memiliki peran yang penting, hidup Owa Jawa tidaklah aman. Sebab saat ini pembukaan lahan telah memaksa Owa Jawa untuk bergerak ke wilayah yang lebih tinggi dan terisolir. Seperti di tiga taman nasional, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan Taman Nasional Gunung Halimun. Selain di Taman Nasional, Owa Jawa juga dapat ditemui di cagar alam seperti Cagar Alam Simpang, Papandayan, Talaga Warna, Tilu, Kendeng, dan Slamet.

Ancaman juga datang karena keeksotisan Owa Jawa yang terbilang "imut". Akibatnya satwa ini sering diburu untuk dijual kembali dan dipelihara bayinya. Padahal sang bayi Owa Jawa tidak akan bisa dipisahkan dari induknya.

West Java Program Manager Conservation International Indonesia, Anton Ario mengungkapkan pada GNFI bahwa aktifitas perburuan ini memiliki dampak yang serius. Padahal Owa Jawa memiliki peran yang penting terhadap hutan.

"Memburu satu anak atau bayi Owa Jawa untuk diperjualbelikan sama halnya dengan membunuh satu keluarga Owa Jawa. Padahal Owa Jawa menjadi indikator tingkat kesehatan hutan." ujar Anton November tahun lalu di Taman Nasional Gede Pangrango.

Berdasarkan data yang dirilis Conservation International pada tahun 2016, populasi Owa Jawa telah kurang dari 5.000 ekor. Sehingga saat ini berbagai upaya kampanye dan inisiatif penyelamatan dilakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup primata ikon Pulau Jawa ini.

Seperti program yang dilakukan di Javan Gibbon Center yang berada di Resot Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Beberapa tujuan dari program ini adalah untuk menyelamatkan Owa Jawa dari kepunahan, dan melakukan rehabilitasi Owa Jawa yang dikembalikan oleh masyarakat. Javan Gibbon Center yang dikelola oleh Yayasan Owa Jawa ini telah beberapa kali berhasil melakukan pelepasliaran Owa Jawa dibeberapa tempat sejak didirikan pada tahun 2003.

Lalu apa yang dapat kawan lakukan untuk turut melestarikan primata unik ini? Salah satunya adalah dengan tidak melakukan pemeliharaan Owa Jawa dan bila mengetahui terdapat orang yang memelihara, maka segera laporkan. Sebab Owa Jawa memiliki habitat di pohon yang hanya ada di hutan. Alangkah ruginya kita bila hutan dan sumber mata air yang kita butuhkan sehari-hari menjadi rusak karena tidak adanya Si perak yang menjaga keberlangsungan sumber kehidupan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini