Bahagia Berjumpa Mereka

Bahagia Berjumpa Mereka
info gambar utama

Seperti biasa, Kota Solo hangat menyapa. Hari terus melaju, saya masih berkutat dalam dunia perkuliahan. Hal yang bagi mahasiswa jurusan lain mungkin agak membosankan. Namun bagi saya, juga sejumlah teman, dunia ini miliki sekelumit warna berbeda. Warna yang siap menyambut tiap hari baru kami.

Itulah hari di mana kami dapat berjumpa dengan mereka. Hari dimana kami sedang pelajari satu mata kuliah itu.

Merekalah orang-orang yang membaktikan hidup, mencelupkan diri pada warna ketulusan dunia. Merekalah orang-orang yang mengasuh dan mendidik anak-anak itu, anak-anak yang katanya luar biasa.

Mungkin mereka memang tak sempurna, tak sedikit pula orang seperti mereka ini kerap dimarjinalkan.

Sejak dulu hingga sekitar tahun 2000-an, Pendidikan Luar Biasa mungkin asing bagi kita. Begitupun dengan keberadaan mereka, kerap dianggap gagal dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Namun, akhir dekade ini ada perubahan dan aksi nyata dari berbagai kalangan yang mempedulikan mereka.

Sebut saja ada Empati, komunitas Non Profit yang mendukung dan berusaha membantu mengatasi permasalahan anak autis. Diketuai oleh Bu Gayatri Pamudji, kini penanganan bagi Anak Autis bisa lebih baik.

Selain itu, ada banyak komunitas lain yang bertujuan membantu orang-orang dengan berkebutuhan khusus seperti Gerkatin, DVO bagi Tunarungu. Ada pula Gapai (Gerakan Indonesia Peduli Inklusi), komunitas Nirlaba yang memiliki tujuan menjadikan Indonesia lebih Inklusi.

Inklusi berarti Pemerataan hak kepada orang-orang berkebutuhan Khusus, dalam hal Pekerjaan, Pendidikan, Ekonomi dan sebagainya.

Selama ini mungkin kita sering lupa meniadakan keberadaan mereka. Namun sebagai bangsa yang besar kita harus tahu, bahwa Bangsa yang hebat tidak meluputkan kaum yang kecil.

Minoritas ada bukan untuk dibinasakan, melainkan untuk dilindungi dan menciptakan negara yang tenteram dan damai bagi seluruh kalangan.

Sebagaimana cita-cita bangsa yang termaktub dalam Ideologi Indonesia. Dalam sila ke-2, bahwa kita harus memperlakukan manusia secara adil dan beradab. Melihat berbagai upaya-upaya kecil dari beberapa golongan, diharapkan terus meluas dan menyebar layaknya akar.

Yang dahannya bisa menaungi dan meneduhi berbagai makhluk hidup disekitarnya.

Menurut saya dengan adanya gerakan dan langkah-langkah kecil dari mereka yang peduli, akan menjadi besar suatu saat nanti. inklusi dapat terwujud suatu saat nanti. Percaya bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang hebat. Karena menjadi besar juga harus melihat dan memperhatikan yang kecil.

Saling peduli dan menyatukan langkah untuk menjadi lebih baik. Sebahagia saya bertemu dengan kepolosan mereka (anak berkebutuhan khusus), sebahagia saya percaya bahwa akan selalu peduli dengan Indonesia dan kaum yang dimarjinalkan seperti mereka.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini